- Keladi Hias dan Ibu - 05/04/2025
- Katilaopro, Pakan Andalan Anoa yang Meresahkan Petani - 02/04/2025
- Gelisah Burung-Burung - 30/03/2025
Klikhijau.com – Suara kendaraan bermotor yang keluar dari knalpot dari jalan tembus ke kamar. Suara seperti itu menjadi sesuatu yang lumrah beberapa tahun terakhir di kampung saya.
Jika dulu, pada kisaran tahun 90-an. Melihat motor atau mobil masuk kampung membuat masyarakat girang dan kaget. Sekarang ini, jika melihat orang berjalan kaki, masyarakat akan terkejut.
Saat ini, kendaraan, khususnya motor tumbuh subur di kampung saya. Di sadari atau tidak, hal itu membawa dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan.
Rata-rata warga kampung saya memiliki dua sampai 3 kendaraan dalam satu rumah. Itu baru di kampung, bagaimana dengan kota? Pastinya lebih lebih ‘mengerikan’ lagi.
Semakin banyak kendaraan, akan semakin memicuh pula polusi udara. Karena asap asap kendaraan bermotor menjadi sumber polusi udara yang berdampak negatif bagi lingkungan.
Jika tidak ada yang mencarikan solusi, maka kendaraan bermotor bisa semakin membahayakan. Hmm, rasanya kita membutuhkan lebih banyak orang kreatif yang mau berinovasi membuatnya menjadi lebih berguna.
Semisal yang dilakukan oleh Jasmine Kurniawan siswi dari MAN 4 Jakarta dan Adlina Burhanudin siswi Zamzam Syifa Boarding School.
Keduanya menyulap energi panas buangan yang tidak terpakai—yang dari knalpot pada motor menjadi sumber energi listrik charger.
Iya, mereka berhasil membuat alat pengisi daya baterai (charger) handphone yang berasal dari energi panas pada knalpot dan panas matahari menjadi energi listrik.
Dilansir dalam laman resmi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), inovasi itu mengantar keduanya meraih penghargaan Gold Medal kategori Green Technology dalam penyelenggaraan Virtual International Exhibition for Young Inventor (IEYI) 2020. Mereka memberi nama AUTICS atau Auto Charging Thermoelectric Solar.
AUTICS memiliki cara kerja yakni energi buang kendaraan bermotor diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan termoelektrik yang lebih pucat, sedangkan panel surya mengubah energi matahari menjadi energi listrik.
Ramah lingkungan
Jasmine mengungkapkan, dengan dua alternatif sumber tersebut, AUTICS sebagai pengisi daya ponsel dapat dioperasikan secara maksimal, efisien, dan ramah lingkungan.
Inovasi yang dilakukan kedua siswa itu, diakui Adlina bahwa listrik yang dihasilkan disesuaikan dengan kebutuhan ponsel, sehingga alat ini aman digunakan.
“Perangkat ini juga dilengkapi dengan teknologi auto cut-off untuk memutus energi jika energi listrik yang dihasilkan melebihi daya dukung AUTICS,” terang Adlina.
Guna mengembangkan idenya, kedua inventor ini mendapatkan bimbingan dari LIPI. LIPI sendiri berharap AUTICS dapat dipasang sebagai mobile charger bagi para pengendara sepeda motor, khususnya pengemudi ojek online yang membutuhkan telepon selulernya selama bekerja seharian.
Apa yang dilakukan oleh Jasmine dan Adlina merupakan sumbangsi yang cukup besar bagi lingkungan dan kesehatan. Apalagi hasil inovasinya mempunyai keunggulan sebagai inovasi yang ramah lingkungan.
Alat ciptaan keduanya ini berpotensial menghasilkan listrik dengan memanfaatkan limbah panas sepeda motor yang ramah lingkungan dan teknologi bersih.
Tidak hanya itu, market demand dan dapat memberikan kontribusi sosial untuk pengemudi online Indonesia dan para pengendra motor pada umumnya.
Menerka menciptakan alat tersebut tidak serta merta alias tdak instan. Setidaknya membutuh waktu selama empat bulan dalam proses pembuatannya.
Hal itu disebabkan karena keduanya harus berhati-hati dalam menentukan material yang akan digunakan.
“Kami mendapati tantangan saat getting the ideas dan looking for the right materials,” jelas Jasmine.
Setelah berhasil menciptakan alat tersebut, keduanya mulai bermimpi untuk mengembangkan dan mematenkannya, membuat smaller prototype, dan membuat business plan untuk dapat diproduksi massal sehingga dapat dimanfaatkan bagi manusia dan lingkungan.