Merawat Bumi dengan Gaya Hidup Berkelanjutan

oleh -1,549 kali dilihat
Merawat Bumi dengan Gaya Hidup Berkelanjutan
Ilustrasi-Foto/livegreen2go
Yusrawati

Klikhijau.com – Kini Indonesia berangsur pulih setelah dua tahun mengalami masa yang sulit karena pandemi. Walaupun tidak mudah, pemulihan di setiap wilayah tetap menjadi fokus utama agar tidak ada wilayah yang tertinggal.

Sayangnya, dibalik upaya pemulihan yang kian gencar dilakukan, ada ancaman krisis iklim semakin mengkhawatirkan. Bagaimana tidak? Dampak krisis iklim akan terjadi secara langsung maupun tidak langsung terhadap kelangsungan hidup manusia, ketersediaan makanan, tempat tinggal,kesehatan, sampai kemananan suatu Negara.

Sebenarnya, bertahun tahun bahkan saat ini perubahan iklim terus terjadi, tapi sayangnya masih begitu banyak masyarakat yang belum ‘ngeh’ karena dampaknya tidak serentak terjadi.

Bencana banjir yang baru baru ini menimpa Seoul, korea selatan pada 08/8/22 menjadi bukti nyata. Hujan deras memang biasanya terjadi di korea saat musim panas, namun kepala pejabat administrasi meteorology korea selatan mengungkap keadaan darurat iklimlah yang membuat curah hujan meningkat tajam.

Suaca eksterm memang dialami oleh banyak Negara, Melansir dari CNN memaparkan bahwa IPCC memprediksi musim panas akan berlangsung lebih ganas dan tidak bisa diprediksi karena bumi yang makin panas. Intensitas hujan yang tinggi,musim panas yang lebih panjang merupakan bukti dari perubahan iklim.

KLIK INI:  Benarkah Internet Menyumbang Emisi Gas Rumah Kaca?

Khusus di Indonesia, karena perubahan iklim desa desa pesisir di demak perlahan termakan tepi laut. Bahkan, baru baru ini bencana banjir rob yang terjadi di pesisir utara jawa, termasuk semarang di sinyalir terjadi karna factor cuaca, siklus bulan,penurunan muka tanah sampai pemanasan global.

Sekjen PBB Antonio Gutteres dalam konfrensi laut yang digelar di Portugal mengumumkan status “ocean emergency” (laut darurat). Pemanasan suhu air laut, rusaknya terumbu karang, peningkatan keasaman air laut sampai banyaknya sampah plastik semakin memperparah kondisi laut saat ini.

Saatnya menolong bumi  

Menyadari dampak negatif yang kian terjadi, tentunya menjadi suatu hal yang bisa direnungkan dan diberikan aksi yang nyata untuk segera melakukan pencegahan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan gaya hidup berkelanjutan.

Gaya hidup berkelanjutan (suistainable lifestyle) sendiri mengacu pada satu pemikiran yang bertujuan untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara membuat perubahan positif.

Pada dasarnya gaya hidup berkelanjutan tercermin pada perilaku, produk, dan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tanpa mengurangi ataupun mengubah akses sumber daya bagi generasi selanjutnya.

KLIK INI:  Jenis-Jenis Rumput yang Cocok Menjadi Karpet Hijau di Halaman Rumah

Apa saja yang bisa dilakukan ?

  1. Mengurangi transportasi berbahan bakar fosil

Tahukah kalau transportsi yang kita gunakan selama ini itu ternyata mengelurakan senyawa yang bahaya bagi bumi kita? Kendaraan bermotor sendiri berkontribusi sebanyak 70% senyawa berbahaya melipui (nitrogen monoksida, karbon monoksida, Sulfur Dioksida (SO2) dan Partikulat (PM).

Menurut UNEP sebanyak 6,5 juta orang meninggal karna paparan udara bahaya setiap tahunnya. Jadi, perlu diketahui juga kalau bahan bakar fosil itu menjadi bahan bakar penyumbang emisis karbon terbesar yang menyebabkan krisis iklim. Bahan bakar ini pun tidak terbarukan jadi bisa habis sewaktu waktu.

Oleh karena itu mulailah langkah seperti menggunakan sepeda atau jalan kaki ke tempat terdekat atau gunakan angkutan umum untuk mengurangi kendaraan pribadi,

  1. Menghargai makanan

Mungkin kamu pernah makan tidak habis terus makanan dibuang begitu saja. Itulah istilah food waste, dan kebiasaan ini patut untuk dihilangkan. Jadi kebiasan ini mengacu pada makanan atau bahan pangan yang sebenarnya masih layak dikonsumsi, namun dibuang.

Menurut data dari United Nations Food and Agriculture Organization (FAO), sepertiga makanan didunia adalah food waste. Data statista, 2021 mengungkap Cina dengan 91.646.213 ton makanan yang terbuang per tahun, disusul india 68,646,213 ton pertahun.

KLIK INI:  Menanti Hasil Kolaborasi KLHK dan Gojek Atasi Sampah Plastik

Jadi, kebayang tidak? kalau semua pangan terus dibuang sia sia, suatu saat bisa saja pangan manusia habits atau hilang.

Jadi mulai sekarang mulailah untuk mindfull dalam makan dengan cara seperti; Pertama. utamakan konsumsi tumbuhan dibandingkan daging, karena peternakan membutuhkan lebih banyak makanan sampai energi dibanding pertanian. Juga sebenarnya, makanan berbasiskan tumbuhan lebih sustainable dibanding hewan.

Kedua, makan dengan tenang dan secukupnya, hindarilah untuk makan berlebihan. Tenang dalam makan maksudnya adalah kita selama makan lebih menikmati dan memikirkan bagaimana makanan itu ditumbuhkan petani, dimasak kemudian sampai dihadapan kita. Tujuannya agar kita lebih menghargai dan tidak menyisakan makanan tanpa sadar.

  1. Sampah

Sampah memang selalu menjadi problem, menurut data dari World bank sebanyak 2 milyart ton sampah di hasilkan pertahunnya, bahkan Indonesia sendiri dikenal sebagai penghasil ke 2 terbanyak di dunia.

Maka, sekarang jika kita sering mengganti baju karna bosan, memakai kemasan sekali pakai, membuang sampah sembarangan, maka mulailah untuk mengurangi kebisaan itu.

Jadi bagaimana Sahabat hijau? Sejatinya hidup itulah pilihan jadi sekarang waktunya untuk kalian memilih gaya hidup ini untuk kebaikan kita saat ini dan generasi kedepan.

KLIK INI:  Kopi dan Manifestasi Rasa Pahit yang Tertinggal