Ketika Siti dan Sudin Merayakan Kemerdekaan di Alam Liar

oleh -23 kali dilihat
Orangutan Sumatera-foto/Ist

Klikhijau.com – Siti dan Sudin memang cukup beruntung. Keduanya selamat dari perdagangan ilegal satwa liar dilindungi pada tahun 2021 lalu.

Mereka diselamatkan di Pelabuhan Bakauhuni Lampung. Sejak saat itu, Siti dan Sudin menjadi barang sitaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu dan Lampung.

Setelah satu tahun lebih berjalan pasca mengikuti sekolah orangutan di Sumatran Orangutan Reintroduction Center (SORC) Sungai Pengian, Provinsi Jambi. Keduanya  menunjukkan kemajuan besar dalam mempelajari keterampilan bertahan hidup di alam liar.

Siti dan Sudin adalah dua anak Orangutan Sumatera (Pongo abelii). Usia keduanya masih  masih sangat muda, saat ini berusia sekitar 4 tahun.

KLIK INI:  Peringati HKAN, Belantara Foundation dan UP Ajak Generasi Muda Bicara Konservasi Satwa Liar

Namun demikian,  keduanya sudah cakap memanjat, membangun sarang, serta mencari dan memakan berbagai jenis pakan di hutan.

Sebelumnya keduanya sempat dirawat di lampung, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memutuskan Siti dan Sudin untuk direhabilitasi di Jambi melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi.

Bekerjasama dengan Frankfurt Zoological Society (FZS) Indonesia. Keduanya menjalani tahapan rehabilitasi, di antaranya karantina, terlebih karena Siti sempat mengalami peradangan paru-paru, sehingga ia harus mendapatkan perawatan intensif oleh dokter hewan selama 3 bulan.

Belajar di sekolah hutan

Pada bulan Januari 2022, kedua orangutan tersebut memulai pelatihan adaptasi (sekolah hutan).

Pelatihan itu dilakukan setelah dipindahkan ke SORC Sungai Pengian. Sekolah hutan merupakan langkah awal untuk mempersiapkan orangutan untuk kembali ke alam liar dengan memberikan pelatihan adaptasi yang komprehensif.

Orangutan dapat belajar beradaptasi secara bertahap terhadap lingkungan hutan dan terutama untuk mengenalkan sebanyak mungkin jenis pakan dari hutan yang dapat dimakan.

KLIK INI:  Ngeri, Mobil Pengangkut Sampah Harus Antri Berjam-jam di TPA Tamangapa

“Saat ini Siti dan Sudin masih menjalani proses reintroduksi diantaranya belajar hidup di alam melalui pelatihan sekolah hutan. Setiap hari, trainer orangutan membawa Siti dan Sudin mengikuti sekolah hutan dari pagi hingga sore hari,” ujar Indra Exploitasia, Staf Ahli Menteri LHK.

Indra juga menuturkan jika interaksi sosial keduanya dengan orangutan lain yang telah dilepasliarkan juga baik.

Mereka bahkan banyak belajar dan meniru aktivitas orangutan tersebut lainnya. Kehadiran orangutan lain yang memiliki kemampuan bertahan hidup yang baik telah membantu proses belajar mereka kembali hidup di alam liar.

Keduanya memiliki perbedaan mencolok. Siti lebih aktif dan pemberani dibandingkan Sudin.

Sudin sedikit pemalu, namun lincah dalam bergerak. Mereka suka bermain bersama baik di kandang maupun saat menjalani sekolah hutan. Siti dan Sudin sudah dapat memanjat pohon setinggi 10-20 meter di atas tanah sekarang.

Awalnya mereka sering jatuh ke tanah saat belajar memanjat. Namun, mereka selalu berusaha memanjat kembali sehingga mereka sekarang sudah terampil dan lincah dalam memanjat maupun berpindah dari satu pohon ke pohon lain.

KLIK INI:  Perihal Orang Pertama Dipenjara 30 Tahun karena Perburuan Satwa Liar
Beradaptasi dengan alam liar

Kini, Siti dan Sudin banyak belajar memakan berbagai jenis pakan hutan dari orangutan yang sudah dilepasliarkan, seperti: buah, daun, kambium, stem, bunga dan serangga. Mereka paling banyak memakan buah hutan, sebagai contoh: liana, barangan, besai, mahang, dan tapus.

Selama menjalani sekolah hutan di sekitar area SORC, keduana banyak bertemu orangutan yang telah dilepasliarkan. Meskipun begitu, keduanya memiliki travel bond yang erat, mereka paling suka bermain dengan orangutan lain, terutama orangutan yang masih muda.

Mereka juga sering meniru serta belajar dari aktivitas induk dan anak orangutan yang mereka temui selama sekolah hutan. Saat ini, mereka sedang memulai belajar membuat sarang di atas pohon.

Siti sudah bisa membuat sarang dengan kualitas yang baik. Ia mencari dahan yang kuat untuk membangun sarang, kemudian ia mulai melipat daun dan ranting menjadi sarang kecil.

KLIK INI:  Benarkah Banjir di Sebagian Sulsel Terjadi Karena Takdir Tuhan?

Sedangkan Sudin suka mengamati Siti yang sedang membangun sarang. Namun, Sudin belum bisa membuat sarang sehingga ia masih berbagi sarang dengan Siti ataupun menggunakan bekas sarang orangutan lain untuk beristirahat.

Pada malam Siti dan Sudin tinggal di kandang SORC dan mendapatkan perawatan dari staf SORC setiap harinya. Trainer orangutan akan membawa mereka untuk mengikuti sekolah hutan saat cuaca cerah.

Saat turun hujan, mereka tidak pergi ke sekolah hutan dan menerima sesi pengkayaan perilaku di dalam kandang. Selama di kandang itu mereka juga mendapatkan berbagai jenis pakan selama tinggal dalam kandang, yaitu: buah lokal, sayuran lokal, pakan dari hutan (daun atau buah hutan), serta susu. Makanan favorit mereka adalah pisang dan nanas.

Tim BKSDA dan FZS Indonesia senantiasa memantau dan mengevaluasi perkembangan Siti dan Sudin dalam menjalani program reintroduksi di SORC Sungai Pengian.

Hasil evaluasi kelak akan memungkinkan dua anak orangutan ini dilepasliarkan sepenuhnya. Kami berharap Siti dan Sudin dapat tumbuh dengan baik dan dilepasliarkan di hutan bentang alam Bukit Tiga Puluh.(*)

KLIK INI:  Lagi, KLHK Tekankan Pentingnya Kolaborasi Penanganan Sampah