- Bagaimana Tanaman Mendengarkan Kita? - 21/04/2024
- Defisit Narasi Lingkungan dalam Politik Lokal di Indonesia - 28/12/2023
- Demmatande, Pejuang Pemberani dari Kampung Paladan Mamasa - 10/11/2023
Klikhijau.com – Pernahkah Anda melihat capung beterbangan di alam bebas? Dalam bahasa inggris disebut dragonfly. Dalam bahasa Sunda disebut papatong, dan dalam bahasa Jawa disebut kinjeng.
Di beberapa daerah di Sulawesi Selatan, capung disebut pedo’ atau duddu’. Pedo’ selalu tampak menggemaskan, selain karena bentuk tubuhnya yang mungil bersayap juga karena terbang rendah.
Hewan ini bisa ditemui di daerah-daerah sawah, rawa, kolam, danau, pinggiran sungai, kebun dan pinggiran hutan. Bentuk dan warnanya beraneka ragam.
Karenanya, jenis-jenisnya tersebut diberi nama sesuai tanda-tanda khas pada tubuhnya.
Ada ‘capung hijau’ karena warnanya hijau, ‘capung loreng’ karena warnanya loreng. Lalu, yang bentuk ekornya tipis disebut ‘capung jarum’. Demikian pula ada yang bentuk ekornya bercabang dan sayapnya sempit.
Semua jenis-jenisnya termasuk golongan serangga dari bangsa ordo odonata. Di Indonesia terdapat banyak ragam jenisnya. Mulai dari yang bermata besar dari famili Aestnidae, hingga peluncur dari famili libellulidae.
Pemburu mangsa yang aktif dan ulung
Sahabat hijau, tahukah Anda kalau capung memiliki rahang yang kuat. Karenanya, ia dikenal sebagai pemburu mangsa yang aktif dan ulung. Sasaran mangsanya adalah serangga kecil yang ia mangsa saat terbang.
Serangga yang paling digemari capung antara lain nyamuk, agas, dan lainnya. Hewan ini juga sangat menyukai nyamuk aedes aegypti penular Demam Berdarah. Maka, hewan ini dapat berfungsi sebagai pengontrol populasi nyamuk di alam.
Capung juga melibas jentik-jentik (larva) nyamuk sehingga mengurangi populasi nyamuk dewasa.
Oleh sebab itu, berterima kasihlah pada pedo’-pedo’ di alam. Mereka ikut andil menyelamatkan manusia dari sengatan nyamuk mematikan.
Selain itu, juga dikenal sebagai pemangsa hama di sawah seperti wereng, ngengat penggerek batang padi dan jenis ngengat lainnya. Tak diragukan lagi, capung memiliki fungsi ekologis yang penting bagi manusia (fox, 1991, Lilies, 1992).
Sayangnya, populasinya kini terganggu. Manusia tidak ramah memperlakukan aneka ragam satwa liar di alam. Misalnya, pembuangan limbah rumah tangga di perairan antara lain limbah sabun, detergen dan karbol.
Populasinya juga terganggu oleh penggunaan pestisida dan pupuk. Banyak pula pabrik-pabrik yang membuang limbahnya ke badan air dan membuat nimfa-nimfa capung terbunuh.
Sudah terbebaskah lingkungan kita dari pencemaran berat? Perhatikanlah keberadaan mereka di sekitar kita.
Bila tak dijumpai, maka besar kemungkinan lingkungan Anda tercemar. Panjang umur sang pendekar ulung.