Pengalaman Mengamati Burung Kacamata Laut yang Memikat Hati

oleh -402 kali dilihat
Pengalaman Mengamati Burung Kacamata Laut yang Memikat Hati
Burung Kacamata Biru - Foto/Taufiq Ismail
Taufiq Ismail

Klikhijau.com – Suatu pagi di hari libur, saya menikmati hari yang lapang. Hari yang terbebas sementara dari hiruk-pikuk dunia kerja. Karenanya pagi buta itu, saya mengajak bocah kecil berkeliling kompleks. Sepertinya dia sudah hapal, pagi-pagi harus keluar dari rumah. Menikmati udara segar. Tak heran jika ia selalu menggenggam ujung telunjuk ini dan menariknya. Mengajakku keluar rumah.

Bocah yang baru berumur setahun lebih ini belum mampu berbicara tertata. Baru tahu satu dua kata. Tapi jangan kira ia tak paham akan sesuatu. Daya nalarnya sudah aktif.

Pagi itu, ia kembali menggenggam telunjukku. Menariknya. Menunjukkan sendal merahnya. Pertanda ia mengajak jogging pagi itu.

Saya mengiyakan. Sebelum keluar dari pintu utama, saya menyertakan kamera di genggaman. Berharap ada yang khilaf untuk dipotret.

Saya melepas bocah di peping blok depan rumah. Membiarkannya berjalan bebas, ke sana kemari. Saya cukup mengawasinya. Menjaganya kali-kali kendaraan roda dua melintas.

Suara-suara merdu beberapa burung bersahutan. Dari suaranya saya mengetahui setidaknya ada tiga jenis burung. Burung gereja, burung madu sriganti dan kutilang. Suara kutilang nampak lebih menguasai.

Petualangan saya dengan si bocah dimulai. Saya memanfaatkan waktu. Mencari sumber suara. Saya penasaran dengan burung madu sriganti. Saya mengikutinya ke mana dia terbang. Tak lama kemudian dia hinggap di pohon kersen. Bukan kersen yang berbunga, tapi si benalu. Bunga merahnya mengundang penikmat nektar.

KLIK INI:  Catat, Ini Perbedaan Bunga Bangkai Amorphophallus dan Rafflesia!

Saya coba mendekat. Mendekat secara perlahan. Mengamati burung tak leluasa bergerak apalagi coba mengejarnya. Hampir semua burung sensitif. Sangat sensitif dengan gerakan. Mengetahui kehadiran manusia saja dia sudah panik. Atau tepatnya tidak tenang.

Karenanya seorang pengamat harus ekstra kalem. Beberapa menit saya mengikutinya. Tapi belum dapat momen tepat. Momen pas memotretnya.

Selalu ada saja yang menghalangi pandangan. Entah ranting atau dedaunan kersen. Apalagi tingkahnya yang tak bisa diam. Selalu berpindah dari bunga satu ke bunga lain.

Tak seberapa lama kemudian seekor kacamata laut bertandang. Bertengger di sisi kanan saya. Saya kemudian memutar badan. Pelan sekali. Mencari sosok burung yang memiliki ciri khas berupa lingkaran di mata. Lingkaran putih. Lingkaran yang serupa kacamata. Lingkaran mata yang menjadi alasan pemberian namanya. Namanya burung kacamata. Burung kacamata memiliki banyak macam jenis. Jenis ini lebih familiar disebut dengan burung kacamata laut.

Awalnya saya pikir dia mengincar nektar bunga benalu. Ternyata bukan. Pemilik nama latin: Zosterops chloris ini justru memakan buah rambusa. Markisa mini yang merambati pohon kersen. Pemilik nama latin: Passiflora foetida ini, merambat hingga ke tajuk. Wah.. saya jadi bisa memotretnya leluasa. Si doi tepat berada di depanku. Tak ada yang menghalangi. Burungnya cukup aktif. Makanya tembakan beruntun pun saya lesatkan. Hingga kemudian saya dapat beberapa gambar yang cukup bagus. Wah..betapa senangnya.

kacamata biru
Seekor burung kacamata biru yang hinggap di pohon – Foto/Taufiq Ismail
KLIK INI:  Daftar Lengkap Jenis Burung Dilindungi di Indonesia Terbaru dan Nama Latinnya

Saya kembali memerhatikan burung madu sriganti. Ia masih hilir mudik menyantap nektar bunga benalu yang berbunga.

Sesekali Saya melihat si bocah. Mengawasinya. Ia masih asyik bermain sendiri.

Tak lama kemudian si kacamata pun menjauh. Mencari rezekinya di tempat lain.

Umumnya burung aktif pada pagi hari. Setelah beristirahat semalaman, pagi-pagi sekali mereka keluar dari pohon tidurnya.

Sebelum aktif mencari makan, terkadang mereka suka membersihkan diri, juga berjemur. Mengeringkan sayap.

Ada kutipan yang mengatakan: “Jika ingin mendengar suara burung, tanamlah pohon.” Saya sangat setuju. Apalagi kompleks saya, juga memerhatikan hal ini. Pemilik properti telah menanam pohon sepanjang jalan dalam kompleks. Pemilik rumah cukup memeliharanya.

Saya mempertahankan pohon yang berada di depan rumah. Meski beberapa tetangga, ada yang memotongnya dengan berbagai alasan.

Bagi saya pribadi, sebatang pohon mampu memberi kesejukan. Ciptakan iklim mikro. Belakangan saya juga sadar bahwa pohon tanjung (Mimusops elengi) yang berada depan rumah kerap menjadi tempat mencari makan ataupun sekedar beristirahat beberapa burung. Bahkan satwa lain pun kerap saya jumpai bertandang. Kupu-kupu, tawon, hingga capung juga berkeliaran di sekitar pohon peneduh ini.

Mari menanam pohon biar kicauan burung bisa kita dengar setiap pagi. Kicauan yang bisa menjadi penyemangat di pagi hari. Tak perlu memelihara burung. Cukup menikmati saja cipta yang Kuasa ini di alam. Agar mereka mampu berperan bagi lingkungan.

KLIK INI:  Daftar Lengkap Nama Pohon di Indonesia, Plus Nama Latinnya
Peran Burung

Burung sangat berperan untuk menjaga keseimbangan alam. Kita contohkan salah satunya seperti burung pemakan serangga. Mereka berperan mengontol beberapa jenis serangga yang terkadang berpotensi menjadi hama bagi pertanian. Sebut saja seperti belalang, ulat, hingga wereng. Mereka adalah pengendali alami yang begitu bermanfaat bagi petani.

Burung juga berperan dalam penyerbukan bunga. Mengisap nektar di satu bunga ke bunga yang lain. Dari sanalah tanpa sadar mereka berperan. Putik atau benang sari bisa saja menempel di paruh atau badannya kemudian berpindah ke bunga yang lain hingga putik dan benang sari pun bertemu. Pertemuan dua kelamin tumbuhan ini ciptakan pembuahan yang pada akhirnya mereka dapat meneruskan generasinya.

Berbeda lagi dengan burung pemakan buah. Mereka membantu menyebarkan biji tetumbuhan.

Meski begitu, burung juga adalah bagian dari rantai makanan. Ia juga menjadi incaran satwa lain seperti musang, rubah, atapun ular. Karenanya alam akan selalu seimbang jika berjalan sesuai kodratnya.

Betapa besar kuasa Sang Pencipta, ciptakan alam dan penghuninya. Mengaturnya sedemikian rupa sehingga berjalan dengan ritmenya. Selalu ada rasa syukur atas segala nikmat dan pembelajaran yang terpetik bagi mereka yang mau belajar. Termasuk belajar dari alam.

KLIK INI:  Ancol Taman Impian Gandeng JBS dan Belantara Foundation Gelar AWC di Ancol