Mikroplastik Telah Menyusup ke Awan dan Jadi Pemicu Perubahan Iklim?

oleh -36 kali dilihat
Awan-foto/Ist

Klikhijau.com – Mikroplastik telah ditemukan hampir di semua tempat di dunia ini. Bahkan pada tempat atau benda yang tidak terduga sama sekali.

Sifat dan wujudnya yang kecil memungkinkan benda ini bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari benda satu melompat ke benda yang lain.

Partikel-partikel kecil ini telah dikaitkan dengan kerusakan lingkungan yang luas, serta kanker dan berbagai dampak buruk terhadap kesehatan yang berkaitan dengan paru-paru dan jantung.

Telah banyak studi menemukan mikroplastik pada tempat “tak masuk akal”. Misalnya pada aliran darah manusia, pada tetesan hujan, di laut terdalam hingga daerah paling terpencil di dunia.

KLIK INI:  Tiga Ngengat Jenis Baru Ditemukan Peneliti BRIN, Satu di Antaranya Mengancam Petani Cengkeh

Dan yang paling terbaru perihal mikroplastik, benda kecil ini telah ditemukan di atas awan. Penemuan itu diungkapkan oleh para  peneliti Jepang.

Mereka telah mengkonfirmasi keberadaan mikroplastik di awan. Keberadaannya itu kemungkinan besar memiliki dampak terhadap iklim yang belum sepenuhnya disadari.

Penelitian tersebut bertajuk “Airborne hydrophilic microplastics in cloud water at high altitudes and their role in cloud formation,” dan diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemistry Letters.

Dilansir dari Ecowatch bahwa dalam studi tersebut, para peneliti mendaki Gunung Oyama dan Gunung Fuji untuk mengumpulkan air dari puncak yang diselimuti kabut.

Setelah air terkumpul, para peneliti itu kemudian menggunakan pencitraan canggih untuk menentukan sifat kimia dan fisik sampel, lapor AFP.

“Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa mikroplastik di dataran tinggi dapat mempengaruhi pembentukan awan. Pada gilirannya, dapat mengubah iklim ,” tulis para ilmuwan dalam penelitian tersebut.

KLIK INI:  Siap-siap, Mobil Penghasil CO2 Bakal Dihapus
Polimer berperan besar dalam sistem iklim

Melalui analisisnya, tim peneliti mengidentifikasi sembilan jenis polimer unik, serta satu jenis karet, dalam sampel mikroplastik di udara. Mikroplastik berkisar antara 7,1 hingga 94,6 mikrometer. Rata-rata rambut manusia memiliki lebar 80 mikrometer.

Setiap liter uap awan cair ditemukan mengandung 6,7 hingga 13,9 keping mikroplastik.

Peneliti menemukan banyak sekali polimer “hidrofilik”  yang mudah tertarik pada air. Hal ini menunjukkan bahwa polimer tersebut berperan besar dalam sistem iklim melalui pembentukan awan yang cepat.

Beberapa sampel yang dikumpulkan memiliki banyak polimer, sehingga menunjukkan bahwa polimer tersebut mungkin berfungsi sebagai “inti kondensasi”. Partikel kecil yang mengembunkan uap air di atmosfer yang menciptakan air awan dan es.

KLIK INI:  6 Sektor Kunci Atasi Perubahan Iklim

Euronews Green melaporkan bahwa penulis studi tersebut menjelaskan, plastik awalnya bersifat hidrofobik, namun menjadi hidrofilik setelah terkena sinar ultraviolet dalam waktu lama.

“Mikroplastik di troposfer bebas diangkut dan berkontribusi terhadap polusi global,” kata Hiroshi Okochi dari Universitas Waseda, penulis utama studi tersebut, seperti dilansir dari Ecowatch.

Okochi menambahkan, jika isu tersebut tidak ditangani secara proaktif, risiko ancaman perubahan iklim dan ekologi dapat menjadi kenyataan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dan tidak dapat diubah di masa depan.

“Ketika mikroplastik  yang didefinisikan sebagai partikel plastik yang berukuran kurang dari lima milimeter dan berasal dari bahan-bahan seperti ban mobil sintetis, tekstil, limbah industri, dan produk perawatan pribadi  itu mencapai atmosfer bagian atas dan terkena radiasi ultraviolet dari sinar matahari, mikroplastik tersebut menurunkan kualitasnya, berkontribusi terhadap gas rumah kaca,” tutup  Okochi dinukil dari Ecowatch.

KLIK INI:  Tips Sederhana Mengajak Anak Mencintai Suasana Alam Raya