Menilik Sejarah Es Pisang Ijo, Takjil Andalan yang Ramah Kantong

oleh -315 kali dilihat
Meniliki Sejarah Pisang Ijo, Takji yang Ramah Kantong
Es pisang ijo-foto/Dijelas.in

Klikhijau.com – Sahabat hijau senang berburu takjil? Jika sedang berpuasa, rasa-rasanya tidak akan komplit jika melewatkan buka tanpa kehadiran kudapan es pisang ijo ini.

Pisang ijo telah jadi salah satu andalan takjil di bulan Ramadan. Khusus  di bulan Ramadan tiba, kuliner ini sangat mudah ditemukan, penjual biasanya berjejer di pinggir jalan.

Namun saat gawai menjamur, kuliner ini mulai pula merambah penjualan ke media sosial, dan bisa diantar langsung penjualnya hingga ke depan rumah.

Es pisang ijo sendiri merupakan kuliner asli khas Sulawesi Selatan, diolah dari pisang raja atau pisang ambon yang sudah matang.

KLIK INI:  Nikmatnya Es Kopiyor, Rekomendasi Andalan untuk Buka Puasamu!

Tidak sulit menemukan kuliner ini, yang sulit adalah melacak jejak sejarah dan nilai filosofis makanan ini.

Sayangnya tidak ada fragmen maupun catatan utuh tentangnya di naskah  lontara kuno Sulawesi Selatan.

Hanya beberapa nama pisang yang sering muncul dalam sumber sejarah tradisional itu. Meski begitu, dapat dikatakan bahwa orang Bugis-Makassar telah berkarib dengannya. Ini dibuktikan dengan banyaknya penuturan dan penyebutan pisang dalam cerita tuturan lisan turun temurun.

Meskipun sulit memastikan bagaimana dan kapan pisang ijo dibuat  untuk pertama kalinya sehingga dapat dinikmati semua kalangan, jika ditelisik dari cara dan bahan pembuatannya terdapat kisah yang jalin menjalin.

Menurut Suryanti dan Ahmad Supriyadi dalam bukunya; Pisang: Budi Daya, Pengolahan, dan Prospek Pasar, tanaman pisang telah ada sejak manusia ada. Namun, belum dibudidayakan dan dibiarkan tumbuh liar begitu saja. Pembudidayaan mulai dilakukan saat masyarakat mengenal sistem pertanian menetap.

KLIK INI:  Tanpa Minyak, Ini 8 Takjil Khas Makassar yang Tetap Jadi Primadona
Cara pembuatannya

Cara pembuatan pisang ijo tidak terlalu sulit. Bahan-bahannya mudah diperoleh di warung-warung sekitar rumah. Cukup membalut pisang dengan adonan tepung beras bercampur santan dan air daun pandan. Lalu dikukus hingga matang.

Setelah dikukus, dapat disajikan dipiring ceper kemudian  disiram dengan kuah dari tepung terigu/maizena yang agak kental dicampur sirup DHT, susu kental manis dan es batu.

Jadilah es pisang ijo yang menggoda siap disantap—melerai rasa haus dan lapar. Jika tak ingin menambahkan es ke dalamnya, juga tak jadi masalah. Pisang ijo tetap nikmat dinikmati.

Perihal es, keterangan tentang konsumsi es di  Nusantara tersiar dalam catatan musafir bernama Prancis Delmas yang mengunjungi Batavia pada 1895.

Dalam Nusa Jawa Silang Budaya 2: Jaringan Asia karya sejarawan Denys Lombard, Prancis Delmas disebut mencicipi “segelas besar sidre-syampane, minuman lezat yang dibuat dengan buah-buahan negeri itu, es dan soda.”

KLIK INI:  Okra, Sayuran Berlendir Kaya Manfaat yang Bisa Jadi Tanaman Pot

Mengkonsumsi es menjadi lambang kemapanan bagi keluarga-keluarga di Batavia. Sebab, es berharga mahal dan didatangkan dari negeri jauh seperti Boston, Amerika Serikat. Kemudian es menjelma produk lokal setelah pabrik-pabrik pembuatan es milik orang Eropa berdiri di beberapa tempat di Pulau Jawa.

Penyebaran es ke Makassar boleh jadi terkait dengan jejaring perdagangan antara Makassar dan Jawa yang telah terbentuk sejak abad ke-17. Jejaring itu kian intensif akhir abad ke-19 sampai awal abad ke -20 ketika pemerintah kolonial menetapkan Makassar sebagai pelabuhan bebas.

Konsumsi es pisang ijo di Bugis-Makassar boleh jadi telah menarik penggunaan bahan lainnya seperti pemanis berupa sirup dan tepung maizena untuk kuahnya.

“Dulu kuahnya dari tepung beras dan santan, kurang enak di lidah karena rasanya hambar. Sekarang sudah enak karena diganti tepung maizena dan ditambahkan sirup,” kata Taufik, salah seorang penjual pisang ijo di Makassar dikutip diamma.com, majalah kampus Universitas Prof. Dr. Moestopo Jakarta.

Kini es tak lagi jadi barang mahal, dan pisang ijo rasanya lebih enak jika disusupkan es batu ke dalamnya. Rasa dahaga lebih cepat menghilang dari tenggorokan.

Jadi, sahabat hijau, sudah siapkan berburu pisang ijo untuk takjil buka puasa nanti sore. Jangan khawatir harganya cukup ramah di kantong alias tidak mahal.

KLIK INI:  Arugula, Si Hijau dengan 2 Kandungan Istimewa yang Perlu Anda Ketahui