Memantau Keanekaragaman Hewan Melalui Pengumpulan DNA dari Daun

oleh -101 kali dilihat
Sinergia Animal: Lembaga Keuangan Tingkatkan Kebijakan terkait Kesejahteraan Hewan
Hewan - Foto: Pixabay

Klikhijau.com –  Kehilangan keanekaragaman hayati global saat ini terus. Hal ini belum pernah terjadi terjadi sebelumnya.

Karenanya, sangat penting pelacakan perubahan pada satwa liar. Itu akan memberikan informasi bagi strategi pengelolaan adaptif dan melestarikan keanekaragaman hayati.

Selain itu, karena sebagian besar penyakit menular yang muncul berasal dari populasi hewan liar. Perlu adanya pemahaman tentang spesies hewan. Khususnya mana yang ada diperlukan untuk memprioritaskan dan berpotensi mengurangi risiko penyebaran penyakit ke populasi manusia.

Cara yang paling terbaru untuk mengumpulkan DNA hewan adalah dengan mengambil sampel DNA dari daun.

KLIK INI:  Tahun Baru, Kembang Api, dan Dampak Buruknya pada Lingkungan

Hal ini diklaim sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology. Studi tersebut mengungkapkan, tim ilmuwan internasional telah menggunakan metode sederhana. Meski sederhana, namun inovatif untuk memantau komposisi spesies di wilayah tertentu.

Caranya adalah dengan  mengambil sampel DNA dari daun. Ini merupakan sebuah teknik yang terinspirasi oleh temuan terbaru bahwa DNA hewan dapat diambil sampelnya dari udara.

Para peneliti menguji ide ini di Taman Nasional Kibale di Uganda, yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya yang kaya dan telah menarik perhatian para ahli biologi selama beberapa dekade.

Berbekal 24 cotton bud, para ilmuwan mulai menyeka daun selama tiga menit dengan masing-masing cotton bud, dengan tujuan mengumpulkan sampel dari sebanyak mungkin daun dalam jangka waktu tersebut.

Jan Gogarten, penulis senior, juga pakar ekologi dan evolusi penyakit menular di Universitas Greifswald mengatakan, jika DNA hewan ada di udara di sekitar kita. Mungkin ia akan mengendap dan menempel pada permukaan lengket seperti daun.

“Hutan hujan dan tumbuhan di dalamnya sering disebut sebagai ‘paru-paru dunia’. Bisakah paru-paru planet ini mewakili tempat yang ideal untuk mengambil sampel DNA dari udara?” ujarnya.

Penulis utama, Christina Lynggaard, yang juga ahli ekologi molekuler di Universitas Kopenhagen mengatakan “Sejujurnya, kami tidak mengharapkan hasil yang bagus. Hutan hujan panas dan lembab dan ini adalah kondisi yang menyebabkan DNA cepat terdegradasi.”

KLIK INI:  Makan Nangka Jangan Dibuang Bijinya, Ini Sederet Manfaat Rebusan Biji Nangka!
Peneliti tercengang

Namun, ketika hasil dari pengurutan DNA keluar, para peneliti tercengang.

“Kami menemukan DNA dari keanekaragaman hewan yang sangat menakjubkan di 24 cotton bud tersebut – lebih dari 50 spesies mamalia, burung, dan katak. Dan semuanya hanya dari total 72 menit usapan daun,” lapor Gogarten.

Analisis tersebut mendeteksi rata-rata hampir delapan spesies hewan di masing-masing cotton bud, yang mencakup beragam mamalia dan burung, mulai dari gajah Afrika yang berukuran besar hingga spesies burung penyanyi yang berukuran kecil.

Beberapa hewan yang terdeteksi antara lain kelelawar buah berkepala martil, makhluk menakjubkan dengan lebar sayap hampir satu meter.

Berbagai spesies kera seperti monyet L’Hoest yang sulit ditangkap dan colobus merah pucat yang terancam punah, serta keanekaragamannya. Hewan pengerat seperti tupai raksasa hutan, dan burung seperti turaco biru besar dan burung beo abu-abu yang terancam punah.

“Keberagaman hewan yang terdeteksi dan tingginya tingkat deteksi hewan per usap menunjukkan bahwa DNA hewan dapat dengan mudah diambil sampelnya dari daun,” kata Gogarten. “Tingkat deteksi yang tinggi dan kemudahan pengambilan sampel dapat menjadikan swabbing sebagai alat baru yang dapat digunakan untuk menginformasikan strategi pengelolaan satwa liar.”

KLIK INI:  Miris, Spesies Penghuni Hutan Pegunungan Kehilangan Habitat dengan Cepat
Ancaman dari aktivitas manusia

Harus diakui, saat ini hewan di seluruh dunia menghadapi ancaman besar akibat aktivitas manusia, yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati secara parah, khususnya di wilayah tropis.

Tren yang mengkhawatirkan ini mempunyai konsekuensi yang luas terhadap jasa dan fungsi penting yang disediakan oleh ekosistem, seperti penyebaran benih atau penyerbukan.

Oleh karena itu, pemantauan yang cermat terhadap populasi hewan sangat penting untuk memahami skala perubahan ekosistem terkini dan untuk memandu pengembangan strategi pengelolaan yang efektif.

Selain itu, mengetahui lokasi berbagai spesies hewan sangat penting untuk menilai risiko penyebaran di wilayah dimana satwa liar dapat melakukan kontak dengan manusia.

“Dengan banyaknya faktor yang berubah dengan cepat di planet kita, memahami bagaimana faktor tersebut mempengaruhi populasi hewan liar adalah tugas yang kompleks namun penting, dan kami mengantisipasi bahwa DNA yang terdeteksi dengan usapan daun dapat memberi kita wawasan yang berharga,” kata Gogarten.

KLIK INI:  Mekar dengan Eksotik di Malam Hari, Benarkah Bunga Wijaya Kusuma Mistis?

“Kami tahu bahwa banyak hewan hidup di hutan hujan lebat ini, namun kami jarang melihatnya, dan perubahan sebarannya sangat sulit untuk dipetakan. Metode pengambilan sampel yang sangat mudah ini memberi kita alat yang efisien untuk membuat hal-hal yang tidak terlihat menjadi terlihat.”

“Usap daun sendiri tidak memerlukan peralatan yang mewah dan mahal serta pelatihan yang panjang untuk melaksanakannya, sehingga dapat dengan mudah dilakukan melalui program sains warga. Selama pandemi COVID-19, pengujian memerlukan ekstraksi asam nukleat secara otomatis dari jutaan usapan per hari, dan perangkat analisis disebarkan ke seluruh penjuru planet ini. Bagaimana jika instrumen ini dapat digunakan kembali untuk menggunakan alat penyeka (swab) untuk memantau hewan dalam skala besar?” Ungkap Lynggaard menyimpulkan.

KLIK INI:  Apakah Kucing Mengerti Panggilan yang Ditujukan Padanya?

Sumber: Earth