Wisata Halal Tak Akan Rusak Tatanan dan Kearifan Lokal?

oleh -431 kali dilihat
Ilustrasi wisata halal/foto-Republika
Irhyl R Makkatutu

Klikhijau.com – Sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia, wajar jika pengembangan wisata halal di Indonesia terus dipupuk. Apalagi potensi wisata halal dianggap sebagai peluang yang baik untuk meningkatkan pariwisata itu sendiri.

Peningkatannya akan berdampak baik ke berbagai sektor, salah satunya pada tingkat hunian kamar hote diyakini akan menanjak.

Untuk wisata halal sendiri, Sulawesi Selatan termasuk salah satu provinsi yang berabel waisata halal. Meski salah satu pariwisata yang paling diunggulkan belum masuk di dalamnya, yakni Toraja.

KLIK INI:  Keren, Indonesia Terbaik di Dunia untuk Destinasi Wisata Halal

Namun, gagasan agar Toraja menyedian wisata halal  disambut positif oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).Sambutan positif itu terungkap saat acara Musyawarah Daerah (Musda) X PHRI di Claro Hotel, Sabtu, 16 Maret 2019 lalu.

Anggiat Sinaga yang menjabat Ketua PHRI Sulsel menilai, wisata halal sangat penting untuk mendorong peningkatan kunjungan wisatawan lokal ke daerah-daerah destinasi wisata. Menurut dia, wisata halal jangan dipikir akan merusak tatanan dan kearifan lokal. Ini lebih pada gaya hidup bagi kaum muslimin.

“Ini untuk menjamin bahwa wisatawan muslim merasa terjamin kehalalan pada makanan dan minuman mereka. Itu saja,” katanya.

KLIK INI:  Ini Provinsi yang Jadi Destinasi Halal di Indonesia, Apakah Kamu Tinggal di Salah Satunya?

Anggiat mengingatkan, tingginya kunjungan wisatawan dari negara-negara berpenduduk Islam menjadikan aspek halal sebagai daya pikat. Di Sulsel, misalnya. Wisatawan muslim yang datang tidak sedikit. Begitu juga di daerah lain.

Ia menilai munculnya gagasan wisata halal, seperti di Bali dan Tator, harus dibarengi dengan kebijakan dan perangkat yang memudahkan. Salah satunya adalah biaya label halal.

Menurut Anggita, untuk mendapatkan satu label halal, setidaknya membutuhkan biaya sekitar Rp30 juta, karenanya jumlah hotel yang menggunakan label halal sedikit karena biaya pengurusannya mahal,

Untuk di Sulsel  baru empat hotel yang menggunakan label halal. Yakni Hotel Aston, Claro, Aldera, dan Hotel Zona. Itu artinya, jumlah hotel bersertifikasi halal sangat minim. Selain tidak banyak pengelola hotel mengurus sertifikat, biaya sertifikasi halal juga mahal.

KLIK INI:  Buku Wisata Alam Sulsel diterima Gubernur Nurdin Abdullah

Sementara itu, Gubernur Sulsel, HM Nurdin Abdullah optimistis sektor pariwisata di Sulsel akan maju pesat karena memiliki potensi destinasi seperti pantai, budaya, dan keindahan alam.

“Budaya dan keindahan Toraja itu hanya satu di dunia,” katanya.

Melihat potensi tersebut, dia meminta PHRI menggalang sinergitas dengan pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota. Pelaku industri pariwisata harus berpacu mengembangkan kreativitas untuk merebut pasar wisatawan lokal maupun mancanegara.

Daerah-daerah lain berani giat membenahi sektor pariwisata dengan membangun infrastruktur dan mengembangkan koneksitas. Membangun sektor pariwisata, lanjutnya, harus didukung infrastruktur.

“Pemerintah provinsi telah menyiapkan anggaran Rp300 miliar. Tidak ada lagi nanti kota yang tidak bagus dan kota yang jorok. Semua harus sama,” ungkap Nurdin. 

KLIK INI:  Jelajah Taman Wisata Alam Sorong, 4 Aktivitas Ini Bisa Membuat Anda Lupa Pulang