- Bagaimana Tanaman Mendengarkan Kita? - 21/04/2024
- Defisit Narasi Lingkungan dalam Politik Lokal di Indonesia - 28/12/2023
- Demmatande, Pejuang Pemberani dari Kampung Paladan Mamasa - 10/11/2023
Klikhijau.com – Para petani alami di Desa Salassae, Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan sedang berinovasi dalam pengembangan varietas bibit padi alami. Ide ini dilakukan dengan harapan ada kualitas bibit terbaik yang dapat mendongkrak produktivitas.
Para petani ini bergabung di komunitas Petani Alami Komunitas Swabina Pedesaan Salassae (KSPS). Sejak lama, komunitas yang diinisiasi aktivis senior Armin Salassa ini telah mengembangkan model pertanian alami yang ramah lingkungan.
Menurut Wandi, salah seorang petani muda di komunitas ini, salah satu yang dikembangkan petani di Salassae saat ini adalah varietas yang diberi nama khas lokal “Salebu Nur”.
Istilah ini adalah diambil dari singkatan kata “Salajueng” yakni sebuah sungai sekaligus irigasi sawah, “Lembang Bu’ne” yakni areal hamparan sawah yang menjadi tempat pertama kali dikembangkannya bibit alami ini. Sedangkan “Nur” adalah nama seorang petani alami (Muhammad Nur).
“Praktik pengembangan varietas lokal alami ini sudah dimulai sejak tahun 2017. Petani sangat antusias untuk berinovasi,” kata Wandi pada Klikhijau, Senin 8 Juni 2020.
Dari hasil panen padi alami tahun 2017 tersebut, lanjut Wandi, petani mulai menyilam dan menghasilkan 1 biji (untuk pengembangan bibit), kemudian ditanam dan menghasilkan bibit 12 malai.
“Bibit inilah yang ditanam dan diseleksi terus-menerus hingga menghasilkan 1 malai yang berkualitas. Kualitas terbaik kemudian ditanam kembali dan menghasilkan 4 kg gabah, kemudian ditanam kembali dan menghasilkan 600 kg gabah. Dari sini, kami sudah mulai mengembangkannya jadi varietas (bibit) yang kemudian ditanam petani di sawah seluas 8 hektare tahun ini,” jelas Wandi.
Eksperimen penanaman varietas “Salebu Nur” tahun ini ternyata cukup memuaskan. Produktivitas diakui meningkat dari sebelumya.
Terlebih, bibit alami ini memiliki keunggulan tersendiri yakni malainya panjang, batangnya kuat serta tahan dari hama dan penyakit. Tidak hanya itu, “Salebu Nur” juga berbulir lebih berisi dari bibit lainnya.
Sejak diperkenalkan, sejumlah petani konvensional di Salassae juga mulai memakai jenis bibit “Salebu Nur”. “Mereka melihat bukti. Selain itu, bibit padi yang sering mereka gunakan justru rentan terkena penyakit,” tutur Wandi.
Rencana ke depan, komunitas KSPS akan terus mengembangkan bibit ini sebagai varietas otentik yang sangat cocok ditanam.
“Mimpi besar kami adalah bagaimana petani berdaulat atas pangan. Diantaranya dengan terus berinovasi dan menerapkan model pertanian ramah lingkungan,” tutur Wandi.
Temuan ini tentu menarik dan sangat sejalan dengan gagasan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang memang sangat fokus pada pengembangan inovasi pertanian. Selain itu, konsep pertanian alami di Salassae juga dapat dijadikan percontohan dalam menerapkan pertanian berkelanjutan.
Organisasi Pangan Dunia Food and Agriculture Organization ( FAO) bahkan merekomendasikan konsep petanian berkelanjutan untuk menghubungkan antara masalah ketahanan pangan dengan wacana perubahan iklim. Pertanian berkelanjutan dipandang FAO sebagai upaya mitigasi penting yang dapat menurunkan emisi karbon.
Seperti diketahui, salah satu masalah mendasar dalam pertanian saat ini adalah pemakaian pestisida kimia yang berdampak pada kerusakan ekosistem. Dengan demikian, inovasi petani di Salassae yang menemukan bibit alami yang tahan terhadap hama dan penyakit sekaligus menekan pemakaian pestisida alami.