Pohon Air Mata

oleh -248 kali dilihat
Pohon Air Mata
Ilustrasi-foto/Pinteres
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Pohon Air Mata

 

Pohon sengon di hulu sungai yang telah kering kerontang itu. Telah jadi pohon satu-satunya yang tumbuh di kampung kami. Sejak warga mulai beralih menanam sayur mayur. Pohon-pohon di tebangi.

Pohon cengkeh yang telah tujuh tahun alpa berbuah, pun tak luput dari sarapan parang. Daunnya dijual, lalu di suling di penyulingan minyak cengkeh Pak Nuhang.

Panggilan pak pada Pak Nuhang, jadi bukti juga ia adalah orang yang punya jabatan atau pegawai. Tak sembarang orang bisa dipanggil pak. Hanya yang pernah kuliah, lalu bekerja dengan pakaian dinas.

Pak Nuhang adalah mantan kepala sekolah. Lima tahun lalu telah pensiun. Lalu mendirikan penyulingan daun cengkeh.

Asap dari penyulingan daun cengkeh itu, telah menyebabkan penyakit asma bagi banyak orang. Airnya yang hitam telah menimbulkan pula penyakit kulit.

Puskesmas kecamatan setiap hari kedatangan pasien karena penyulingan daun cengkeh Pak Nuhang itu.

Kedatangan banyak pasien adalah berkah bagi puskesmas, sebab mereka bisa menggaji tenaga honornya yang memang bergaji horor saking rendahnya.

Semakin banyak pasien karena asap penyulingan dan airnya yang hitam pekat, membuat Pak Nuhang setiap bulan menerima bonus ucapan terima kasih dari puskesmas.

Ketika cengkeh habis ditebang. Penyulingan Pak Nuhang berubah jadi sarang burung hantu, ular, dan tikus. Ketiga satwa yang saling bermusuhan itu akur dibekas penyulingan minyak daun cengkeh Pak Nuhang.

KLIK INI:  Memahami Bumi Sebagai Rahim Ibu
***

Pohon sengong itu kini jadi wisata. Banyak orang datang,  sekadar berfoto lalu pulang. Tak sedikit pula yang penasaran bagaimana rupa pohon, mereka datang mengagumi dan merasakan sensasi menyentuh kulitnya.

Pohon sengong itu, jadi tempat tinggal burung elang. Tak ada burung lain yang berani mendekat, sebab burung elang siap memanennya.

Warga menjadikan pohon itu tempat berteduh, di selah-selah akarnya mengalir air, itu satu-satunya air di kampungku. Kini jadi rebutan.

Dulu sebelum pohon habis ditebangi, kampungku adalah kampung dengan limpahan air yang tak putus, hawa menggigilkan, cericit burung bersahutan, lalu tanggal satu demi satu ditetak kerakusan.

Air kini berpindah ke mata warga jadi air mata.

Maret 2023

KLIK INI:  Kursi Lalu Tanah

**

Gelisah Ganing

 

Ganing gelisah di tempat tidurnya. Lampu telah padam. Malam masih sangat belia, jam 7 lewat 47 menit. Sepi mulai turun, tanda kehidupan sejak jelang senja tadi telah pamit.

Hujan sejak seminggu lalu membuat panel surya warga tak mengisi secara penuh. Sejak tahun 2179, tak ada lagi pembangkit listrik negara. Sumber energi fosil telah terkuras habis.

Hujan seminggu belakangan ini adalah berkah yang langka, hujan turun setelah 11 bulan lima belas hari kemarau. Sumber air di Tassika mengering, sungai addungang hanya menyisa batu berserakan, sungai balantieng pun demikian.

Air sungai balantieng di Desa Kahayya jika diliter tak sampai lagi sejuta liter. Airnya keruh, tak layak konsumsi. Pun tak ada orang yang berani ke sana mengambilnya, buaya bersarang dan menanti apa saja untuk dimangsa.

Di tahun-tahun lalu, Kindang melimpah air bersih. Namun, ketika pohon-pohon cengkeh, kopi, bambu, gambas, suren, sengong,  gaharu, karoci, siandara, durian, paccopacco, nangka, mangga ditebangi.

Ketika hanya bunga tasbih, alamanda, bunga mawar, lidah mertua,  air mata pengantin, air mata bunda, bunga lily, labu siang, miana ungu,  bunga parenreng, ginseng jawa yang dibiarkan hidup. Air mulai menghilang. Gerah juga bertandang.

Kebun cengkeh dan kopi dialihfungsikan menjadi lahan hortikultura, air dialirkan ke kebun untuk menumbuhkan sayuran warga dan mengeringkan lehernya.

KLIK INI:  Mengenal Pohon, Tipe-tipe Pohon dan Fakta Penting di Baliknya!

Ketika sumber air mengering, warga mulai menggali sumur bor. Setiap kebun kini memiliki panel surya untuk menghidupkan dinamo air.

Semakin tahun, semakin banyak sumur bor, warga semakin sejahtera dari segi materi. Setiap rumah memiliki Ac dan mobil listrik juga tabung oksigen.

“Pernikahanmu terpaksa ditunda, Ganing, tak ada air,” ujar Puang Lanning pada anak bungsunya itu.

Sejak lima bulan lalu, Ganing telah melamar kekasihnya, tapi kemarau menyumbat aliran air, air sulit di dapat. Pernikahan Ganing pun tersumbat.

Untuk minum saja, harus berjalan jauh ke ujung kampung, pada sumur satu-satunya di kampung. Air sumur bor tak layak minum, keruh, bau, dan berminyak.

Air mata Ganing berlinang mendengar pertanyaan ayahnya. Ia lalu mengambil ember, berjalan ke ujung kampung, ke sumur itu. Subuh belum sepenuhnya pergi.

2023

KLIK INI:  Tak Ada Pantai di Bira

**

Capung

 

Pak Dandang datang lagi ke kampung kami. Itu kunjungannya yang ketujuh bulan ini. Tak pernah ada orang kota serajin Pak Dandang ke kampung. Ia mengalahkan para caleg.

Kunjungan itu, kunjungan yang paling dinanti warga, sebab capung-capung yang seminggu belakangan ini ditangkap, akan ditimbang oleh Pak Dadang.

Awalnya, tak ada yang percaya, Pak Dandang akan membeli capung,

“Mau diapa?” pertanyaan itu tumbuh liar di benak kami, warga kampung selatan.

Namun, Pak Dandang meyakinkan warga, lalu benar saja, capung-capung itu dibeli dengan harga lumayan mahal.

Setiap hari, warga akan berburu capung. Capung kini semakin sulit ditemukan. Tapi warga puas, sebab bisa mengunduh gambar capung dari gawainya, gawai yang dibeli dari hasil menjual capung

2023

KLIK INI:  Yuk Kenali Forest Restoration Project: SDGs Together!