- Ikan Tak Menangis - 30/07/2023
- Tanah Berwajah Sampah - 02/07/2023
- Merawat Cerita Nenek Moyang Suku Bugis demi Kelestarian Ikan Masapi - 21/05/2023
Tak Perlu Khawatir Nasib Tetumbuhan
Deru knalpot dibunyikan sangat pagi dari rumah tetangga
Di depan rumah sepohon mangga manalagi berbunga malas
Bercakap tentang kemarau yang sebentar lagi datang
Memanggang semua mimpi dan panen jagung
Di lapangan yang malih rupa jadi ladang jagung
Jagung berumur dua minggu saling berbisik dalam cemas
Akan jadi apa mereka nanti?
Setiap kali paruh ayam tetangga menyisakan mereka sehelai dua helai daun
Yang mengantar rasa perih jadi air mata
Tapi manusia tak patut khawatir dengan nasib tetumbuhan, kan?
Seperti mata rantai makanan, berulang dan akan selalu seperti itu.
Yang lemah dimangsa si kuat. Selalu
Yang kuat dimangsa maut, jadi penyubur bagi yang lemah
Tak usah kalut
Entah pohon mangga berbuah sedikit atau tidak
Di pasar kau bisa membeli berkilo-kilo buah yang kau senangi
Tak usah kalut
Jika kemarau bertandang dan sumur bor-mu kering lagi.
Belajar saja berpuasa tak mandi,
Dan berlulur daki
Juli 2023
Ikan Tak Menangis
Seorang anak kecil berlarian dalam dapur sempit rumah bantuan pemerintah
Lihai saja dia melihat ikan berenang dalam penggorengan
Ikan kecil itu didapat kakaknya dari dalam sungai
Sungai yang airnya berwarna kopi susu
Anak kecil itu tak pernah suka makan ikan
Tapi di dada pagi, ia selalu berharap kakaknya datang membawa sebaskom ikan
Di tengah gigil ia akan belajar menghitung
Satu, dua , sepuluh
Lalai ia dengan bilangan lain yang belum dihafalnya
Pagi setelah hujan besar
Anak kecil itu berlarian di halaman
Halamannya menjelma sungai
Dan kakaknya belum lagi pulang dari sungai
Anak kecil itu mulai menangis
Tapi ikan tidak pernah ikut menangis.
Mangsa Kemarau
Menulislah puisi saat kenyang
Sebab lapar selalu menunda kata untuk menjadi apa-apa
Jika sudah kenyang, perutmu terpenuhi hajatnya, kepalamu akan lebih ringan
Otakmu akan lebih pintar bermain
Menulislah puisi saat kenyang
Meski tetangga kanan-kirimu sedang menangis memikirkan takdirnya hari esok
Kemarau barangkali tak pandai memangsa harta bendamu
Hanya memangsa tetumbuhan di halaman rumah, di kebun, dan di matamu
Seperti kau, kemarau itu pun lapar
Dimakan saja apa yang ada di depannya
Ladang, sawah, empang tak bersisa
Sepertimu yang tak berhenti menguyah
Meski kau tahu pemilik ladang, sawah dan empang itu harus puasa ketika di dapurnya tak ada lagi apa-apa.
Selain isak tangis dan lagu dangdut di perut.