- Bernostalgia dengan Burung Sepah Raja - 24/09/2023
- Kemarau di Pematang Sawah - 16/09/2023
- Udara Bersih yang Dijanjikan Ibu - 10/09/2023
Klikhijau.com – Biopori terlihat sederhana. Tapi memiliki manfat besar melerai genangan air saat hujan mengguyur, tapi juga menyiapkan air tanah
Selain mengalir, air memiliki sifat untuk meresap. Namun, dengan permukaan tanah telah cor atau semen poles. Resapan air akan tersendat.
Belum lagi, banyak permukaan tanah yang dihuni sampah plastik sehingga air tidak lancar meresap ke dalam tanah.
Air seolah berada di titik serba salah. Ingin mengalir, tempat mengalirnya dihalangi bangunan dan sampah. Ingin meresap, ruang resapannya dihalangi pula oleh cor atau semen poles.
Permasalahan air, khususnya di musim hujan memang tidak ada usainya. Hujan yang tiba ke bumi. Seolah berada digerbang antara, ya antara berkah dan bencana.
Hujan selalu dirindukan dan juga dibenci. Jika saja manusia, hujan akan merasa makan buah simalakama. Tidak turun dibutuhkan, jika turun akan dibenci. Aahh, serba salah bukan?
Banyak petaka yang dilahirkan oleh hujan, banjir adalah yang paling sering dan fenomenal. Selain itu, hujan juga akan meninggalkan kenangan, ee genangan.
Di Indonesia, masyarakat cenderung tidak membedakan mana banjir mana genangan. Media pun demikian. Kita kerap mendengar istilah banjir, padahal itu hanyalah genangan.
Banjir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tentang kali dan sebagainya) dan air yang banyak dan mengalir deras; air bah.
Sedangkan genangan menurut KBBI adalah tempat atau daerah yang berair dan hasil menggenangi.
Seharusnya banjir dan genangan air tidak perlu ada, terutama di daerah perkotaan. Itu karena dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pemanfaatan Air Hujan pasal 3 menyebutkan bahwa setiap penanggungjawab bangunan wajib melakukan pemanfaatan air hujan.
Tapi, nyatanya banjir dan genangan air tetap saja terjadi dan terulang. Khusus genangan, selain membuat sekitar rumah terasa tidak nyaman, juga bisa menjadi lahan bagi berbagai penyakit, terutama jadi tempat berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypti yang menjadi penyebab demam berdarah.
Dengan teknologi biopori
Pemanfaatan air hujan sesungguhnya dapat dilakukan dengan membuat biopori. Biopori adalah lubang di dalam tanah yang terbentuk karena berbagai aktivitas organisme di dalamnya seperti cacing, rayap, perakaran tanaman, semut dan fauna tanah lainnya.
Lubang-lubang yang terbentuk tersebut akan terisi udara sehingga dapat menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. (Firlawanti Lestari Baguna, dkk 2021)
Karena itu, salah satu langkah untuk menyingkirkan genangan air di antara kita, yakni melalui teknologi biopori.
Di daerah perkotaan, biopori sangat dibutuhkan. Karena pembangunan semakin massif, sehingga menyebabkan tingkat alih fungsi lahan semakin tinggi. Hal itu berimbas pula pada ruang terbuka hijau (RTH) yang semakin berkurang. Akibatnya ruang resapan air menjadi semakin rendah.
Dampak dari kurangnya RTH dan ruang resapan air adalah bencana banjir pada musim hujan dan kekeringan jika musim kemarau tiba.
Dengan adanya konsep teknologi biopori maka jumlah resapan air ke dalam tanah bisa meningkat. Teknologi ini dianggap sebagai salah satu langkah solutif yang tepat dan murah.
Karena membuat lubang biopori tidak membutuhkan biaya yang mahal, ukuran serta dimensi lubang resapan pun tidak terlalu membutuhkan lahan yang luas.
Teknologi ini bisa menyesuaikan luasan permukaan tertutup, karakteristik hujan, tinggi muka air tanah, volume dan efisiensi serapan tanah (Yohana, 2017).
Tidak sebatas menyerap air dan memperbaiki kualitas tanah. Penerapan biopori juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat pengolahan limbah sampah organik. Sampah ini bisa diubah kompos organik (Karuniastuti, 2014)
Sederhananya teknologi ini merupakan metode dalam mengatasi permasalahan daya serap air ke dalam tanah yang semakin menurun.
Teknologi ini berbentuk menyerupai liang atau terowongan kecil di dalam tanah. Bercabang-cabang dan sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dalam tanah.
Manfaat biopori
Setidaknya Arifin dan Orizanto, (2013) mengemukakan ada lima manfaat teknologi ini, yakni:
- Meningkatkan daya resap air,
- Mengubah sampah organik menjadi kompos,
- Memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman,
- Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria,
- Sebagai “karbonsink” untuk membantu mencegah terjadinya pemanasan global.
Untuk mendapatkan manfaat seperti di atas. Maka lubang biopori harus berfungsi secara optimal. Karenanya ia harus rutin ditambah dengan bahan organik. Hal ini akan menyebabkan lubang resapan biopori tetap berlangsung proses pengomposan secara aerobik oleh mikroorganisme tanah.
Ada banyak bahan organik yang digunakan mengisi lubang biopori, di antaranya sampah dapur rumah tangga, potongan atau pangkasan tanaman, sisa produksi pertanian yang tidak dimanfaatkan dan lain sebagainya (Suhaidi dalam Sri Wiedarti dkk, 2015).
Demikian…