Klikhijau.com – Bioremediasi masih terdengar asing. Padahal ia memiliki tujuan yang berpihak pada lingkungan. Karena bioremediasi hadir untuk memulihkan kesehatan lingkungan dari zat-zat pencemar yang berbahaya.
Bioremediasi ini berdasarkan terminologi terdiri dari dua kata, yaitu bio dan remediasi. Kedua kata itu memiliki arti masing-masing, bio berarti yang berarti hidup. Sedangkan remediasi berarti kembali.
Karena kedua kata tersebut digabungkan, maka secara harfiah bisa ditafsirkan sebagai pengembalian daerah atau lokasi yang terpapar limbah kimia. Cara pengembaliannya pun terbilang alami, karena menggunakan bantuan makhluk hidup.
Jadi, bioremediasi ini mengacu pada segala proses yang menggunakan mikroorganisme, misalnya penggunaan fungi, bakteri, yeast, dan alda, ataupun enzim-enzim yang dihasilkannya untuk menetralkan atau membersihkan bahan kimia dan limbah pencemar lingkungan.
Tidak hanya mikroba yang bisa diterapkan dalam proses bioremediasi. Namun, juga dapat memanfaatkan tetumbuhan.
Dua jenis bioremediasi
Bioremediasi ini memiliki dua jenis, yaitu bioremediasi ex-situ dan bioremediasi in-situ. Kedua jenis ini memiliki fungsi dan pengertiannya masing-masing.
Untuk bioremediasi ex-situ meruapakan usaha pemulihan lingkungan. Cara pemulihannya dengan melakukan penggalian. Setelah galian usai, kemudian membawa unsur pencemar keluar daerah untuk dipulihkan di tempat lain.
Cara ini pun tidak berdiri sendiri, tetapi ada empat cara untuk melakukan bioremediasi jenis ini, di yakni dengan cara:
-
Biopile
Teknik biopile ini menggunakan cara penimbunan di atas galian tanah yang tercemar. Namu, tidak sekadar ditimbun begitu saja, tetapi diikuti penambahan nutrisi dan aerasi. Tujuan dari penambahan itu untuk meningkatkan aktivitas mikroba.
Tidak hanya itu, tetapi juga harus ada penambahan sistem pemanas dalam teknologi biopile. Ini bertujuan agar proses biodegradasi senyawa berbahaya dapat berjalan lebih cepat.
-
Land farming
Ini merupakan teknik mencampurkan tanah tercemar dengan nutrisi, guna merangsang aktivitas mikroorganisme.
Ini merupakan teknik yang paling muda dalam teknik ex-situ. Setelah tanah tercampur, campuran tanah tersebut kemudian dipindahkan ke tanah yang belum terkontaminasi.
Ada beberapa jenis nutrisi yang perlu ditambahkan, di antaranya kalium, nitrogen, dan fosfor.
-
Bioreaktor
Teknik bioremediasi ini, menggunakan sebuah tangki besar. Tangki itu sebagai tempat terjadinya biodegradasi.
Tangki besar yang digunakan pun harus memiliki kondisi yang terkendali. Di mana mikroba dapat bertahan hidup.
Banyak hal yang mesti diperhatikan dalam penggunaan teknik bioreaktor, di antaranya suhu, kelembaban, aerasi, hingga nutrisi dikontrol secara berkala.
Tujuannya adalah agar mikroba dapat tetap hidup dengan baik, hal itu akan membuat biodegradasi berjalan lancar dan cepat.
-
Windrow
Tumpukan tanah yang tercemar akan dibalikkan. Pembalikannya pun harus sistematis, tidak bisa sekaligus. Pembalikannya dilakukan secara berkala.
Pembalikan tanah yang tercemar itu pun harus dibarengi dengan peningkatan aerasi. Agar laju biodegradasi bisa cepat, maka perlu pula penambahan nutrisi beberapa kali sebagai bahan baku energi bagi mikroba.
Tentang bioremediasi in-situ
Bioremediasi in-situ merupakan usaha pemulihan lingkungan. cara kedua ini langsung bersentuhan dengan lokasi pencemaran. Setidaknya ada tiga tekni dalam bioremediasi ini, yakni:
-
Titoremediasi
Tanaman dalam teknik ini memiliki peran yang penting. karena memang teknik titoremediasi menggunakan menggunakan tanaman sebagai media pemulih lingkungan dari polutan.
Bagian tanaman, yakni akar dimanfaatkan untuk menyerap polutan. Tidak hanya menyerap, tapi jugadan mengeluarkannya dari lingkungan.
Untuk jenis tanaman yang dapat digunakan dalam fitoremediasi ini. harus disesuaikan dengan zat pencemar yang akan dibersihkan. Eceng gondok merupakan salah satu jenis tanaman yang kerap dipakai dalam fitoremediasi.
-
Biostimulasi
Teknik bioremediasi yakni dengan merangsang aktivitas mikroba asli. Teknik biostimulasi ini dilakukan dengan cara penambahan nutrisi dan peningkatan kelembapan.
Tidak hanya itu ada pula pengaturan suhu lingkungan. ini bertujuan agar pertumbuhan mikroba dapat meningkat.
Jika pertumbuhan mikroba meningkat, maka proses biodegradasi bahan pencemar dapat lebih lekas terjadi.
-
Biosparging
Cara bioremediasi ini dilakukan dengan menyuntikkan oksigen ke dalam tanah. Oksigen yang disuntikkan itu bakal meningkatkan aktivitas bakteri aerob dalam tanah.
Biosparging biasa digunakan untuk membersihkan minyak dan senyawa aromatik seperti naftalena benzene, dan toluene dalam tanah.
Nah, sahabat hijau, itulah sekilas tentang bioremediasi dan jenisnya, semoga bermanfaat !