- Hari Bumi 2024: Ford Foundation Dukung BRWA Kelola Registrasi Wilayah Adat di Tapanuli Utara dan Lutra - 23/04/2024
- Begini Cara SDNBorong dan SDN Parinring Makassar Rayakan Hari Bumi 2024 - 22/04/2024
- Cerita Baru Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi Lintas Provinsi diMakassar, Tersangka Siap Disidangkan - 22/04/2024
Klikhijau.com – Cengkeh atau cengkih (syzygium Aromaticum) merupakan satu rempah khas Indonesia yang memiliki akar sejarah panjang di negeri ini. Pohon ini mengundang umpan orang-orang Portugis dan Belanda datang menginjakkan kaki di nusantara.
Sejarah pernah mencatat bahwa di abad 17 hingga 18, harga cengkeh di Indonesia bahkan menyamai harga emas. Dan Maluku menjadi lokus utama dimana pohon-pohon cengkeh tumbuh perkasa.
Sejauh ini memang belum ada referensi utuh mengenai asal muasal cengkih, namun temuan pohon cengkih tertua di dunia ditemukan di Kepulauan Maluku. Temuan ini kemudian menjadi simpulan kuat bahwa cengkih berasal dari Indonesia.
Selain Indonesia, negara yang disebut-sebut sebagai asal pohon cengkeh adalah Filipina.
Sebelum membahas mengenai fakta sejarah perkembangan cengkeh di Indonesia, berikut ini klasifikasi pohon cengkeh yang menarik diketahui:
Kingdom | Plantae |
Subkingdom | Tracheobionta |
Superdivisi | Spermatophyta |
Divisi | Magnoliophyta |
Kelas | Magnoliopsida |
Subkelas | Rosidae |
Ordo | Myrtales |
Famili | Myrtaceae |
Genus | Syzygium |
Spesies | Syzygium aromaticum |
Status Kelangkaan
Berdasarkan catatan IUCN Red List of Threatened Species, pohon cengkeh memiliki status Least Concern atau LC. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman ini beresiko rendah untuk mengalami kelangkaan atau kepunahan. Pohon cengkeh tidak masuk dalam kategori apapun dan populasinya stabil di alam.
Fakta sejarah cengkeh
Berikut ini setidaknya 5 fakta sejarah mengenai cengkeh yang menarik diketahui:
- Sudah dikenal sejak ribuan tahun silam
Cengkeh telah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi pada masa kerajaan Romawi Kuno. Selain diyakini mengandung khasiat untuk kesehatan dan pengobatan, nilai pasar rempah ini terbilang fantastis sejak ribuan tahun silam.
Daya pikat cengkeh telah memantik seorang Vasco Da Gama, penjelajah legendaris dari Portugis, mengelilingi dunia untuk menemukannya dan menempatkannya pada peta dunia saat itu.
- Rempah khas Indonesia
Cengkeh merupakan rempah bahan utama yang membuat rokok kretek berbeda dengan rokok putih.
Nicolo Conti (pedagang Venesia) meyakini bahwa cengkeh berasal dari Pulau Banda dan pulau-pulau sekitarnya. Beberapa ahli botani juga mengungkap bahwa cengkih berasal dari kepulauan Maluku seperti Pulau Ternate, Tidore, Makian, Moti, Weda, Maba, Bacan, hingga Pulau Rote di selatan.
- Sebarannya yang dramatis
Sebaran pohon cengkeh terbilang dramatis. Pohon ini diyakini tersebar dari negeri asalnya Kepulauan Maluku. Kabarnya, bibit tanaman cengkeh mulai disebarkan keluar wilayah Maluku pada sekitar tahun 1769.
Oleh sebab itu, Maluku pernah menjadi produsen cengkeh terbesar di dunia. Sekira tahun 1769, seorang kapten berkebangsaan Perancis kemudian menyelundupkan bibit cengkeh dari Maluku ke Rumania. Setelahnya sebarang cengkeh terus meluas ke Madagaskar dan Zanzibar.
Sementara sebaran pohon cengkeh di Indonesia diperkirakan sekira seratus tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1870. Beberapa wilayah di Indonesia yang ditanami varietas cengkeh asal Maluku antara lain Jawa, Kalimantan, dan Sumatera.
Kini, tanaman cengkeh telah dibudiya di seluruh penjuru dunia. Meski terbilang legendaris, harga cengkeh naik turun setiap tahunnya.
- Monopoli VOC
Usai mengalahkan Portugis, VOC akhirnya memonopoli perdagangan cengkeh bahkan menempatkan komoditi ini sebagai rempah strategis. VOC kemudian menempatkan markas besarnya di Ternate selama tiga periode, yaitu pada masa jabatan Gubernur Jenderal Pieter Both (1610–1614), Gerard Reynst (1614–1615), hingga Dr. Laurens Learel (1615–1619).
Monopoli dan pengendalian harga cengkeh oleh VOC dilakukan dengan cara Stelsel Hongi Tocten atau pelayaran Hongi. Setiap tahun mulai tahun 1625 hingga 1824, extirpartie atau penghancuran perkebunan cengkeh rakyat, kerja paksa, tanam paksa, dan penyerahan hasil perkebunan paksa.
Inilah yang memunculkan kesadaran awal persatuan serta perlawanan terhadap VOC oleh masyarakat kaum Muslim Hitu, pasukan desertir Kristiani Ternate di Hoamal, Seram Barat, rakyat dan Kerajaan Gowa, serta bangsa pelaut Makassar.
Persekutuan ini rupanya berjejaring dengan perlawanan yang sudah terbentuk di Jawa, karena persekutuan tersebut dipimpin oleh Kakiali, seorang dari Hitu yang notabene adalah salah satu murid Sunan Giri.
Semangat persekutuan dan semangat nasionalisme Nusantara ini melahirkan pertempuran segitiga kekuatan dunia saat itu, yaitu Portugis, Spanyol, dan VOC Belanda dalam penguasaan dunia Timur.
Perlawanan yang lama dank eras ini kemudian melahirkan pejuang-pejuang besar seperti Philip Latumahina, Anthony Rebak, Said Perintah, dan Pattimura alias Thomas Matulessy.
- Pencurian bibit dan kemunculan cengkeh Zanzibar
Selama hampir dua abad VOC merajai cengkeh. Seorang penjelajah bernama Piere Poivre asal Perancis kemudian “mencuri” bibit cengkeh dari Maluku dan mengembang-biakkannya di Zanzibar, sebuah wilayah jajahan Perancis.
Cengkeh Zanzibar pun suatu ketika jadi primadona, menggeser cengkeh Nusantara. Cengkeh Zanzibar konon lebih diminati karena kandungan minyaknya yang lebih rendah.
The French East India Company kemudian berhasil menggusur VOC ke dalam jurang kebangkrutan sekaligus merebut monopoli pasar cengkih Eropa pada 1798.
Lalu, di pertengahan abad XIX harga cengkeh dari Ambon-Lease cenderung melorot turun. Dan jumlah produksinya pun terus berkurang sejalan dengan penghapusan politik tanam paksa sejak 1 Januari 1864. Perkebunan dan perdagangan komoditi cengkeh dari Nusantara pun ambruk.
Di masa jayanya, cengkeh bahkan kerap dijadikan masyarakat di beberapa wilayah di Indonesia sebagai mahar pernikahan. Hal ini membuktikan betapa tinggi nilai jual pohon rempah satu ini.
*Sumber
– https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/sejarah-perkembangan-cengkeh-87
– https://rimbakita.com/pohon-cengkeh/