Klikhijau.com – Spesies invasif umumnya tidak bergerak sendiri menuju tempat barunya. Mayoritas dari mereka dibawa oleh manusia.
Ketika telah sampai pada tempat barunya. Dengan segera akan menguasai tempat tersebut. Menyingirkan spesies aslinya dan menimbulkan berbagai ancaman.
Awalnya mungkin kita akan bertanya, bagaimana tumbuhan atau hewan “asing” ada pada tempat baru.
Setidaknya, ada empat cara utama spesies invasif berakhir di ekosistem tempat mereka dapat berkembang biak dengan mengusik spesies yang telah lama mendiami tempat tersebut.
-
Tanaman taman atau hewan peliharaan yang lepas
Manusia banyak melakukan penanam pada taman atau kebun mereka. Tidak semua yang ditanam merupakan spesies asli dari daerah mereka.
Kerika berpindah tempat, tanaman atau pun hewan yang baru. Umumnya tidak punya saingan. Sehingga memungkinkan untuk berkembang biak dengan cepat dan menguasai wilayah di mana ia berada.
Tidak hanya tumbuhan, hewan pun begitu, misalnya, Piton Burma dan Babi Liar kemungkinan besar merupakan hewan peliharaan atau ternak yang lepas dari kandangnya.
-
Dengan menumpang
Pejalan yang mahir. Rasanya tepat menamai spesies invasive demikian. Namun, ia tidak berjalan atau bergerak sendiri, tapi menumpang.
Mereka dapat menggunakan lambung perahu, celana, telapak sepatu atau sandal, kotoran hewan atau bahkan bulu anjing untuk menumpang melintasi jarak yang biasanya tidak dapat diatasi.
-
Diperkenalkan dengan sengaja
Manusia cenderung pada sifatnya penasaran dan ingin mencoba. Demikian pula pada speseis invasif.
Dalam beberapa kasus, predator seperti luwak di Hawaii atau rubah di Australia, manusialah yang memperkenalkannya. Harapannya spesies tersebut dapat membantu mengendalikan penyerang lain.
Hal ini mungkin membantu mengurangi dampak spesies invasif asli (tikus di Hawaii dan kelinci di Australia), namun predator yang masuk dapat menjadi invasif dengan sendirinya.
-
Perubahan iklim
Musim dingin yang lebih sejuk atau musim panas yang lebih panjang memungkinkan banyak spesies invasif mengeksploitasi habitat yang sebelumnya tidak tersedia bagi mereka.
Selain itu, perubahan iklim mungkin menguntungkan spesies invasif karena mereka lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan dibandingkan spesies asli.
Perubahan iklim dan spesies invasif dapat menjadi kombinasi yang merusak banyak ekosistem.
Apa yang mesti kita lakukan?
Penyebaran spesies invasi, mayoritas melalui manusia. Karena itu manusia juga memiliki tanggungjawab moral untuk mengatasinya, khususnya spesies invasif yang berbahaya.
Bagaimana caranya, caranya bisa dengan mempelajari ancaman di wilayah sekirat dengan mengunjungi sumber daya dinas kehutanan setempat atau pusat informasi lain yang terkait dengan lahan publik.
Setelah mengetahui masalah terbesarnya, kita akan dapat membantu mencegah penyebaran penyerbu dengan membersihkan media yang mungkin ditumpanginya, menghindari area yang penuh dengan penyerbu, atau menanam spesies asli daripada spesies baru meski terlihat eksotik di taman atau kebun kita.
Memberdayakan sumber daya lokal, dapat membantu pula dalam mempelajari peluang menjadi sukarelawan untuk menghilangkan spesies invasif.
Namun, salah satu cara paling keren untuk terlibat dalam pemusnahan spesies invasif adalah melalui makanan. Inisiatif untuk memakan “penjajah” sangat populer di seluruh dunia. Ini adalah cara kreatif untuk membantu mengekang populasi spesies invasive. Meskipun metode pemberantasan habis-habisan kemungkinan tidak akan berhasil.
Memfokuskan upaya kita untuk memusnahkan spesies invasif yang paling merusak sekaligus mencegah penyebarannya lebih lanjut. Dapat membantu mengurangi ancaman spesies invasif terhadap perekonomian dan ekosistem kita.
Namun, kebanyakan ilmuwan sepakat bahwa membangun ekosistem yang stabil secara keseluruhan adalah strategi terbaik di masa depan. Hal ini mungkin mencakup kombinasi antara memperkenalkan kembali spesies asli, mengendalikan populasi beberapa spesies asli secara artifisial, menghilangkan spesies invasif, dan mengizinkan beberapa spesies non-asli untuk mengisi lahan yang ada.