Miris, Spesies Penghuni Hutan Pegunungan Kehilangan Habitat dengan Cepat

oleh -344 kali dilihat
Hari Hutan Sedunia, Saat Tepat Merawat Kesadaran akan Pentingnya Peran Hutan
Ilustrasi hutan/foto-Ist

Klikhijau.com – Hutan pegunungan adalah rumah bagi banyak spesies, baik itu satwa maupun tumbuhan. Bahkan dilaporkan jika lebih dari 85 persen mamalia, burung, dan amfibi hidup di daerah pegunungan.

Itu artinya jika kehilangan hutan pegunungan atau hutan pada umumnya, maka  akan berdampak sangat signifikan terhadap keanekaragaman hayati. Karena  hutan pegunungan adalah habitat penting bagi banyak spesies.

Hanya saja sebuah studi baru menemukan bahwa hilangnya habitat di daerah ini telah meningkat pesat sejak tahun 2000. Pada waktu itu, lebih dari 78,1 juta hektar (sekitar 193 juta hektar) hutan pegunungan telah hilang.

Hutan pegunungan atau hutan montana merupakan salah satu formasi hutan tropika basah. Hutan ini terbentuk di wilayah pegunungan.

KLIK INI:  Belasan Pelajar Belanda Belajar Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Ada ciri khas yang membedakan hutan pegunungan dengan hutan lainnya, yakni  hutan ini acap diselimuti awan, biasanya pada ketinggian atap tajuk atau kanopinya.

Pepohonan dan tanah di hutan pegunungan umumnya tertutupi  lumut. Lumut-lumut itu tumbuh melimpah. Secara formasi, hutan pegunungan juga  dinamai hutan kabut, lumut,  atau hutan awan.

Hanya sajak peran penting hutan pegunungan terhadap keanekaragaman hayati, tidak membuatnya terhindari dari ancaman.

Hal itu dibuktikan oleh sebuah tim ilmuwan dari Universitas Leeds di Inggris dan Universitas Sains dan Teknologi Selatan di Tiongkok.

Mereka mempelajari perubahan hutan pegunungan setiap tahun dari 2001 hingga 2018. Mereka juga menganalisis kerugian dan keuntungan tutupan pohon.

Dilansir dari Ecowatch, temuan tim ilmuwan tersebut cukup miris, karena secara keseluruhan, kehilangan hutan pegunungan meningkat 50% pada tahun 2010 hingga 2018 dibandingkan dengan tahun 2001 hingga 2009.

KLIK INI:  Kabar Baik, Ditemukan 30.000 Enzim yang Dapat Mengurai Plastik

Dari tahun 2010 hingga 2018, kehilangan hutan pegunungan meningkat menjadi sekitar 5,2 juta hektar per tahun, terutama karena penebangan.

Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap hilangnya hutan termasuk kebakaran hutan, penanaman dengan mode tebang dan bakar dan ekspansi pertanian.

Para peneliti memperkirakan tingkat perubahan dan membandingkan perubahan di berbagai ketinggian. Mereka juga membandingkan perubahan berbagai jenis hutan pegunungan, termasuk hutan boreal, sedang, dan tropis.

Hutan tropis memiliki laju kehilangan dan laju kehilangan tercepat, tetapi jenis hutan ini juga memiliki laju pertumbuhan kembali pohon tercepat.

Asia, Amerika Selatan, Afrika, Eropa, dan Australia mengalami kehilangan hutan pegunungan yang signifikan. Sementara penulis mengamati lebih sedikit kehilangan hutan di Amerika Utara dan Oseania.

“Pengetahuan tentang dinamika kehilangan hutan sepanjang gradien ketinggian di seluruh dunia sangat penting untuk memahami bagaimana dan di mana jumlah kawasan hutan yang tersedia untuk spesies hutan akan berubah saat mereka bergeser sebagai respons terhadap pemanasan,” tulis para penulis, seperti yang dilaporkan oleh ScienceDaily .

KLIK INI:  Benarkah Makanan Ramah Lingkungan Mengurangi Risiko Kematian hingga 25 Persen?

Sementara penulis menemukan lebih sedikit kehilangan hutan di kawasan lindung dibandingkan dengan kawasan yang tidak dilindungi, kawasan lindung ini masih dipengaruhi oleh perladangan berpindah, pertanian dan kehutanan komersial.

Hal yang harus dilakukan

Penulis studi mencatat bahwa kawasan lindung perlu ditetapkan “di zona yang cukup besar untuk memungkinkan pergerakan alami dan ruang yang cukup untuk spesies yang mulai hidup.” Tujuannya untuk melindungi spesies dan keanekaragaman hayati yang terancam punah.

Mereka juga menjelaskan bahwa meskipun regenerasi hutan itu penting, inisiatif reboisasi harus berfokus pada spesies asli daripada membangun perkebunan pohon, yang secara teknis merupakan hutan tetapi tidak mempromosikan keanekaragaman hayati.

“Dengan memberikan pemahaman yang jelas tentang tren saat ini dan pendorong hilangnya hutan pegunungan, kami berharap analisis ini akan menginformasikan dan mendukung upaya konservasi yang bertujuan untuk melestarikan ekosistem hutan pegunungan yang kritis untuk generasi mendatang,” demikian kesimpulan studi tersebut sebagaimana dinukil dari Ecowatch

KLIK INI:  Waigeo, Pulau dengan Keanekaragaman Hayati yang Menakjubkan