Kembali ke Desa, Bukanlah Efek Disrupsi Semata

oleh -448 kali dilihat
Mengenal Bambu dan 10 Manfaatnya yang Erat dengan Budaya Indonesia
Suasana di Kampung Bambu Toddopulia Maros - Foto/Ist

Klikhijau.com – Saya nyaris bisa mendengar irama liukan batang bambu dan desis dedaunan yang diterpa hembusan angin. Saya larut dalam kungkungan pesona hutan bambu Desa Toddopulia.

Saya terjebak dalam suasana desa dan meresapi sunyi yang merata. Tatapan mata yang panjang tersingkap keramahan jejeran sawah terhampar merata.

Kini masyarakat Desa Toddopulia menatap bambu dengan wajah ceria. Tak lagi melihatnya sebagai penopang bangunan semata. Tak ada lagi alasan ketidakmampuan mengolah bambu. Tidak tampak lagi pandangan yang meratapi kesunyian waktu bertani.

Kebun bambu akan selalu dipelihara untuk bertumbuh. Tidak sekadar merasakan kesejukan di bawah sinar matahari.  Tapi juga menghadirkan olahan bambu dalam berbagai ornamen. Tentu saja dalam plan keterpilihan dan menjaga keseimbangan bumi.

KLIK INI:  5 Destinasi Eksotik yang Dekat dengan Alam, dari Ikan Raksasa hingga Hutan Tertua di Dunia
Harapan dari Desa Toddopulia

Desa tidak harus larut dalam efek disrupsi dan jadi alasan kembali ke Desa. Eforia masyarakat yang berpindah ke kota, menguatkan desa untuk tidak  harus lemah dan menjadi beban negara. Sudah saatnya desa mampu menyemai sumber penghidupan, tanpa harus melepas tradisi lokal. Berproses memahami dan melepaskan ikatan parokial yang menjebak.

desa toddopulia
Wahyuddin Junus, yang sedang mengawal dan merawat spirit di Kampoeng Bambu Toddopulia -Foto/Ist

Dua sisi kebangkitan budaya ini saya pikir, akan berkontribusi signifikan terhadap kemajuan desa. Maju tanpa harus meminggirkan tradisi lokal, sambil merawat tradisi tanpa harus ketinggalan zaman.

Desa Toddopulia, akan memiliki torehan baru. Pilihan destinasi baru saat berkunjung di Kabupaten Maros. Keberadaan Kampoeng Bambu Toddopulia menambah daftar panjang sejarah yang pernah ada di Desa Toddopulia.

Catatan sejarah Desa Toddopulia ini, tak harus membatasi jelajah ruang dan waktu. Karena di sini ada spirit dan rasa yang  mau berubah. Upaya mengawal dan merawat spirit.

Jejak perjalanan mungkin saja menghabiskan puluhan gelas kopi yang tandas di ujung senja. Namun keindahan tetap menampilkan rasa yang tertinggal di Kampoeng Bambu Toddopulia.

Ayo kembali ke desa!

KLIK INI:  Orang Utan, Idola Wisatawan Mancanegara di Taman Nasional Tanjung Puting