Klikhijau.com – Manfaat daun sembung rambat cukup banyak. Meski banyak, namun belum dimanfaatkan secara meluas oleh masyarakat.
Manfaat daun sambung rambat itu didapatkan dari kandungan kimianya yang cukup beragam. Daunnya dapat digunakan sebagai antibakteri, antikanker, antiinflamasi, antidiabetes, dan antihelmintik,
Bahkan di India Tenggara—pada suku Kabi mereka menggunakan perasan daun sembung rambat sebagai obat sakit perut.
Sementara di Malaysia digunakan untuk menyembuhkan gatal-gatal pada kulit. sedangkan di Afrika daun tumbuhan ini dikonsumsi secara rutin sebagai sayuran.
Hajra (2010) menemukan, ekstrak daunnya dapat memberikan hambatan yang lebih efektif terhadap pertumbuhan bakteri gram positif dibandingkan bakteri gram negatif.
Tumbunan ini memiliki zat aktif khas yang bernama mikanolide dan dihidromikanolide. Kedua zat tersebut masuk ke dalam golongan sesquiterpene yang banyak ditemukan pada tumbuhan famili Asteraceae.
Sembung rambat sendiri acap dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan luka pada kulit. Caranya mudah, cukup dengan mengunyah daunnya lalu tempelkan pada kulit yang luka. Banyak yang meyakini luka akan cepat mengering dan sembuh.
Kandungan senyawa kimia tumbuhan ini menurut Harahap dan Hidayat, (2015) dengan metode kromatografi gas senyawa kimia tanaman ini meliputi senyawa linalool 15,86 persen, α-pinene 0,14 persen.
Selain itu juga terdapat kandungan β-pinene 8,72 persen, β-ocimene 7,12 persen, terpineol 6,31 persen, geraniol 2,89 persen, geranyl asetat 0,83 persen, thymol 0,46 persen, α-felandrene 0,39 persen, dan champene 0,187 persen.
Sementara Haisya (2013) menyatakan daun sembung rambat mengandung tannin, alkaloid, flavonoid, dan steroid.
Tidak hanya itu, tumbuhan ini juga bisa dijadikan bioherbisida, bahan alami yang tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Meski begitu, dalam penggunaan tumbuhan ini perlu kehati-hatian karena memiliki efek negatif pada tubuh, yakni dapat memicu mual, muntah, diare, serta bersifat hepatotoksik (Harahap dan hidayat, 2015).
Gulma bandel dan meresahkan
Meski manfaat daun sembung rambat cukup beragam. Namun, banyak masyarakat, khususnya petani resah dengan tumbuhan ini. Ia lebih dikenal sebagai gulma merambat yang cukup bandel diberantas.
Kemampuannya tumbuh merambat dengan cepat pada tanaman dan pagar rumah jadi masalah tersendiri. Tanaman yang dirambatinya akan mati kering mengenaskan. Karenanyalah ia dinobatkan sebagai salah satu gulma ganas di dunia.
Gulma ini bernama ilmiah Mikania micrantha Kunth, merupakan tumbuhan yang berasal dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah.
Di Indonesia, ia memiliki beragam nama lokal di setiap daerah, misalnya daerah Tapanuli Selatan lebih dikenal dengan mama siroppaspara.
Sementara di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah sembung rambat. Sedangkan di Jawa Barat (Sunda) dinamai caputuheun” (Harahap dan hidayat, 2015).
Sankaran, (2015) menyebutkan bahwa sembung rambat ini menyebar sangat cepat. Ia menjajah dan menganggu lingkungan. Merusak atau membunuh tanaman dengan yang “kejam” karena akan menghalangi cahaya yang masuk pada tanaman yang dirambatinya.
Selain itu, tumbuhan ini juga akan bersaing dengan tanaman lain untuk air dan nutrisi. Ia akan mengganggu pula proses nitrifikasi dan melepaskan zat yang menghambat pertumbuhan tanaman lain.
Tumbuhan ini sangat mudah berkembang biak melalui potongan batang dan biji. Jika ia merambati tanaman produksi, maka akan jadi ancaman pengurangan panen. Pun sembung rambat akan menghilangkan keanekaragaman hayati dan pencegahan regenerasi hutan.
Klasifikasi sembung rambat
Klasifikasi tumbuhan Mikania micrantha (L.), yaitu:
- Super divisi : Spermatophyta (berbiji)
- Kingdom : Plantae
- Divisi : Magnoliophyta (berbunga)
- Kelas : Magnoliopsida (dikotil)
- Sub Kelas : Asteridae
- Ordo : Asterales
- Famili : Asteraceae
- Genus : Mikania
- Spesies : Mikania micrantha (L.)
Cara mengendalikannya
Mengubah gulma menjadi obat herbal adalah salah satu cara pengendalian. Begitu pun dengan si gulma yang bandel—sembung rambat.
Selain itu, cara yang biasa ditempuh untuk mengendalikannya menurut Sukman dan Yakup, (2002) adalah dengan mekanik biologi (bioherbisida) dan kimia (herbisida sintetik).
Pengendalian dengan herbisida sintetik sebenarnya cukup unggul dalam hal efektivitasnya, karena lebih cepat terlihat hasilanya, khususnya untuk areal yang luas.
Namun, penggunaan tersebut akan berdampak buruk bagi lingkungan, apalagi jika dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.
Karena itu, jika ingin menyelamatkan lingkungan dari gulma bandel, namun penuh manfaat bagi kesehatan manusia ini, maka pengendaliannya bisa menggunakan bioherbisida.