Kisah “Pertemuan” dengan Anoa

oleh -54 kali dilihat
Tanduk soko atau anoa
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Sore hari. Segelas kopi kahayya tanpa gula. Membuatnya tampak istimewa. Kopi itu tersaji di beranda rumah kayu Puang Appi.

Segelas kopi itu mengiringi perbincangan kami. Puang Appi, yang memperkirakan umurnya telah menyentuh angka 80 tahun itu. Masih terlihat bugar dan kuat.

Usia yang telah terbilang senja itu, tak membuatnya berpangku tangan dengan hanya tinggal di rumah. Sebagai orang yang beraktivitas berat sejak kecil—sebagai petani. Membuatnya enggan diperas rasa malas.

Bahkan di usianya yang tak lagi mudah itu. Ia masih sering naik ke borong (hutan) yang harus ditempuh hampir setengah hari dari rumahnya di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, Bulukumba.

KLIK INI:  Ancaman yang Mengintai Dibalik Nikmatnya Gorengan Sebagai Camilan

Puang Appi, selain bertani, ia memiliki hobi yang lain, yakni murang atau berburu. Hobi itu pula yang mengantarnya memelihara banyak anjing.

Anjing-anjing itulah yang membantunya saat berburu babi—hama paling meresahkan di Kahayya. Saat masuk atau naik ke hutan berburu babi atau mencari madu. Hal tak terduga kadang ia temukan. Bukan babi atau madu, tapi soko.

Soko adalah nama lokal dari anoa. Satwa endemik Sulawesi yang pernah diklaim punah itu. Namun, kepunahan itu terbantah saat jejak kaki dan feces (kotoran) ditemukan di taman hutan rakyat (tahura) Abdul Latief Sinjai, 21 Oktober 2022 lalu.

Keberadaan anoa tidak hanya di Sinjai saja, tetapi juga di Bulukumba. Hal itu dibuktikan dengan adanya beberapa warga di Desa Kahayya dan Kindang yang pernah menangkap anoa.

“Masih banyak,” ujar Puang Appi, Jumat, 27 Oktober lalu.

Bantahan Puang Appi itu cukup berasalan, sebab bulan September lalu. Ia bersama 5 warga Kahayya berhasil menangkap tiga ekor anoa.

Penangkapan terakhir ia lakukan pada akhir September 2023.

KLIK INI:  Kahayya (kisah dalam kisah)

“Tak mudah menangkap soko,” terangnya. Satwa ini menurut pengakuannya adalah hewan terkuat dan tergesit yang pernah ia temui.

Belum lagi, jika bukan dalle lompo “berkah/rezeki yang besar” maka jangan berharap bisa menangkapnya.

Kaki Anoa
Tentang tanduk dan kulit anoa

Tidak terlalu sulit menemukan siapa yang pernah menangkap anoa. Sebab, sebagai satwa liar yang cukup “disegani” dan susah ditangkap. Siapa saja yang menangkapnya akan tersiar dengan cepat.

Ketika saya bertanya siapa yang pernah menangkap anoa. Sontak orang-orang di kampung saya, Kindang menyebut nama Atong dan Ami.

Atong, lelaki beranak satu itu adalah pemburu babi yang di kampung saya dikenal dengan nama paurang. Sebagai seorang paurang, naik ke borong (naik/masuk hutan) bukanlah perkara sulit.

Begitu mendapat informasi, pagi hari di hari Rabu, 25 Oktober 2023 saya bertamu ke rumah Atong. Ia baru saja akan keluar rumah hendak ke kebunnya.

KLIK INI:  Perihal Raden dan 7 Fakta Unik Anoa yang Jarang Terungkap

Begitu melihat saya menuju rumahnya. Ia urung untuk berangkat—memilih kembali masuk ke rumahnya. Kami berbincang hangat di ruang tamu.

Atong memang pernah menangkap anoa, bukan hanya seekor, tapi tiga ekor. Ketiga ekor itu ia tangkap dengan tiga kali kunjungan ke borong. Namun, telah sangat lama, sekira 5 atau enam tahun silam.

Bukti ia pernah menangkap anoa masih terlihat pada koleksi tengkorak kepala anoa, lengkap dengan tanduknya.

“Pertama dapat tidak sengaja, hanya ikutan saja,” Katanya. Saat pertama menangkap anoa, Atong tidak sendiri. Ia bersama sebelas orang temannya. Semuanya warga Desa Kindang.

Untuk tangkapan kedua dan ketiga, ia hanya berdua dengan Ami’ sepupunya. Tujuannya bukan berburu anoa, hanya berburu babi dan mencari madu.

Saat berada di wilayah batu kuninring atau bonto kuninring, anjing peliharaannya memburu anoa. Anoa yang diburu anjing itu kemudian tertangkap.

KLIK INI:  5 Manfaat Kelelawar bagi Manusia yang Tak Terduga

“Tak bisa jika bukan anjing yang memburunya,” jelasnya.

Itu pun menurutnya tidak bisa jika hanya satu atau dua ekor anjing saja, minimal lima ekor anjing baru bisa memburu dan membunuh anoa.

Pada pagi hari itu, saya berkesempatan melihat langsung tengkorak dan tanduk anoa koleksinya. Itu pengalaman pertama saya bersentuhan dengan anggota tubuh satwa tersebut.

“Ami masih menyimpan kulit dan bulunya,” terangnya.

Mendapat keterangan itu, sore hari di hari Rabu itu, saya bertamu ke rumah Ami’ dan benar saja. Lelaki yang menginjak usia 50an tahun dan masih betah sendiri itu masih menyimpan kulit ano, lengkap dengan bulunya yang menempel.

Kulit anoa yang telah kering itu, ia simpan di bawah kolong ranjangnya. Saat melihatnya dan menyentuh bulunya. Terasa jika bulunya lebih halus dan kaku daripada bulu hewan lain, misalnya kuda atau kambing.

KLIK INI:  Jangan Dibuang! Yuk Memulai Investasi dengan Menabung Cangkang Telur

Selain kulit dan bulu anoa yang saya temukan di rumah Ami, Ami juga masih menyimpan tengkorak kepala lengkap dengan dua tanduk anoa yang berhasil ditangkap bersama Atong.

Tanduk anoa itu ia simpan sebagai tempat menyampirkan kopia.

Dari Ami itulah saya mendapatkan info, jika ada warga kahayya bernama coddeng yang belum lama ini menangkap anoa.

Pada hari jumat, 27 Oktober 2023, saya bertemu Conggeng di depan rumahnya—saat itu, lelaki tersebut sedang sibuk mengangkat batu. Dari Conggeng itulah saya mendapat informasi jika ia hanyalah ikut, aktor utamanya adalah Puang Appi. Dan Puang Appi masih menyimpan bagian tubuh anoa yang mereka tangkap di akhir bulan September lalu.

KLIK INI:  Vespa dari Koran Bekas Karya Napi Lapas Bulukumba “Beraksi” di Sulsel Expo

Mendapat informasi dari Coddeng, saya bergerak ke rumah puang Appi. Dua ekor anjing di halaman rumahnya  membuat saya gentar, namun tetap melanjutkan bertamu.

Di beranda rumah kayu itulah, ditemani segelas kopi kahayya tanpa gula. Puang Appi berkisah banyak tentang anoa dan ketika hendak pulang. Ia memberi saya kaki anoa yang berhasil ditangkapnya.

“Itu kaki bagian belakangnya, sudah banyak yang minta, tapi tidak saya berikan, kamu beruntung,” katanya.

Saya menerima kaki anoa pegunungan itu—yang belum kering benar dan masih berbau. Rasa penasaran saya “bertemu” dengan satwa bernama ilmiah Bubalus quarlesi tersebut sedikit terobati.

KLIK INI:  Burung Migran, Kekebalan Tubuh, dan Ancaman yang Mengintainya