Menikmati Akhir Pekan Bersama 3 Puisi Bertema Hujan dari M. Aan Mansyur

oleh -1,242 kali dilihat
M. Aan Mansyur-foto/Fimela

Klikhijau.com – Akhir pekan sudah selayaknya dinikmati dengan rasa bahagia dan santai. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah menikmatinya dengan puisi.

Puisi selalu mampu memikat bagi penikmatnya. Para penulis puisi kerap dinamai penyair. Penyair ini merangkai kata demi kata sehingga melahirkan karya yang memukai dan sarat makna.

Salah satu penyair yang memiliki daya pikat dalam puisinya adalah M. Aan Mansyur. Nama dan puisi M. Aan Mansyur semakin dikenal masyarakat saat puisi-puisinya mengisi film Ada Apa dengan Cinta 2 (AADC) yang disutradarai oleh Riri Reza.

Namun, puisi M. Aan Mansyur tidak hanya mengisi film tersebut, tapi telah terangkum dalam banyak buku, juga sangat mudah ditemukan di berbagai media, baik cetak maupun online.

KLIK INI:  Rumah Pohon Alea

Salah satu tema yang kerap diangkat oleh lelaki kelahiran di Bone, Sulawesi Selatan, 14 Januari 1982 itu adalah hujan. Dikutip dari berbagai sumber berikut 3 puisi M. Aan Mansyur yang bertema hujan, yang sangat pas dinikmati di akhir pekan:

 

Sajak Saat Hujan

 

jika saja waktu dan kenangan adalah layang-layang
sudah kugulung benang-benangnya dan kugunting
bagian yang tak kuingin.

hari itu hujan curah tak begitu deras namun lama,
kaca jendela berembun hingga tak perlu juntai tirai
sebagai selubung, tak akan ada orang yang melihat kita, bisikmu
lalu kau buka kancing-kancing baju dengan tangan gemetar
memperlihatkan kerumunan tahi lalat yang kau rahasiakan
di sisi kiri payudaramu yang perawan menawan
kau tuntun tanganku menghitungnya satu per satu
tetapi aku gagal menyebut jumlah.

setiap hujan seperti ini, aku berkeringat teringat
hangat tubuhmu, dan meski kukatup mata sepenuh tutup
sedikitpun tak ada yang terlupa, seluruh benar-jelas-selalu

tahi lalat yang tak pernah kutahu jumlahnya itu
kini menjelma jutaan belatung yang tak kenal kenyang
dan usiaku adalah bangkai-bangkai kucing dan anjing

jika saja waktu dan kenangan adalah layang-layang,
di saat-saat hujan begini, sudah ada seorang lain perempuan
yang pahanya jadi bantal dan tangannya mencabut
uban-uban di ubun-ubunku.

KLIK INI:  Surat Hujan

Bermain Hujan

 

Pada mulanya hujan itu hanya ada di dalam mimpiku, di dalam tidurku, di sepasang mataku yang terpejam.

Kemudian hujan itu jatuh cinta kepada sepasang mataku yang tidak tidur. Aku selalu menemukan bebulu mataku basah bagai embun di rerumputan, di pagi dan sore hari.

Kemudian hujan itu jatuh cinta juga kepada tubuhku. Hujan senang sekali menyiram-memandikan tubuhku. Tubuhku tiba-tiba saja memiliki sebuah kamar mandi dengan sebuah kolam yang selalu penuh dengan hujan.

Kemudian hujan itu jatuh cinta kepada tempat tidurku, kepada kamarku, juga rumahku. Rumahku penuh hujan. Aku melihat lemari, kursi dan meja, pakaian, buku-buku, dan kenanganku berenang-renang di genangan hujan.

Kemudian hujan jatuh cinta kepada halaman rumahku. Hujan menenggelamkan pohon-pohon dan bunga-bunga yang pernah ditanam di taman itu. Aku melihat tangkai dan bangkai bunga mengapung-apung di depan rumahku.

Kemudian hujan itu juga jatuh cinta kepada jalan raya. Aku menyaksikan hujan itu berjalan seperti kendaraan di atasnya. Aku tak tahu akan berjalan menuju ke mana.

Engkau tahu? Aku selalu membayangkan hujan itu singgah di halaman rumahmu, mengetuk-ngetuk pintu rumahmu, mendesak masuk ke kamarmu, naik ke tempat tidurmu, merasuk ke tubuhmu, dan jatuh cinta kepada matamu.

Aku selalu berdoa, di dalam tidurmu, di dalam mimpimu, sepasang matamu yang terpejam melihat aku dan hujan, melihat aku bermain hujan, bermain hujan sendirian. Dan engkau ingin sekali menemani aku bermain hujan.

Makassar, 2008

KLIK INI:  Ikan Tak Menangis

Ujung-Ujung Hujan

 

dulu dalam dingin kita berpelukan
sambil membayangkan ujung-ujung hujan
sebagai kembang api yang merayakan
cinta yang tak akan pernah dijarakkan

sampai tibalah hari haru itu
kau berlalu, aku menutup pintu
dan ujung-ujung hujan yang jatuh
tumbuh jadi rerumputn dan perdu

hari ini, tiba-tiba aku ingat kau,
di dada jalan yang membawamu jauh
setiap ujung hujan yang menyentuh
adalah mekaran bunga-bunga beribu

KLIK INI:  Gelas Plastik di Bibirmu