Berawal dari Ketidaksengajaan, Cacing Lilin Ditemukan Bisa Atasi Masalah Plastik

oleh -258 kali dilihat
Desa Kindang Diserbu Kantong Kresek Dua Kali Seminggu
Kantong kresek atau kantong plastik/Foto-Ist

Klikhijau.com – Kisah ini berawal dari ketidaksengajaan. Ketika  masalah sampah plastik mulai sulit diatasi. Ilmuwan dan peternak lebah amatir Federica Bertocchini menemukan beberapa penyusup yang tidak diinginkan di salah satu sarangnya, larva ngengat lilin yang memakan lilin lebah. Kejadian itu terjadi pada tahun 2017 lalu

Larva tersebut mengeluarkan cacing dari sarangnya dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Namun, ternyata kurungan polyethylene (PE) tidak bisa menahan mereka.

“Saya kembali ke ruangan tempat saya meninggalkan cacing dan saya menemukan bahwa mereka ada di mana-mana,” kata Bertocchini kepada The Guardian.

Bertocchini menemukan bahwa plastik, tempat cacing itu terkurung telah berlubang. Karena dihinggapi rasa penasaran, maka Bertocchini dan timnya melakukan percobaan.

KLIK INI:  5 Fakta Unik Bunga Kantil yang Melekat dalam Tradisi Masyarakat Jawa

Setelah percobaan itu, mereka  menyimpulkan bahwa cacing lilin atau Galleria mellonella memiliki kemampuan mencerna dan menguraikan plastik.

Kesimpulan itu didapatkan karena cacing lilin dapat merusak kantong plastik PE hanya dalam waktu 40 menit saja.

Temuan Bertocchini  dan timnya itu  dipublikasikan di Current Biology . Namun, Bertocchini ingin tahu apa lagi yang bisa dilakukan cacing itu.

Sekarang, dalam penelitian baru yang diterbitkan di Nature Communications, tim Madrid’s Margarita Salas Center for Biological Studies (CIB) mengisolasi dua enzim dalam air liur cacing lilin yang dapat menurunkan PE dalam beberapa jam pada suhu kamar.

“Sepengetahuan kami, enzim ini adalah enzim hewan pertama dengan kemampuan ini, membuka jalan menuju solusi potensial untuk pengelolaan sampah plastik melalui bio-recycling/up-cycling,” tulis para penulis penelitian.

KLIK INI:  Tips Sederhana Mengajak Anak Mencintai Suasana Alam Raya
Plastik populer

Plastik PE adalah plastik yang cukup populer. Karenanya pula plastik jenis ini  merupakan kontributor utama masalah polusi plastik di dunia. PE mencapai 30 persen dari seluruh produksi plastik.

PE sering   sering digunakan untuk membuat kantong plastik, jenis plastik ini menempati urutan keempat yang ditemukan di lautan .

Selain hanya banyak digunakan, PE merupakan salah satu plastik yang paling sulit terurai. Saat ini, pengurangannya hanya melalui  daur ulang secara mekanis. Prosesnya biasanya menghasilkan polimer berkualitas lebih rendah.

Dalam mengatasi PE ini, dibutuhkan kerja keras. Beruntunglah ada penemuan tidak sengaja pada cacing lilin.

Bertocchini menjelaskan, Enzim yang ditemukan dalam air liur cacing dapat membantu bagian pertama dan tersulit dalam memecah PE.

“Agar plastik terurai, oksigen harus menembus polimer (molekul plastik). Ini adalah langkah pertama dalam oksidasi, yang biasanya merupakan akibat dari paparan sinar matahari atau suhu tinggi, dan merupakan hambatan yang memperlambat degradasi plastik seperti polietilen, salah satu polimer yang paling tahan,” katanya.

“Itulah sebabnya, dalam kondisi lingkungan normal, plastik membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk terurai,” tambahnya.

KLIK INI:  Lelaki Pemancing Sampah
Masih perlu banyak penelitian

Enzim pertama-tama dapat mengoksidasi dan kemudian menurunkan polimer PE dalam beberapa jam. Namun, masih ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum enzim ini digunakan dalam skala besar.

“Kita perlu melakukan banyak penelitian dan memikirkan bagaimana mengembangkan strategi baru ini untuk menangani sampah plastik,” kata rekan penulis studi Dr. Clemente Arias , juga dari CIB, kepada The Guardian.

Namun demikian, tim sangat antusias dengan kemungkinan tersebut.

“Kami dapat membayangkan skenario di mana enzim ini digunakan dalam larutan berair , dan liter larutan ini dituangkan ke atas tumpukan plastik yang dikumpulkan di fasilitas pengelolaan limbah ,” kata Bertocchini kepada AFP.

“Kami juga dapat membayangkan jumlah kecil yang dapat mencapai lokasi yang lebih terpencil , seperti desa atau pulau-pulau kecil, di mana fasilitas sampah tidak tersedia,” tutupnya.

KLIK INI:  Tanpa 4 Elemen Ini, Manusia Bisa Apa?

Sumber: Ecowatch