Herbivora Berukuran Besar Berperan Merestorasi Ekosistem?

oleh -52 kali dilihat
Perihal Orang Pertama Dipenjara 30 Tahun karena Perburuan Satwa Liar
Gajah/foto-DW

Klikhijau.com – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengakui pentingnya restorasi ekosistem. Saking pentingnya PBB menetapkan tahun 2020 sebagai dekade yang didedikasikan untuk tujuan ini.

Setidaknya ada 115 negara yang berkomitmen untuk memulihkan kawasan alam yang luas. Berbagai upaya pun dilakukan.

Sebuah penelitian terbaru mencoba menerapkan hal baru dalam merestorasi ekosistem, yakni  perlu adanya kebangkitan kembali herbivora berukuran besar yang hidup di alam liar.

Sebuah studi tersebut  memanfaatkan data satelit global telah memberikan wawasan baru mengenai peran herbivora berukuran besar dalam membentuk keanekaragaman hayati di kawasan yang dilindungi.

KLIK INI:  Media Perlu Memberi Perhatian terhadap Perdagangan Karbon di Indonesia

Penelitian yang dipimpin oleh tim internasional, termasuk para ahli dari Lund University tersebut mengungkapkan pengaruh herbivora besar yang signifikan.  Namun, sering diabaikan terhadap keragaman dan distribusi tutupan pohon di seluruh dunia.

Hubungan antara herbivora berukuran besar dan lanskap yang mereka tinggali. Bertentangan dengan anggapan umum bahwa hutan lebat memiliki keanekaragaman hayati yang paling kaya.

Tutupan hutan lebih beragam

Penelitian yang dilakukan oleh Lanhui Wang dan rekannya menunjukkan bahwa kawasan yang sering dikunjungi oleh spesies seperti gajah, bison, dan rusa besar sebenarnya memiliki tutupan pohon yang lebih beragam.

KLIK INI:  Trenggiling Masih Menggoda, Nilai Tangkapan di Semarang Capai Rp1,5 Miliar

“Hewan herbivora berukuran besar umumnya dianggap sebagai pesaing dalam memperebutkan ruang dan sumber daya di kawasan lindung,” jelas Lanhui Wang, peneliti di Lund University.

“Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa hewan-hewan ini sangat penting dalam menciptakan mosaik habitat yang mendukung beragam spesies lainnya.”

Studi ini secara khusus menyoroti peran penjelajah dan pengumpan campuran (mixed-feeder) dalam menjaga variasi tutupan pohon.

Hewan-hewan ini, termasuk beberapa spesies terbesar di planet ini, berkontribusi terhadap keanekaragaman hayati melalui kebiasaan makan mereka. Lebih khusus lagi, mereka mendorong pertumbuhan berbagai spesies tanaman yang berbeda.

Jens-Christian Svenning, penulis senior studi tersebut dari Aarhus University , mengklarifikasi cakupan geografis dari fenomena ini.

KLIK INI:  Mizuiku Gelar Aksi Menanam dan Pelatihan Pelestarian Air Bersih

“Analisis kami menunjukkan bahwa di iklim non-ekstrim, di mana tidak ada gurun atau es yang mendominasi. Keberadaan herbivora besar sangat terkait dengan lanskap pepohonan yang tidak merata namun kaya,” katanya.

Ketika inisiatif global meningkatkan upaya untuk memerangi perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati, maka penelitian ini menganjurkan diskusi yang lebih canggih mengenai pengelolaan ekosistem. Memahami dampak ekologis dari megafauna, yaitu herbivora besar, kini dipandang penting dalam diskusi ini.

“Pada saat pelestarian keanekaragaman hayati menjadi semakin mendesak. Mengakui peran herbivora besar ini dalam dinamika ekosistem merupakan langkah penting dalam merancang strategi konservasi yang efektif,” kata Wang.

Sehubungan dengan temuan ini, tim peneliti internasional menyerukan perubahan paradigma dalam cara kita memandang dan mengelola kawasan lindung. Kehadiran herbivora berukuran besar tidak hanya penting bagi keindahan alam dan keanekaragaman ekosistem, namun juga penting bagi fungsi dan ketahanan mereka dalam menghadapi tantangan lingkungan.

KLIK INI:  Workshop Jaring Solusi Pencemaran Pesisir dan Laut

“Analisis kami menunjukkan bahwa jika kita ingin memenuhi target ambisius PBB untuk restorasi ekosistem, kita tidak bisa mengabaikan peran integral yang dimainkan oleh herbivora besar,” Wang menyimpulkan.

Kesimpulan yang diambil dari studi ini mempunyai implikasi signifikan terhadap strategi konservasi di seluruh dunia.

“Peran herbivora berukuran besar lebih dari sekadar menjadi bagian karismatik dari warisan alam kita,” tegas Wang. “Mereka adalah agen aktif dalam pembentukan lanskap, yang mempengaruhi struktur fisik dan keanekaragaman hayati ekosistem.”

Penelitian ini menunjukkan perlunya memasukkan megafauna ke dalam upaya restorasi ekosistem saat ini dan di masa depan, yang selama ini kurang dihargai dalam perencanaan pengelolaan lahan berkelanjutan.

KLIK INI:  Kolaborasi dengan Tetra Pak, Sinar Sosro Kampanye Daur Ulang Bertajuk “DAURI”

Sumber: Earth