Klikhijau.com – Menanam pohon menjadi salah satu cara menyelamatkan lingkungan. Namun sayangnya ada kendala baru yang ditemukan perihal menanam pohon.
Belum lama ini sebuah penelitian menemukan hampir setengah dari semua pohon yang ditanam sebagai bagian dari program restorasi di hutan tropis di Asia. Ditemukan tidak bertahan lebih dari lima tahun.
Mereka yang melakukan penelitian merupakan tim ahli internasional dari 29 universitas dan pusat penelitian, termasuk ilmuwan dari Inggris.
Tim peneliti ini menganalisis data dari 176 lokasi restorasi hutan di Asia tropis dan subtropic. Di mana aktivitas manusia telah menyebabkan penurunan pohon.
Para menemukan bahwa 18 persen pohon anakan mati dalam tahun pertama penanaman, sedangkan setelah lima tahun jumlahnya mencapai 44 persen.
Tetapi tim juga menemukan bahwa tingkat kelangsungan hidup bervariasi antara lokasi dan spesies. Beberapa lokasi melihat lebih dari 80 persen pohon masih hidup setelah lima tahun, sementara situs lain melihat hampir semua tanaman mati.
Para peneliti mengatakan temuan mereka, yang diterbitkan dalam jurnal Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences, menunjukkan bahwa menggunakan pendekatan yang disesuaikan mungkin diperlukan untuk memulihkan hutan dan membuatnya berhasil.
Penulis studi Dr Lindsay Banin, dari Pusat Ekologi dan Hidrologi Inggris, mengatakan bahwa kesuksesan penanaman sangat bergantung pada lokasi.
“Kami perlu memahami apa yang berhasil dan mengapa serta membagikan informasi tersebut. Jadi kami dapat meningkatkan semua lokasi tingkat yang paling sukses dan memanfaatkan potensi penuh untuk restorasi.” katanya.
“Kemungkinan tidak ada satu pendekatan yang cocok untuk semua dan tindakan restorasi harus disesuaikan dengan kondisi setempat. Ini akan membantu memastikan sumber daya yang langka dan lahan yang tersedia untuk restorasi digunakan untuk efek terbaik,” tambahnya.
Reboisasi kurang berhasil
Hutan Asia Tenggara termasuk yang paling padat karbon di dunia terhitung 15 persen dari hutan tropis dunia. Kawasan ini juga sangat kaya akan spesies, menyediakan habitat bagi harimau, primata, dan gajah.
“Kita perlu memahami lebih baik bagaimana meningkatkan peluang kelangsungan hidup anakan di lokasi tersebut,” ungkap Profesor David Burslem, Universitas Aberdeen
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, tempat-tempat ini telah mengalami deforestasi besar dengan tutupan hutan berkurang sekitar 32 juta hektar antara tahun 1990 dan 2010, kata para peneliti.
Para peneliti menemukan bahwa upaya reboisasi kurang berhasil dibandingkan di daerah yang telah sepenuhnya digunduli.
Sementara itu, anakan yang ditanam di daerah dengan pohon dewasa ditemukan memiliki peluang bertahan hidup sekitar 20 persen lebih tinggi.
Para peneliti mengatakan ada bukti yang menunjukkan bahwa restorasi aktif memberikan hasil yang lebih cepat daripada sekadar membiarkan alam mengambil jalannya sendiri. Namun, menurut para ahli lebih banyak penelitian melacak nasib pohon yang ditanam.
David Burslem, rekan penulis studi, yang juga seorang profesor di University of Aberdeen di Inggris, mengatakan bahwa kita perlu memahami lebih baik bagaimana meningkatkan peluang kelangsungan hidup pohon muda di situs ini, untuk memastikan restorasi memiliki hasil yang positif.
“Namun penelitian ini juga memberikan peringatan, untuk melindungi hutan kita yang tersisa semaksimal mungkin, baik karena hasil restorasi yang tidak pasti maupun untuk menyediakan beragam sumber bibit yang dibutuhkan untuk kegiatan restorasi,” tutup Burslem.
Sumber: independent.co.uk