Kenali 12 Jenis Kayu Langka di Indonesia yang Kelak Bakal Dirindukan

oleh -15,347 kali dilihat
Kenali 12 Jenis Kayu Langka di Indonesia yang Kelak Bakal Dirindukan
Hutan - Foto/The Weather Channel

Klikhijau.com – Indonesia memiliki beragam jenis kayu langka atau pohon endemik yang keberadaanya semakin terancam. Selain karena maraknya aksi pembalakan liar, kelestarian kayu langka tersebut tidak diimbangi dengan konservasi yang memadai.

Di sejumlah daerah, kayu-kayu langka tersebut bahkan tinggal kenangan. Dikutip dari Mongabay (Oktober 2017), setidaknya ada 4 hal yang mengancam keberadaan pohon langka sehingga terus berkurang.

Pertama, adanya pemanfaatan berlebihan. Kedua, habitat tumbuh pohon semakin terdesak akibat perkembangan penduduk untuk dijadikan bangunan dan perumahan.

Ketiga, kerusakan habitat membuat variasi genetik dan kesehatan jenis pohon mengalami penurunan kualitas. Keempat, penyebaran biji dan penyerbukan bunga memerlukan satwa, semakin rusaknya lingkungan beserta habitat jenis-jenis satwa penyebar, semakin sulit juga regenerasi pohon dilakukan.

Sebagai contoh, jenis durian (Durio sp) memerlukan kalelawar dalam penyerbukannya. Jika populasi kelelawar terancam akibat tambang maka berdampak pada kelestarian Durio sp.

Kayu langka di Indonesia

Dikutip dari Mongabay, berikut 12 pohon langka di Indonesia yang eksistensinya terancam. Jika tak dilestarikan kembali, pohon langka ini bisa jadi akan tinggal kenangan.

KLIK INI:  Bekicot, Hewan yang Bisa Dimanfaatkan untuk Banyak Hal

Ulin

Ulin, Kayu Keras Perkasa yang Mulai Langka
Kayu ulin/foto-Taufiq

Pohon atau kayu ulin  (Eusideroxylon zwageri). Jenis ini termasuk Rentan (VU; Vulnerable) menurut IUCN. Berukuran sedang hingga besar dan dapat mencapai ketinggian 50 m dengan diameter hingga 200 cm. Di Indonesia, jenis ini tersebar di beberapa daerah meliputi Sumatera bagian selatan, Bangka-Belitung, dan Kalimantan.

Ulin juga dikenal sebagai “kayu besi”. Hal ini karena jenis initermasuk kayu paling kuat dan awet se-Asia Tenggara dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan bangunan baik konstruksi ringan maupun berat.

Lagan bras

pohon lagan kayu lagan
Kayu lagan – Foto/LIPI

Pohon lagan bras (Dipterocarpus cinereus) termasuk jenis Punah (EX; Extinct) menurut IUCN tahun 1998. Namun, pada 2013 tim ekspedisi Kebun Raya Bogor menemukan kembali jenis ini di Pulau Mursala, Sumatera Utara. Jenis ini dapat mencapai tinggi 50 m dan berdiameter lebih dari 100 cm. Jenis ini dimanfaatkan untuk kayu bangunan.

Pohon pelahlar

Pohon pelahlar
Pohon Pelahlar – Foto/Mongabay

Pohon atau kayu pelahlar (Dipterocarpus littoralis). Jenis ini dapat hidup di hutan campuran dataran rendah, di punggung bukit, lereng dan pinggiran aliran air, serta pada substrat tanah bukit kapur di Nusakambangan bagian barat.

Kayunya digunakan untuk bahan bangunan, pembuatan kapal dan pertukangan, sedangkan resinnya untuk memakal perahu/menutup celah-celah kayu.

Pelahlar termasuk kategori Kritis (CR; Critically Endangered) menurut IUCN. Pelahlar dapat mencapai tinggi 50 m dan berdiameter lebih dari 150 cm.

Resak brebas atau Pelahlar laki

kayu atau pohon Vatica-javanica_-T-Kalima
Resak brebas – Foto/KLHK

Namanya pohon resak brebas atau pelahlar laki (Vatica javanica ssp. Javanica). Jenis ini termasuk Kritis (CR; Critically Endangered) menurut IUCN dan tingginya hingga 27 m dengan diameter 25 cm.

Jenis ini dilaporkan hanya tumbuh di hutan primer atau sekunder tua pada ketinggian 250-900 m di daerah perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, tepatnya di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes. Kayu jenis ini umum digunakan untuk konstruksi bangunan.

KLIK INI:  Cegah Konflik dengan Manusia, KLHK Pantau Gajah Sumatera dengan Teknologi GPS

Saninten atau berangan

Castanopsis-argentea_Sulistyono
Castanopsis-argentea_Sulistyono dari Mongabay

Nama lokalnya saninten dan berangan (Castanopsis argentea). Pohon ini tumbuh di hutan perbukitan hingga pegunungan sawah di Sumatera dan Jawa. Walau statusnya belum dinilai IUCN, namun keberadaannya juga mulai langka,

Saninten dimanfaatkan kayu dan buahnya oleh manusia, juga menjadi pakan alami bagi beragam satwa liar hutan terutama primata. Saninten memiliki peran dan banyak manfaat dalam ekosistem hutan.

Resak banten atau kokoleceran

Pohon/ kayu Vatica bantamensis
Resak banten – Foto/Bobo Grid

Nama lokalnya resak banten atau kokoleceran (Vatica bantamensis). Menurut IUCN, pohon ini sudah termasuk kategori terancam (EN; Endangered).

Pohon ini dapat menjulang tinggi hingga 30 m. Resak banten dijadikan sebagai identitas Provinsi Banten dan diketahui hanya tumbuh di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, pada hutan dataran rendah di lereng-lereng bukit atau gunung. Kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bagunan dan pembuatan kapal atau perahu.

KLIK INI:  Kangkung, Mudah Tumbuh dan Enak Dimakan, Ini 6 Fakta Menarik Lainnya!

Damar mata kucing 

pohon damar
Pohon damar – foto/alampriangan

Pohon damar mata kucing (Shorea javanica) atau pelahlar lengo. Status jenis ini belum dinilai oleh IUCN. Berukuran besar, tinggi mencapai 40-50 m dan diameter hingga 150 cm. Sebaran alami terbatas di Sumatera dan Jawa, tumbuh di hutan primer atau sekunder pada ketinggian hingga 500 m.

Resinnya dijadikan bahan baku industri cat, farmasi, kosmetik hingga bahan pangan aditif, sedangkan penggunaan tradisionalnya untuk memakal perahu dan penerangan rumah. Pohon ini punya fungsi ekosistem yang penting yakni sebagai penyubur tanah karena akarnya berasosiasi dengan mikoriza pengikat dan pengumpul hara.

Pohon kapur

pohon kapur
Pohon kapur – Foto/alamendah

Pohon kapur (Dryobalanops aromatica), dikenal sebagai satu jenis pohon berkualitas untuk bangunan. Selain itu kamper pohon ini telah dimanfaatkan sebagai bahan parfum yang terkenal dengan kapur barus.

Pohon kapur belum dinilai oleh IUCN. Jenis ini dapat dijumpai di Kalimantan Barat, Sumatera dan Riau.

Durian burung

pohon kayu Durio graveolens
Durio graveolens – Foto/Hanif Wicaksono dari Mongabay

Nama lokalnya durian burung atau tebelak (Durio graveolens). Ukurannya besar, tinggi mencapai 50 m dan berdiameter melebihi 100 cm. Tersebar alami di Sumatera dan Kalimantan, di hutan dataran rendah perbukitan hingga ketinggian 1.000 m.

Durian ini memiliki manfaat selain menjadi komoditas buah bagi masyarakat juga sebagai pakan burung enggang atau rangkong, sehingga berperan penting dalam ekosistem satwa liar. Sedangkan statusnya belum dinilai oleh IUCN.

Pohon mersawa

Pohon mersawa dan ki tenjo (Anisoptera costata), termasuk jenis yang terancam (EN; Endangered) menurut IUCN. Jenis ini cukup besar, tingginya mencapai 65 m dengan diameter mencapai 1,5 m, berbanir tinggi hingga 4 m.

Sebaran alami pohon ini cukup luas di kawasan Asia Tenggara, di Indonesia tumbuh di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa pada hutan hujan dataran rendah hingga ketinggian 700 m.

Tengkawang pinang
pohon-tengkawang
Pohon tengkawang – Foto/UMKMKalbar

Tengkawang pinang (Shorea pinanga) merupakan jenis endemik Kalimantan yang tumbuh pada habitat hutan perbukitan pada ketinggian di bawah 700 m. Minyak tengkawang dari buahnya menjadi bahan baku untuk industri kosmetik dan makanan, disamping digunakan oleh masyarakat lokal sebagai minyak goreng.

Durian daun atau kerantongan
pohon kayu durian daun
Pohon durian kayu – Foto/Mongabay

Pohon durian daun atau kerantongan (Durio oxleyanus), termasuk jenis yang Rentan (VU; Vulnerable) menurut IUCN.

Pohon durian tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Buahnya dapat dimakan dan menjadi salah satu komoditas yang diperdagangkan di pasaran.

Selain itu, kayunya merupakan salah satu kayu bangunan berkualitas dan menjadi pakan beragam satwa liar, terutama satwa terancam punah seperti orangutan.

KLIK INI:  Pantas Pesantren di Pangkep Ini Budidaya Bunga Rosella, Begini Khasiatnya!