Iwan Dento, Benteng Kokoh Penyelamatan Ekosistem Karst Rammang-rammang

oleh -1,195 kali dilihat
Iwan Dento, Benteng Kokoh Penyelamatan Ekosistem Karst Rammang-Rammang
Iwan Dento bersama komunitasnya - Foto/Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Apa yang Anda bayangkan setiap melihat bukit-bukit karst? Kebanyakan orang akan membayangkan industri semen atau keramik. Tak banyak yang terpikir tentang kehidupan petani, nelayan atau ekowisata. Begitulah Iwan Dento (40) menggelitik kesadaran kita perihal karst.

Nama lengkapnya Muhammad Ikhwan, tetapi lebih akrab disapa Iwan Dento. Lelaki kelahiran Maros 10 Oktober 1980 ini seolah benteng kokoh yang tegar melawan gempuran hegemoni cara berpikir kapitalisme.

Bertahun-tahun lamanya, Iwan Dento merajut impiannya bahwa karst Rammang-Rammang Maros harus terjaga. Bukan untuk siapa-siapa, tetapi untuk anak cucunya kelak.

“Saya tidak ingin suatu waktu anak saya bertanya soal karst yang hilang. Padahal saya sendiri (bapaknya) adalah seorang pendaki,” cerita Iwan.

Yah, Iwan Dento memang seorang pendaki yang mencintai lingkungan alam paling dekat dengan hidupnya yakni karts. Tak sekadar hobi biasa, Iwan melakoninya dengan daya cinta.

KLIK INI:  Daeng Halim dan Fundamental Kopi Topidi

Setiap mendaki, anak-anaknya selalu diikitsertakan. Ini penting baginya, agar semangat cinta alam dalam dadanya terpatri pula dalam jiwa anak-anaknya.

Ayah 5 anak ini (Gibran, Galang, Bimbing, Ibnu, Raya) selalu merasa bertanggungjawab pada anak-anak dan generasi berikutnya. “Anak-anak kita juga berhak atas apa yang ada sekarang,” ucapnya.

Itulah sebabnya, Iwan seperti peluru yang melesat menghalau segala rupa rayuan atas nama investasi. Gerakan advokasi berbasis warga ia lakukan secara terus-menerus. Visinya satu, ekosistem karst harus terjaga dan warga sekitarnya tetap bisa sejahtera tanpa ada kerusakan alam.

Aksi dan visinya ini bukan tanpa rintangan, selain harus berhadapan dengan pemodal dan “pemerintah”, ia juga berhadapan dengan stigma sosial. Di awal-awal ia merintis gerakannya, tak sedikit orang melihat gelagatnya sebagai kegilaan.

Tetapi, ia tetap harus berdiri dan berjuang di jalannya yang sepi. Setiap titik jenuhnya menghantui, api juangnya membara kembali saat melihat anak-anaknya di rumah.

KLIK INI:  Kiprah Iwan Dento, Mengawal Karts Rammang-rammang Maros
Advokasi penyelamatan karst
Iwan dento
Iwan Dento sedang menginspirasi anak-anak – Foto/Ist

Pada tahun 2009, ia mulai aktif bersuara menentang tiga perusahaan tambang yang mendapatkan izin usaha produksi pertambangan marmer dengan bahan baku utama karst.

Selain itu, Iwan Dento juga prihatin dengan pembukaan tambang ilegal seluas kurang lebih 25 hektare di Dusun Salenrang dan Dusun Rammang- Rammang, Desa Salenrang Kecamatan Bontoa, Maros Sulawesi Selatan.

Bahkan, pada tahun 2010, terbit izin tambang di kawasan Bulu Barakka (PT. Grasada MultiNasional dengan luas konsesi 33 Ha)  dan kawasan Hutan batu, (Pusaka Indah Marmer dengan luas konsesi 21 Ha). Kondisi karst Rammang-Rammang saat itu tentu sangat mencemaskan bagi seorang Iwan.

Iwan Dento terus bergerak memperkuat simpul komunitas, warga dan NGO yang pro penolakan tambang. Hasilnya mulai nyata di tahun 2013, pemerintah Kabupaten Maros mencabut dua izin tambang yang belum beroperasi dengan efek domino 10 izin tambang di wilayah lain ikut dicabut.

Tak Hanya itu, berkat aksi progresif Iwan Dento bersama warga, Pemerintah setempat juga menghentikan perpanjangan izin tambang yang telah beroperasi. Bahkan, di tahun yang sama, Bupati Maros juga mengeluarkan Moratorium izin tambang yang ada di wilayah maros.

KLIK INI:  Tak Sekadar Lucu, Film Kartun Ini Sisipkan Pesan Pentingnya Menjaga Lingkungan

Aksi penolakan tambang bahkan mampu mendesak pemerintah desa untuk menghentikan kegiatan tambang rakyat yang ada di dusun Rammang Rammang. Ini capaian luar biasa, sebab aksi advokasi Iwan telah mampu mendorong upaya penyelamatan kawasan karst seluas 101 ha  yang ada di Desa salenrang (belum termasuk efek domino yang dihasilkan).

Merintis ekowisata Rammang-Rammang

Setelah advokasi berhasil ditandai dengan berakhirnya tirani tambang, Iwan Dento merintis jalan pengembangan ekowisata Rammang-Rammang.

Bersama pemerintah Desa Salenrang, dilakukan upaya pembuatan sistem pengelolaan dan promosi kawasan melalui media dan sumber sumber informasi lain yang berbasis jaringan yang telah ada.

Pada tahun 2015, terbentuk sebuah komunitas bernama Kelompok Sadar Wisata Hutan Batu Rammang Rammang Desa Salenrang. Komunitas ini berbasis komunitas dan masyarakat, termasuk melibatkan para eks Penambang rakyat yang ada di dalam kawasan.

Dengan eksotika karst Rammang-Rammang yang memang otentik sebagai karst terbaik kedua di dunia, ekowisata Rammang-Rammang perlahan jadi idola baru di Sulawesi Selatan.

KLIK INI:  Pernikahan Bisa Jadi Gerakan Lingkungan, Ini Beberapa Buktinya

Para pelancong dari berbagai daerah berdatangan, Rammang-Rammang mulai tersohor kemana-mana. Konsepnya menarik yakni ekowisata berbasis warga.

Walhasil, ada 300 pelaku wisata yang mewakili masing masing satu keluarga untuk dua dusun, dengan rata penghasilan antara 2,7 hingga 3 juta perbulan  dengan potensi PADes antara 5 hingga 7 juta perbulan.

“Kegiatan ekowisata juga telah mapu mendorong kemandirian masyarakat seperti adanya simpanan darurat dan bantuan bantuan sosial, pengelolaan sampah secara mandiri,  perpustakaan, kelas belajar dan pengembangan usaha usaha kreatif lainya,” kata Iwan.

Potensi wisata Rammang-Rammang terus menanjak dari waktu ke waktu. Data pengunjung untuk tahun terakhir (Oktober 2017-September 2018), sebanyak 74.708 pengunjung domestik dan mancanegara.

Ini menggambarkan betapa pengelolaan sumber daya alam tidak selalu harus merusaknya. Dengan ekowisata berbasis warga, panorama karst tetap terjaga dan dinikmati banyak orang sebagai sebuah kekayaan alam. Warga yang terlibat di dalamnya juga ikut sejahtera karena ekowisata.

KLIK INI:  Hari Bumi, Thomas Nifinluri: Mari Bijaksana dalam Merawat Bumi!
Karst sebagai identitas

Iwan Dento telah melalui jalan terjal yang tidak ringan. Apa yang memotivasinya berjuang? Baginya, karst adalah sebuah identitas dan kehidupan. “Karenanya, harus dijaga. Kalau identitas kita rusak, berarti kehidupan dan masa depan kita juga sudah rusak,” kata Iwan Dento.

Iwan selalu termotivasi bahwa satu-satunya alasan kita bisa melakukan kegiatan alam bebas seperti mendaki gunung karena adanya gunung. “Karenanya, keberadaan gunung itu menjadi penting karena ia adalah identitas.

Bagi Iwan, bumi adalah titipan anak cucu. “Karena itu, kita punya kewajiban menjaga keberlangsungan kehidupan generasi dan semua sumber kehidupan yang tergantung pada kawasan karst,  seperti ketersediaan air, keanekaragaman hayati, budaya dan sejarah peninggalan masa lampau,” ungkap Iwan.

Dalam proses perjuangannya, Iwan tidaklah sendiri, ia berjejaring dengan banyak pihak. Seperti lembaga dan komunitas Pencinta Alam, LSM/NGO, Ormas, Akademisi, Mahasiswa, Media dan peran aktif masyarakat yang pro pada gerakan penolakan tambang. Ini pembelajaran menarik bahwa gerakan perlawanan harus terkonsolidasi bersama yang saling menguatkan.

Tantangan dan Impian ke depan

Impian terbesar seorang Iwan Dento adalah bagaimana warga sekitar Rammang-Rammang tetap berdaya dengan potensi alam yang ada.

KLIK INI:  Selain Tenggelamkan Kapal, Ini 4 Aksi Menteri Susi untuk Lingkungan

Dengan ekowisata yang berkembang saat ini, ia berharap ada dampak ekonomi yang signifikan dari pelibatan warga lokal. Jadi, ekonomi tetap bergerak dan ekosistem juga tetap lestari.

“Tantangan terberatnya adalah ekonomi keluarga. Ini soal bagaimana membuat mereka mampu bertahan dalam kerangka berpikir yang tidak biasa,” kata Iwan.

Lelaki berambut panjang ini juga menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan dukungan regulasi. “Tantangan di masyarakat adalah membangun pemahaman yang sama serta bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa menjaga karst itu sangat penting,” tegasnya.

Saat ini, Iwan Dento sedang fokus pada peningkatan kapasitas masyarakat dan pelaku wisata. Ia membuka kelas pelatihan berbasis warga seperti kelas bahasa Inggris, kerajinan, jajanan lokal dan seni.

Tak hanya itu, bersama-sama dengan warga dan komunitasnya, Iwan juga sedang menata kawasan ekowisata Rammang-Rammang, penanganan sampah dan gerakan menanam.

Ia juga sedang mendorong pengembangan pertanian alami dengan pupuk kompos. Impiannya sangat istimewa, bagaimana ekowisata Rammang-Rammang terus berkembang dan dikunjungi banyak orang. Dengan begitu, potensi karst akan tetap terjaga seiring dengan taraf ekonomi warga yang juga meningkat – tanpa harus menghilangkan jejak karts itu sendiri.

Panjang umur perjuangan!

KLIK INI:  Memukau, Jepretan Kece Fotografer Ini Tunjukkan Eksotika Gugusan Karst Maros-Pangkep