Menyoal Perbedaan Halal Tourism, Muslim Friendly Tourism, dan Family Friendly Tourism

oleh -1,422 kali dilihat
Menyoal Perbedaan Halal Tourism, Muslim Friendly Tourism, dan Family Friendly Tourism
Ilustrasi tempat wisata/foto-ariefselter.
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Setelah perjuangan panjang selama lima tahun. Pada tahun 2019 ini destinasi wisata di Indonesia menempati peringkat pertama sebagai destinasi wisata halal (Halal Tourism) dunia versi GMTI (Global Muslim Travel Index) 2019.

Gelar itu diumumkan langsung oleh CrescentRating – Mastercard pada bulan April lalu. CEO CresentRating, institusi penilai GMTI 2019, Fazal Bahardeen menyampaikan jika tahun 2019 Indonesia menduduki peringkat pertama wisata halal dunia versi GMTI 2019, bersanding dengan Malaysia dengan skor total 78.

Setelah menduduki peringkat pertama, muncul berbagai usulan nama yang bikin puyeng kepala. Ketiga nama itu adalah Halal Tourism, Muslim Friendly Tourism, dan Family Friendly Tourism. Namun, jika ditelisik lebih dalam, tujuan ketiga nama itu merujuk pada wisata halal. Hanya perbedaan nama saja.

KLIK INI:  Keren, Indonesia Terbaik di Dunia untuk Destinasi Wisata Halal

Namun, persoalan nama bukan persoalan remeh. Sebab hal itu melahirkan pro dan kontra. Untuk lebih jelas perbedaan ketiganya, saya akan menyertakan ulasan Heru di genpi.co, Rabu, 31 Juli 2019 lalu.

Menurut Ketua Tim Percepatan Pariwisata Halal Kemenpar, Anang Sutono, yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata Kemenpar mengatakan, ada perbedaan antara Halal Tourism, Muslim Friendly Tourism dan Family Friendly Tourism. Berikut penjelasannya:

  • Halal Tourism (Wisata Halal)

Halal Tourism dapat menjadi selling point utama bagi umat muslim di negara-negara mayoritas non muslim di mana produk dan jasa halal masih sulit ditemukan.

Kemudian, Halal Tourism menjadi jaminan mutu bahwa semua produk dan jasa yang ditawarkan sudah sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, halal tourism dapat mendorong pelaku industri untuk memenuhi ketentuan dari konsep halal. Untuk konteks di Indonesia, diperlukan karena masih ada produk yang tidak halal.

KLIK INI:  Ini Provinsi yang Jadi Destinasi Halal di Indonesia, Apakah Kamu Tinggal di Salah Satunya?

Di sisi lain, Halal Tourism membuat pelaku industri dan regulator pariwisata menjadi terikat dengan ketentuan halal/Syariah yang infrastrukturnya masih perlu ditingkatkan. Sehingga, dibutuhkan kesadaran dari pelaku Industri pariwisata dan dimudahkan dari segi sertifikasi halal.

  • Muslim Friendly Tourism (Pariwisata Ramah Muslim)

Istilah ini bisa digunakan negara mayoritas Muslim. Namun tidak menggunakan hukum Islam sebagai dasar negara. Sehingga, terminologi Muslim Friendly Tourism dapat menjadi pembeda yang lebih jelas dibanding dengan Family Friendly Tourism.

Di sisi lainnya, Muslim Friendly Tourism akan menimbulkan degradasi terhadap komitmen halal dari negeri tersebut. Kemudian, bagi negara-negara yang penduduknya adalah Muslim, memakai terminologi “Muslim Friendly” dapat menimbulkan pandangan bahwa negara tersebut tidak ramah bagi umat agama lain.

Terminologi ini lebih sesuai bagi negara-negara mayoritas Non Muslim, seperti Jepang, Korea dan Thailand.

  • Family Friendly Tourism (Pariwisata Ramah Keluarga)

Lebih inklusif, baik bagi wisatawan Muslim dan Non Muslim. Cocok bagi Wisatwan Muslim dari Timur Tengah, negara Arab lainya, dan negara-negara mayoritas Muslim lainya, seperti Pakistan dan Bangladesh.

KLIK INI:  Wisata Halal Tak Akan Rusak Tatanan dan Kearifan Lokal?

Di sisi lain terminologi ini tidak mendeskripsikan secara akurat apakah negara-negara tersebut berkomitmen terhadap ketentuan Halal. Hal ini disebabkan pemahaman terminologi “Family Friendly” dapat memberikan arti yang berbeda-beda bagi wisatawan.

Bukan hanya itu, dapat pula menimbulkan kekecewaan bagi wisatawan mancanegara yang memahami bahwa Family Friendly Tourism adalah Pariwisata Halal. Sementara penyedia jasa memahami bahwa Family Friendly Tourism adalah wisata keluarga secara umum.

Nah, begitulah perbedaan ketiga nama tersebut. Semoga kepalamu tidak lagi puyeng setelah tahu. Namun, lebih dari itu, apa pun namanya, yang penting pariwisata Indonesia mampu membawa kesejehateraan bagi masyarakat dan tetap ramah lingkungan.

KLIK INI:  Jelajah Gua Leang Passea, Situs purbakala Tertua di Bulukumba