Nada Peradaban dengan Nuansa Bambu di Desa Toddopulia Maros

oleh -242 kali dilihat
Nada Peradaban dengan Nuansa Bambu di Desa Toddopulia Maros
Suasana jelang buka puasa di KBT Maros - Foto/Ist

Klikhijau.com -Dusun Bungung-bungung, Desa Toddopulia, Kabupaten Maros, di sanalah suatu kesederhanaan dan kesahajaan tampak dengan jelas. Daerah yang dihuni kurang lebih 60-an KK, bertumbuh pepohonan bambu yang apik. Di sini juga menjadi area Kampoeng Bambu Toddopulia (KBT).

Jauh sebelum Ramadan datang, tiap akhir pekan KBT biasanya didatangi para penikmat alam. Suasana cukup mampu memanjakan mata, menjadi sarana membuang penat.

Di sini pula menjadi tempat seluruh himpunan perasaan berkumpul. Meluapkan getar tekanan yang tak pernah mati. Perjalanan mencatat setiap desiran daun bambu oleh perilaku angin diresapkan bersama.

Saat bulan Ramadan tiba, warga KBT juga melakoni acara buka puasa. Tahun 2021 menjadi spesial karena pertama kali dilakukan dilakukan di Masjid. Masjid ini dibangun atas semangat gotong royong warga.

Di saat menu buka puasa telah tersaji dan mulai menggoda. Rasa penat yang tersisa di siang hari sesudah melakukan aktivitas di sawah menjadi sirna. Membuat perut yang terpana sejak Imsak dengan segera minta diisi.

Buka puasa bersama warga Desa Toddopulia di Masjid yang baru dibangun, bukan sekadar ritual  pabbuka dari deretan rutinitas makan yang tak pernah ada habisnya.

KLIK INI:  Aksi Nyata Komunitas MTS Menjinakkan Sampah Organik dari Manggala

Menu pabbuka hanya satu simponi kehidupan. Di sini kita tak perlu kemewahan untuk meruntuhkan dinding kesederhanaan. Tak perlu kesombongan untuk menjamah bumi dan isinya.

Sebelum pandemi, tiga tahun lalu (2018) semarak Ramadan pernah menghiasi KBT. “Singara’ Rumallang” menjadi even yang mewarnai kemeriahan KBT.

Disamping ada pula ajang lomba qasidah dan da’i cilik yang di adakan oleh HMI Cabang Maros ini, dihadirkan juga permainan atau kebiasaan lama yang mengikuti bulan Ramadhan.

Pentas pawai obor keliling kampung dan permainan meriam bambu ikut menambah kemeriahan.  Ajang ini menjadi acara puncak “Singara Rumallang” yang berlangsung selama 3 hari.

Desa toddopulia
Suasana pawai obor di desa Toddopulia 2018 silam – Foto/Ist
KLIK INI:  Menelisik Potensi Kerjasama Infrastruktur dan Energi Indonesia-Yordania
Destinasi dan ingatan

Momen itu seolah baru kemarin terjadi.  Ia kembali memenuhi ingatan waktu, saat Ramadan datang kembali. Semacam nostalgia pada kuncup kenangan yang mewangi di antara batang bertangkai ingatan lain.

Itulah kenapa setiap tempat yang menghidupkan ingatan, memberikan suasana yang dapat melonggarkan pikiran dan melapangkan perasaan disebut dengan destinasi?

Destinasi, dengan merujut asal katanya dari bahasa Inggris ‘destiny’ (baca: destine) yang bermakna takdir. Tak salah, jika kita mendatangi tempat-tempat wisata, terutama di kampung-kampung, waktu seolah mengingatkan pada suatu ruang perjalanan.

Destinasi juga mengilhami perjalanan waktu (time traveling). Ia bisa saja menggurita pada kenangan masa lalu. Ia menjadi jejak kepulangan waktu yang diriingi roda-roda perjalanan yang bisa saja menggiring  ke hamparan lain.

Pada hamparan yang mungkin tidak beralamat dan mungkin juga engkau tidak lagi mengenalnya. Buat sang ruang lupa pada waktu.

Sebelum itu terjadi, bolehlah kita mendatangi dan menemui takdir di setiap destinasi. Salah satunya di Kampoeng Bambu Toddopulia.

Sudah pernah kesana?#AyoKesana!

KLIK INI:  Mengintip Satwa Penikmat Gelap di Taman Nasional Bantimurung