Platform Beras Berkelanjutan dengan Meningkatkan Kompetensi Petani

oleh -546 kali dilihat
Platform Beras Berkelanjutan dengan Meningkatkan Kompetensi Petani
Ilustrasi beras - Foto/Trubus

Klikhijau.com – Platform beras berkelanjutan harus mampu menyediakan ruang dialog, kemitraan dan kolaborasi antar aktor perberasan di Indonesia.

Hal ini menjadi catatan kesimpulan dialog virtual bertajuk: ‘Kemitraan Multipihak Perberasan Nasional’ yang digelar secara daring oleh Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) secara daring, Kamis 3 September 2020.

Selain itu, berbagai inisiatif yang ada, termasuk program pemerintah, kata Husein, juga belum memberikan rincian atau detail target yang ingin dicapai.

“Apa yang dirancang Bappenas misalnya, belum terlihat target yang clear, misalnya harus clear terkait petani untuk sejahtera melalui korporasi petani apakah sekadar meningkatkan produktivitas, kemudian menjual beras lebih baik? Itu belum jelas,” ujar Husein Sawit, pakar perberasan.

Berbagai kebijakan dan inisiatif yang ada saat ini belum bisa mencapai kata sepakat untuk memikirkan sebuah rencana jangka panjang terkait isu lingkungan dan keberlanjutan.

KLIK INI:  Menilik Masalah Beras Berkelanjutan, Lingkungan dan Perubahan Iklim

“Semua harus ke sana arahnya, kita selama ini dari lima tahun ke lima tahun sustainability tetap terbaikan,” tegas Husein.

Terkait platform beras berkelanjutan, Husein menyarankan agar ada lembaga yang menjadi leader atau memimpin berbagai pihak yang terlibat.

“Harus ada lembaga yang kuat yang me-lead, yang mengkoordinasi seperti Bappenas, yang bukan departemen teknis, yang mampu merangkum, membawa sumber daya yang ada itu yang harus dipikirkan,” ujarnya.

Kemitraan multipihak

Muhammad Nuruddin dari Aliansi Petani Indonesia (API) menilai, membangun platform beras berkelanjutan bisa dimulai dengan melihat berbagai praktik baik yang sudah ada saat ini yang dilakukan petani di lapangan.

KLIK INI:  Menggunakan Urin Dapat Membuat Sistem Pangan Lebih Berkelanjutan, Benarkah?

Berbagai inisiatif yang ada ini bisa diperkuat dengan kemitraan multipihak baik dari masyarakat dan pemerintah yang dirangkai menjadi kemitraan people, public, private partnership, yang merupakan gejala yang saat ini banyak dilakukan di berbagai sektor.

“Beberapa anggota kami sudah mengembangkan kawasan berkelanjutan, agroekologi atau pertanian ramah lingkungan, tinggal bagaimana dukungan dari pemerintah misalnya, atau jasa keuangan seperti dari BUMN Himbara, juga NGO lokal dan internasional agar mereka bisa mengakses pasar di luar jalur pemasaran yang ada saat ini,” papar Nuruddin.

Jika ini terjadi, maka bisa dikatakan kemitraan multipihak sudah berjalan untuk membangun platform beras berkelanjutan.

Banyak inisiatif lokal yang bisa diadopsi dalam membangun platform beras berkelanjutan termasuk berbagai inisiatif pengembangan pangan sehat.

KLIK INI:  Kebijakan Pangan Berkelanjutan, Kunci Siasati Produksi Beras dan Minyak Goreng

Pakar penyakit tanaman IPB, Suryo Wiyono menegaskan, dalam membangun platform beras berkelanjutan juga jangan sekadar berfokus pada beras dari padi sawah karena ada juga petani yang mengembangkan padi gogo atau padi ladang yang dikelola secara berkelanjutan.

“Ada bias pangan yaitu beras berarti sawah, padi berarti sawah, dan padi sawah terkait input, padi gogo belum diperhatikan, padahal itu juga masa depan pertanian, jika bicara isu keberlanjutan,” ujarnya.

Meningkatkan kompetensi petani

Kemudian, perlu juga membangun kompetensi petani, karena ujung dari produksi pangan adalah petani.

Karenanya sangat penting untuk menghidupkan kembali sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT) dimana petani dapat meningkatkan kompetensi mereka dalam mengelola tanaman mereka secara berkelanjutan.

KLIK INI:  WALHI DKI Jakarta Desak Jepang Stop Danai Energi Fosil

“Petani kompeten, petani merdeka, yang saat ini banyak melakukan inovasi, dan kreatif itu banyak yang merupakan petani warisan jaman dulu, dari sekolah lapang dimana mereka belajar berpikir kritis, merdeka dan inovatif. Sekolah lapang kalau mau menuju produksi pangan berkelanjutan harus dihidupkan kembali,” tegas Suryo.

Sariyo dari TaniHub Group menjelaskan, penting pula dalam membangun platform ini untuk melakukan beberapa hal. Misalnya, membangun standardisasi terkait apa itu good agriculute practice.

Kemudian mendidik pasar untuk siap menerima beras produksi petani yang dikelola secara berkelanjutan.

Petani saat ini, seperti yang dibina BI, mampu memproduksi padi organik. “Tapi di satu sisi ketika pasar belum siap bisa menjadi bumerang, petani akan mengeluh, saya sudah tanam tetapi tidak ada yang menyerap, hal sama juga terjadi pada beras merah dan beras hitam,” jelasnya.

“Saya berharap forum juga nantinya mengkampanyekan beras sehat, juga misalnya regulasi yang mendidik dimana petani yang menggunakan pupuk secara berlebihan misalnya, tidak bisa menjual hasil panennya supaya ada efek jera, agar mereka terdorong melakukan pratik pertanian yang tidak merusak lingkungan, sumber daya air, dan sebagainya,” tegas Sariyo.

KLIK INI:  9 Komponen Kunci dari Makanan Berkelanjutan