Malam Qunut Ramadan, Tradisi Turun-temurun di Kampung Ini!

oleh -194 kali dilihat
Malam Qunut Ramadan, Tradisi Turun-temurun di Kampung Ini!
Warga di Bonto Mangngape, Kelurahan Kalumeme, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan sedang makan bersama saat qunut ramadan kemarin malam (27/04/2021) - Foto/Ist

Klikhijau.com – Suasana lebaran selalu khas dengan berbagai embel-embel seperti baju lebaran, kue lebaran, suasana silaturahmi, ucapan saling memaafkan dan lainnya. Semua daerah di Nusantara melakukan itu setiap setelah menunaikan salat ied.

Namun di Bulukumba ada satu tradisi unik yang masih dipertahankan hingga kini yakni tradisi qunut ramadan. Malam qunut adalah malam memperingati tibanya umat muslim di pertengahan bulan suci ramadan. Malam qunut merupakan malam yang istimewa dari malam lain selama bulan ramadan.

Umummya, malam qunut dilalui dengan doa-doa khusus yang akan dilantunkan oleh imam masjid, setelah pelaksanaan salat taraweh. Kemudian diikuti oleh para jemaah.

Ketika telah melaksanakan dan melalui malam qunut, biasanya umat muslim akan berhitung mundur untuk menjemput hari kemenangan di lebaran nanti.

Di Bonto Mangngape, Kelurahan Kalumeme, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan, ada satu tradisi unik yang masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar. Setiap malam qunut itu, masyarakat akan menikmati sajian menu makanan yang khas saat lebaran. Juga kental dengan kesan silaturahminya.

Proses dalam tradisi ini juga sama dengan proses saat menyambut hari lebaran. Bedanya di momen perayaan tradisi unik ini tak ada takbir, dan baju lebaran. Yang ada hanya sajian menu khas lebaran dan suasana hangat berkumpulnya kerabat dan keluarga yang sudah bisa dirasakan dimalam qunut.

KLIK INI:  Wow, Banyak Minum Air Putih Bisa Datangkan Kebahagian?

Dua hari sebelum pertengahan bulan ramadan, yakni hari ke 13 ramadan para ibu-ibu akan mempersiapkan komponen dan bahan-bahan untuk membuat panganan khas setempat yakni legese’ dan burasa’. Dua makanan khas Sulawesi ini memang senantiasa ada saat lebaran. Namun di Bulukumba, menu ini bisa dinikmati pula saat malam qunut.

Lalu malam harinya, legese’ dan burasa’ akan masuk dalam proses pembungkusan. Legese’ dan burasa’ merupakan jenis makanan yang terbuat dari beras ketan yang dicampur santan kelapa.

Lalu dibungkus dengan bentuk sedemikian rupa menggunakan daun pisang yang telah dipilah dan dibersihkan. Kemudian keesokan harinya dua makanan khas ini dimasak, selama kurang lebih empat jam. Itu waktu yang pas untuk menciptakan tekstur yang betul-betul empuk dan gurih.

Legese’ dan burasa’ akan selalu dipasangkan dengan ayam nasu likku, yang juga meruapakan sajian makanan Sulawesi yang khas menggunakan ayam kampung.

Ayam kampung yang telah dipotong-potong dibaluri dengan parutan kelapa dan bumbu khas lainnya, lalu dimasak hingga kuahnya habis. Dan menyisahkan ayam dan parutan kelapa yang kental dengan bumbu-bumbu khasnya.

KLIK INI:  Kualitas Sperma Pria Dipengaruhi Polusi Udara

Jika semua menu makanan matang dan siap disajikan, maka tibalah pada moment yang paling dinantikan. Yakni saat menunggu waktu berbuka puasa, dimalam ke 16 ramadan.

Saat itu di lingkungan Bonto Mangape semua rumah-rumah warga akan ramai dipadati sahabat dan kerabat yang datang berkunjung dan berkumpul hanya untuk menikmati dan merasakan kehangatan buka puasa bersama di malam qunut.

Moment buka puasa menjadi acara puncak perayaan tradisi unik malam qunut di lingkungan Bonto Mangape. Rumah-rumah warga akan dibalut suasana hangat dan penuh kesyukuran karena telah sampai pada pertengahan bulan suci ramadan dengan berkah sang maha Esa. Lalu berharap bisa meraih kemenangan dihari lebaran.

“Para tamu boleh membawa pulang legese’ atau burasa’. Biasanya saya bikin sampai 17 liter. Itu sudah bisa dinikmati bersama keluarga sekaligus untuk dibagi-bagi kepada para tamu,” ucap Haerani (51), Istri dari kepala lingkungan Bonto Mangngape, Nasrun (51) saat saya berkunjung ke kediamannya. Rabu (28/4/2021).

Setelah menikmati buka puasa bersama kerabat dan keluarga. Tradisi unik ini akan dilanjutkan di dalam masjid yang ada dilingkungan setempat. Setiap rumah akan membawa sajian menu makanan ke masjid itu. Biasanya mereka membawa dengan baki besar berbentuk bulat atau di Bulukumba disebut dulang.

Di masjid itu, setelah melaksanakan salat taraweh dan menunaikan doa-doa qunut, semua masyarakat yang hadir dalam akan melakukan tradisi makan bersama.

Sebagai bentuk kesyukuran kepada tuhan atas berkah umur dan kesempatan yang diberikan dalam menjalankan ibadan puasa. Seraya melangitkan doa dan harapan agar dapat bertemu kembali dengan ramadan yang akan datang.

Tradisi malam qunut di Bulukumba ini, merupakan satu kekayaan budaya keislaman asli masyarakat Bonto Mangngape yang akan terus dijaga dan dilestarikan. Generasi penerus di lingkungan yang berpenduduk 70 KK itu, turut andil menjaga kearifan lokal yang telah dilaksanakan turun-temurun.

KLIK INI:  Tanpa Disadari, 7 Zodiak Ini Berlambang Hewan