Embung Pertanian Kanreapia, Berkah Kemarau yang Buat Panen Petani Melimpah

oleh -207 kali dilihat
Embung Pertanian Kanreapia, Berkah Kemarau yang Buat Panen Petani Melimpah
Embung Pertanian petani di Kanreapia - Foto: Ist
Jamaluddin Daeng Abu
Latest posts by Jamaluddin Daeng Abu (see all)

Klikhijau.com – Embung Pertanian adalah bangunan yang berfungsi untuk menahan dan menampung aliran air yang bersumber dari mata air, curah hujan, sungai dan sumber air lainnya.

Embung atau tendon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan.

Embung Pertanian Kanreapia menjadi cara petani KBA Kanreapia mengatasi kekeringan saat musim kemarau. Embung diperuntukan untuk menyediakan air ketika musim kemarau.

Embung telah menjadi solusi untuk mengairi tanaman yang kering, sehingga membuat tanaman tidak mati karena kekurangan air. Embung Pertanian membawa pertanian Kanreapia selalu sukses dalam melakukan budidaya di musim kemarau, karena embung mampu menyediakan kebutuhan air bagi pertanian masyarakat Kanreapia.

Embung mini merupakan bangunan konservasi air berbentuk kolam atau cekungan untuk menampung air limpasan serta sumber air lainnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan air dengan volume tampungan 500 m3 sampai 3.000 m3, dan kedalaman dari dasar hingga puncak tanggul maksimal 3 m.

KLIK INI:  Fakultas Teknik Industri UMI Lantik Ratusan Insinyur Baru

Embun pertanian petani Kanreapia

Sama halnya petani desa Kanreapia memiliki ukuran embung yang bervariasi, biasanya disesuaikan dengan lahan masing – masing petani.

Embung Pertanian hadir sebagai aksi Mitigasi perubahan Iklim, dimana Desa Kanreapia telah menjadi Kampung Iklim Lestari pada tahun 2022. Fenomena perubahan iklim yang terjadi saat ini sangat dirasakan dalam pengembangan sektor pertanian, karena sektor pertanian merupakan sektor paling rentan (vulnerable) terhadap perubahan iklim.

Perubahan iklim menyebabkan pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan dimana durasinya menjadi lebih pendek dengan intensitas yang tinggi sehingga menyebabkan banjir. Sedangkan musim kemarau yang berlangsung lebih lama menimbulkan bencana kekeringan, yang berdampak pada penurunan produktivitas, dan luas areal tanam.

Petani sebagai ujung tombak pelaksana pembangunan pertanian diharapkan mampu melaksanakan usahatani di tengah fenomena perubahan iklim yang terjadi seperti sekarang ini.

Salah satu upaya adaptasi perubahan iklim yang dilakukan adalah dengan pengembangan embung pertanian yang berfungsi untuk memanen air hujan dan aliran permukaan terutama pada musim kemarau.

KLIK INI:  Pohon Besar, Penyelamat dari Krisis Keanekaragaman Hayati dan Krisis Iklim

Adaptasi perubahan iklim melalui Pengembangan Embung Pertanian merupakan upaya konservasi air yang tepat guna, murah dan spesifik lokasi, serta dapat mengatur ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan air (water demand) di tingkat usaha tani.

Dalam pembangunan embung pertanian, petani Kanreapia dalam melihat sisi fungsinya sebagai penambung air telah memenuhi komponen struktur embung antara lain: bangunan penampung (storage), pintu/ saluran pemasukan (inlet), pintu/saluran pengeluaran (outlet) dan pelimpas.

Embung dan kearifan lokal

Petani Desa Kanreapia menamai embung sebagai Ceddang, mayoritas petani mengetahui bahwa penampungan air yang mereka buat adalah ceddam atau Ceddang. Misalnya saat mereka berkomunikasi dengan sesama petani dengan mengucapkan:

‘’Mangeko muko ambaliia akkeke ceddang’’ artinya Bantu saya besok menggali embung.

‘’Rassiji ere Ceddangia’’ Artinya : Apakah air embung sudah penuh.

‘’Timae Ceddangnu’’ Artinya : Dimana Lokasi embung Anda.

KLIK INI:  Restorasi Ekosistem Pesisir, Solusi Permanen Mitigasi Perubahan Iklim

Artinya sebelum istilah nama embung buming dan diterapkan di berbagai tempat di Indonesia ternyata petani Kanreapia telah menerapkan sistem penampungan air untuk pengairan pertanian meraka di saat musim kemarau datang, yang dikenal saat ini sebagai istilah embung.

Sekitar tahun 80-an nama Ceddam dipopulerkan dan dirintis oleh Dg Solle, Tokoh perintis Kanreapia. Ceddam yang di bangun pada saat itu memiliki ukuran yang besar, untuk menampung air hujan, air sumber mata air dan lainnya, dengan tujuan, sebagai pengairan pertanian warga.

Hal ini sejalan dengan Kegiatan pengembangan Embung Pertanian di Indonesia:

  1. Menahan dan menampung aliran air yang bersumber dari mata air, curah hujan, sungai dan sumber air lainnya dalam bentuk embung, long storage dan dam parit yang dimanfaatkan sebagai air irigasi suplementer pada musim kemarau untuk budidaya komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan (tanaman pakan ternak, sanitasi dan minum ternak).
  2. Meningkatkan Indeks Pertanaman dan atau produktifitas

Kriteria dan komponen embung kecil meliputi:

  1. Volume tampungan antara 500 m3 sampai dengan 3000 m3;
  2. Tinggi embung dari dasar hingga puncak tanggul maksimal 3 m;
  3. Mempunyai panjang 20 m sampai dengan 50 m dan lebar 10 m sampai dengan 30 m;
  4. Dilaksanakan dengan sistem padat karya oleh masyarakat setempat dan Secara Mandiri oleh Masyarakat Petani Kanreapia.

Pengembangan Embung pertanian merupakan pengembangan teknologi konservasi air yang sederhana, biayanya relatif murah dan dapat dibangun melalui pola padat karya/swadaya petani.

KLIK INI:  Upaya Petani Kanreapia Jaga Asa Pangan Berkelanjutan dari Ketinggian yang Gigil

Embung pertanian adalah solusi teknis pemanen air (water harvesting) yang apabila dibangun sesuai kriteria teknis, mampu meningkatkan indeks pertanaman dan meningkatkan taraf hidup petani/masyarakat sekitarnya.

Pola pemanen air melalui embung pertanian diarahkan untuk menambah ketersediaan air untuk pertanian serta dapat memperlambat laju aliran dengan meresapkan air ke dalam tanah.

Teknologi ini dianggap efektif karena secara teknis dapat menampung volume air dalam jumlah relatif besar dan dapat mengairi areal yang relative luas jika dibangun cara berseri.

Inovasi dapat didefenisikan sebagai proses kegiatan yang melibatkan pemikiran yang dalam oleh manusia yang dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru atas suatu hal, baik yang belum pernah ada sebelumnya ataupun yang sudah ada untuk kemudian diperbaharui.

Teknik pembuatan embung meliputi penentuan tekstur tanah, kemiringan lahan, bentuk, ukuran penggalian tanah, kelapisan tanah, kelapisan plastik, penembokan dan pelapisan kapur.

Nah sejak dulu hingga sekarang petani Kanreapia telah memanfaatkan embung pertanian, sehingga sejak dulu hingga sekarang petani terus produktif dalam melakukan budidaya sayur mayur, yang membuat keberlanjutan pertanian di des aini terus berjalan.

KLIK INI:  Disambangi Mahasiswa Jepang, Komunitas Tobonga Pamerkan Teater Pematang Sawah