Bagaimana Bisa Energi Terbarukan Jadi Ancaman Populasi Burung?

oleh -41 kali dilihat
Peduli Perubahan Iklim, Ini Opsi Lain Pekerjaan Ramah Lingkungan
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Jeneponto/Foto-fajar.co.id

Klikhijau.com – Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dianggap penting dalam transisi energi. Sebagai bagian penting melawan perubahan iklim.

Banyak dampak positif yang dibawanya. Meski begitu, ada pula dampak negatifnya. Burung dilaporkan menjadi satwa yang mendapat dampak negatif paling signifikan.

Secara mengejutkan EBT dianggap bertanggungjawab terhadap penurunan populasi burung di seluruh dunia.

Hal tersebut diungkapkan oleh para ilmuwan di Universitas Florida. Mereka menganalisis bulu burung yang mati untuk menjelaskan masalah tersebut.

KLIK INI:  Energi Baru Terbarukan di Desa, Paradoks dalam Kepingan Harapan

Dilansr dari Earth bahwa fasilitas energi terbarukan, meski ramah lingkungan, menimbulkan risiko besar bagi burung. Turbin angin, panel surya, dan pembangkit listrik tenaga surya terkonsentrasi telah dikaitkan dengan kematian burung.

Burung sering kali bertabrakan dengan turbin angin, salah mengira panel surya sebagai badan air, atau hangus karena pembangkit listrik tenaga surya.

Meskipun kematian akibat hal ini lebih jarang terjadi dibandingkan kematian yang disebabkan oleh kucing peliharaan atau tabrakan bangunan. Menurut para peneliti, kebutuhan untuk mengatasi masalah ini sangatlah mendesak.

Profesor Hannah Vander Zanden dari  Universitas Florida mengatakan bahwa kematian burung telah menjadi konsekuensi yang tidak disengaja dari pengembangan energi terbarukan.

“Jika kita ingin meminimalkan atau bahkan mengimbangi kematian ini, terutama bagi populasi rentan, kita perlu mengidentifikasi asal geografis burung yang terkena dampak. Dengan kata lain, apakah burung-burung yang mati itu berasal dari daerah setempat atau berasal dari wilayah lain di Amerika Utara?,” katanya, dinukil dari Earth.

KLIK INI:  Cerita Operasi Senyap BBKSDA Sulsel Telusuri Jejak Elang Berontok dan Kerang

Profesor Vander Zanden dan timnya menganalisis data isotop hidrogen stabil dari bulu 871 individu burung dari 24 spesies yang ditemukan mati di fasilitas energi surya dan angin California.

Analisis tersebut, berdasarkan penanda alami pada bulu yang terkait dengan air yang dikonsumsi burung, memungkinkan para peneliti melacak asal geografis burung tersebut.

Dari wilayah geografis yang luas

Studi tersebut mengungkapkan bahwa burung-burung yang dibunuh di fasilitas-fasilitas ini berasal dari wilayah geografis yang luas di seluruh benua, baik burung lokal maupun non-lokal terwakili.

Di fasilitas tenaga surya, sebagian besar burung yang mati adalah burung non-lokal, dengan puncak kematian selama periode migrasi pada bulan April, dan dari bulan September hingga Oktober.

KLIK INI:  KLHK Merilis Agenda Kegiatan Online di Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2020

Persentase burung migran yang ditemukan di fasilitas pembangkit listrik tenaga angin hampir menyamai persentase burung lokal, yaitu 51%, kata Vander Zanden.

“Data semacam ini dapat membantu memberi informasi kepada kita tentang strategi terbaik yang dapat digunakan untuk meminimalkan atau memitigasi korban jiwa. Misalnya, manajemen fasilitas dapat bekerja sama dengan para pegiat konservasi untuk memperbaiki habitat lokal guna membantu melindungi burung-burung lokal atau meningkatkan bagian lain dari wilayah jelajah spesies tempat asal burung-burung yang bermigrasi.”

“Dengan penanda ini, kami dapat menentukan apakah burung tersebut merupakan burung lokal atau bermigrasi dari tempat lain,” jelasnya.

KLIK INI:  PPNS KLHK Limpahkan 2 Kasus Illegal Logging ke Kejari Mamuju

Studi ini tidak hanya menyoroti tantangan energi terbarukan terhadap populasi burung, tetapi juga menggarisbawahi nilai data isotop stabil dalam memahami dan memprediksi tren populasi burung di masa depan.

Metode non-invasif dalam mempelajari sisa-sisa hewan ini memberikan informasi penting untuk upaya konservasi.

“Mempelajari sisa-sisa hewan adalah pendekatan non-invasif untuk mendapatkan informasi yang sulit dilacak dan diterapkan pada konservasi,” kata Profesor Vander Zanden. “Ini cara yang bagus untuk memahami misteri tentang hewan,” lanjut peneliti utama di Lab Migrasi dan Ekologi Hewan UF itu.

Selain fasilitas energi baru terbarukan. Penurunan populasi burung juga disebabkan oleh banyak faktor. Untuk lebih jelasnya banyak INI

KLIK INI:  Mengulik Sederet Fakta Tenaga Surya yang Jarang Terungkap