Upaya Petani Kanreapia Jaga Asa Pangan Berkelanjutan dari Ketinggian yang Gigil

oleh -90 kali dilihat
Upaya Petani Kanreapia Jaga Asa Pangan Berkelanjutan dari Ketinggian yang Gigil
Tim Muda Klikhijau saat di Kampung Sayur Kanreapia - Foto: Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Hari sudah beranjak siang ketika mobil pick up yang kami tumpangi tiba di Desa Kanreapia, Gowa. Sebuah desa dengan suhu yang gigil dan dikenal sebagai kampung sayur.

Rasa panas yang membakar selama perjalanan dari Kota Makassar mendadak berubah jadi dingin nan sejuk. Pemandangan hijau melengkapi segala arah mata kami memandang. Jaraknya sekira 100 km dari Kota Makassar dengan durasi antara 2 hingga 3 jam. Perjalanan kami tidaklah terburu-buru, biar lambat asal selamat.

“Kita santai saja pak, yang penting aman,” kata Ipda Purwanto yang mengemudi kendaraan dinas operasional satuan Brimob Polda Sulsel. Yah, Pak Komandan (sapaan akrabnya) membersamai perjalanan kami bersama Sembilan tim muda Klikhijau ke Kanreapia. Juga dikawani penggerak dan pendiri “Rumah Koran” Kanreapia, Jamaluddin Abu.

Sejatinya, rencana perjalanan ini sudah lama direncana. Pertemuan tiga poros antara Jamaluddin Abu, Klikhijau dan Komandan Pur, bukanlah satu kebetulan. Layaknya sebuah pertalian darah, ada suatu chemistry yang memintal kebersamaan ini.

Komandan Pur misalnya memang sangat concern pada pertanian. Sedikit cerita, Komandan Pur banyak membantu petani di Kanreapia antara lain dengan memberi edukasi pemberian pupuk organik. Menariknya, pupuk organik yang disalurkan adalah hasil karya mandiri Pak Komandan. Anggota polisi satu ini memang istimewa, ia sengaja mendedikasikan hidupnya untuk pertanian. Bukan itu saja, Komandan Pur juga aktif dalam ragam inovasi antara lain pembibitan, pembuatan maggot, pupuk cair organik, produk kopi maggot dan lainnya.

KLIK INI:  Hari Minggu Lalu, Pemuda Ara dan Lembanna Resmi Jaga Eksotis Apparalang

Pertemuan antara Komandan Pur dan Jamaluddin Abu benar-benar satu berkah tersendiri. Keduanya bahu-membahu dalam aksi-aksi penguatan petani dan mendukung aksi ‘sedekah sayur’ yang sejak lama dijalankan Komunitas Rumah Koran dan petani Kanreapia.

Meski melewati perjalanan di bawah terik matahari yang membakar, kami sangat enjoy. Jamaluddin Abu dan keluarganya menyambut kami dengan ramah di rumahnya yang sekaligus jadi sekretariat rumah koran. Istirahat sejenak sambil ngobrol santai mencairkan suasana. Setelahnya ada makan siang yang lahap. Sayur segar dan sambal tomat khas pegunungan menambah nafsu makan.

Perjalanan memanen sayuran

Jarum jam belum menyentuh angka 3 di sore hari, namun udara dingin mulai menyambar kulit. Kami bergegas menyusuri kebun-kebun warga, panen sayur. Berjumpa petani, melihat dan mendengarkan cerita dari mereka yang tetap tersenyum meski el Nino rasanya mencekik leher.

Jaraknya tak lebih dari setengah kilometer, namun kendaraan harus dibawah serta agar hasil panen langsung dinaikkan sekaligus. Mobil diparkir di pinggiran jalan tani yang lengang, lalu kami berjalan menuruni lembah-lembah sesekali menanjak ke bukit-bukit yang disesaki ragam jenis sayuran.

Budidaya seledri adalah spot pertama. Kami memanen di sana dengan meriah, semua menikmati. Tanpa sadar, kantong kresek sedang yang kami tenteng sudah hampir penuh. Tapi, Jamaluddin Abu mengingatkan “jangan langsung penuh kantongnya, karena masih banyak lagi sayuran yang harus diisi dalam kantong,”.

KLIK INI:  Platform Beras Berkelanjutan dengan Meningkatkan Kompetensi Petani

Rute dilanjutkan ke area perkebunan berikutnya yakni sayur sawi dan wortel. Semua bergerak memanen sendiri, mencabut pohon wortel yang berbunga dengan rasa penasaran. Sesekali teriakan gembira dan excited ketika melihat buah wortel besar-besar nan segar.

Sayur sawi dan kol, lalu buah labusiam menjadi petualangan selanjutnya. Ketiga jenis sayuran ini benar-benar melimpah. Kresek harus diisi penuh dan dipikul sekuat tenaga. Perjalanan belum usai, kami menyusuri embung-embung petani, semacam kolam penampungan air yang sangat membantu petani di kekeringan panjang.

Jarak antara embung satu dengan embung berikutnya cukup berjauhan. Ada lima hingga enam kolam embung yang kami datangi. Airnya jernih dan dingin. Beberapa diantaranya bahkan bisa terlihat mata airnya yang menggumpal deras. Dengan embung ini, kebun-kebun garapan petani tetap dapat produktif.

“Kami ingin menginspirasi petani Indonesia agar membuat embung seperti ini sebagai langkah adaptasi perubahan iklim,” kata Jamaluddin.

Meski kekeringan panjang, sayur dari Kanreapia tetap tumbuh subur. Petani bisa menjual hasil panen secara berkala untuk pemenuhan kebutuhan keluarga. Sebagian lagi didermakan ke panti asuhan dan komunitas di Makassar dan daerah lainnya.

Bagi Jamaluddin Abu, kebiasaan berderma adalah satu modal sosial yang dijadikan budaya petani di Kanreapia. Ketulusan berderma ini yang membuat petani merasa bahagia, sekaligus semakin mempopulerkan kampung sayur ke seantero Sulawesi Selatan. Berkah berdema ini pula yang barangkali membuat sayur-sayur yang ditanam petani subur terjaga. Alam raya menjaga dan merawatnya.

KLIK INI:  Menilik Masalah Beras Berkelanjutan, Lingkungan dan Perubahan Iklim

Impian petani cerdas

Jamaluddin Abu adalah aktor kunci dibalik ketenaran Kampung Sayur Kanreapia. Ia laksana telah melompat dari jendela kamar sebuah rumah tradisi pertanian di desa yang dilanda krisis petani muda. Ia menjadi pembeda. Dengan segenap keberanian, Jamal melesat melintasi jalan tak biasa. Baginya, petani harus terdidik. Harus sekolah tinggi-tinggi, tapi harus kembali membangun desanya.

Nah, poin inilah yang menjadi pembeda bagi seorang Jamaluddin Abu. Baginya setinggi apapun Pendidikan haruslah bisa kembali dan berdedikasi di desa. Hal inilah yang membuat Jamal konsisten merawat panggung literasi Rumah Koran. Sumber-sumber pengetahuan ia lapak dengan cara sederhana.

“Rumah koran adalah rumah yang ditempeli koran-koran bekas. Tujuannya agar anak-anak bisa membaca. Kenapa koran? Karena koran dapat dibaca dengan cepat sambil berdiri,” kata Jamal.

Kelak, ia bermimpi dapat membangun museum koran di Kareapia. Dari sekarang, koran-koran bekas telah dikumpulkan. Ini menarik, di tengah kemungkinan koran berbasis kertas akan lenyap dari peradaban. Dari sini, Jamal juga mengedukasi generasi muda untuk tertib pencatatan. Lihatlah, di sekretariat rumah koran, segala dokumentasi kegiatan dan penghargaan dipajang baik-baik. Jamal seorang dokumentator yang baik, ia berjalan dari waktu ke waktu dengan visinya yang luhur: mencerdaskan generasi petani.

Desa perlu dijaga dengan semangat literasi. Hanya dengan ini, kata Jamal, kearifan lokal dari desanya juga dapat lestari. Etos kerja dan kebiasaan berderma adalah nilai-nilai luhur dari Kanreapia. Hal-hal baik akan mengundang kebaikan yang lebih besar, Jamal sangat meyakini adagium ini.

Jamal, juga pak Komandan Pur adalah inspirasi berjalan yang kini terus bergerak berjuang menjaga asa pangan berkelanjutan dari ketinggian Kanreapia yang gigil.

KLIK INI:  Kolaborasi dan Komitmen Jaga Laut se Indonesia di Hari Sumpah Pemuda