Klikhijau.com – Burung juga butuh istirahat. Apalagi jika telah melakukan perjalanan jauh, seperti halnya burung yang melakukan migrasi.
Salah satu tujuan istirahat adalah melepas lelah dan mengumpulkan tenaga. Ini berlaku pula pada burung, khususnya burung migran.
Burung migran adalah istilah yang acap digunakan untuk menyebut beburung yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Peristiwa migrasi itu dianggap menarik dan penting. Karenanya ada peringatan Hari Migrasi Burung Sedunia atau World Migratory Bird Day. Ini diperingati dua kali dalam setahun tepatnya pada bulan Mei dan bulan Oktober.
Saat melakukan migrasi, biasanya tempat yang dituju bukan hanya dalam satu negara saja, tapi lintas negara. Dalam perjalanannya menuju tempat baru itu, si burung akan beristirahat, mengumpulkan tenaga dan meningkatkan kekebalan tubuhnya.
Fakta itu diungkapkan oleh sebuah studi terbaru dari Universitas Lund di Swedia, yang menunjukkan bahwa burung yang bermigrasi perlu istirahat tidak hanya untuk memperbaharui tingkat energi mereka tetapi juga untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka.
Burung melakukan migrasi biasanya pada bulan September hingga Maret. Pada saat itu bumi bagian utara akan mengalami musim dingin.
Burung yang berada di wilayah tersebut akan melakukan perjalanan panjang menuju daerah teduh tropis. Inilah yang disebut migrasi.
Mencari makan
Tujuan mereka “berpindah” adalah mencari makan dan tempat tinggal sementara dengan suhu yang hangat. Salah satu negara yang menjadi tujuan terakhir dari burung migran adalah Indonesia, tepatnya di Yograkarta.
Di daerah ini akan menjadi tempat tinggal sementara dari burung migran. Berbagai jenis burung yang biasa bermigrasi ke arah Indonesia adalah burung elang-alap cina ( Accipiter soloensis ), layang-layang asia ( Hirundo rustica ), trinil pantai ( Actitis hypoleucos ), jalak cina ( Sturnus sturninus ), dan cerek asia ( Charadrius veredus).
Dilansir dari Newswise, saat burung bermigrasi, mereka secara teratur berhenti di satu tempat selama beberapa hari untuk beristirahat dan makan. Ini sebelumnya dianggap perlu untuk membangun cadangan lemak baru yang menyediakan bahan bakar untuk migrasi mereka.
Namun, para peneliti dari Universitas Lund, Swedia mengungkapkan bahwa burung juga membangun sistem kekebalan mereka selama mereka berhenti. Mereka melakukannya dengan sangat cepat – istirahat beberapa hari sudah lebih dari cukup.
“Ini adalah pertama kalinya hal ini ditunjukkan pada burung migran liar. Studi kami menunjukkan bahwa perhentian burung yang bermigrasi melayani tujuan lain, selain hanya ‘mengisi bahan bakar.’ Mereka juga membutuhkan sistem fisiologis lain untuk pulih. Anda dapat membandingkannya dengan keluar dari jalan tol menuju bengkel. Itu bukan hanya untuk mengisi bahan bakar, Anda mungkin juga perlu pulih, ”kata Arne Hegemann, ahli biologi di Lund University yang melakukan penelitian dengan rekan-rekannya dari Institute for Avian Research di Jerman.
Para peneliti telah memeriksa burung migrasi kecil – seperti chaffinches, dunnocks dan redstarts umum – dan menganalisis bagaimana sistem kekebalan mereka berubah ketika mereka beristirahat selama migrasi mereka.
“Jika Anda melihat seekor burung kecil di kebun Anda atau di taman selama musim gugur dan Anda tahu bahwa burung itu menuju ke Eropa selatan atau Afrika, sangat menarik untuk memikirkan mengapa burung itu berhenti. Jika mereka tidak mendapatkan makanan atau istirahat, sistem kekebalan tubuh mereka tidak dapat pulih. saat itulah mereka berisiko jatuh sakit,” kata Arne Hegemann.
Dengan mengumpulkan dan membandingkan data dari individu dan spesies yang berbeda, para peneliti menunjukkan bahwa burung migran yang terbang bebas dapat memulihkan beberapa parameter fungsi kekebalan selama persinggahan; periode stasioner antara penerbangan.
“Sungguh menarik betapa kita masih harus belajar tentang migrasi unggas dan hal-hal baru yang menarik muncul secara teratur. Ini memberikan bagian penting dari teka-teki tentang bagaimana burung yang bermigrasi mengatasi tantangan fisiologis yang mereka hadapi dalam perjalanan panjang mereka,” tutup Arne Hegemann.
Tantangan burung migran
Harapan akan makan dan tempat tinggal yang nyaman. Tentu memenuhi burung-burung yang bermigrasi iitu. Sayangnya harapan itu memiliki ragam ancaman.
Salah satu ancamannya adalah kemungkinan besar daerah yang dituju telah berubah bentuk. Misalnya rawa, gambut atau hutan. Ketika burung migran tiba, tempat tersebut yelah berubah bentuk jadi permukiman, perkantoran atau jadi tempat aktivitas lain dari manusia, semisal peternakan atau pertanian.
Tantangan lain yang dihadapi adalah, burung migran akan jadi buruan manusia yang “rakus”, yang lebih mementingkan dirinya sendiri demi mendapatkan keuntungan.
Tidak hanya itu, masih ada tantangan dan ancaman yang menanti burung migran, yakni polusi, baik polusi udara, tanah, maupun air, polusi suara dan juga polusi cahaya.
Semakin maraknya bangunan yang menggunakan jendela kaca juga jadi ancaman nyata bagi burung migran.
Jadi, selain menyiapkan diri dengan menambah sistem kekebalan tubuhnya agar bisa bertahan di tempat barunya atau dalam perjalananya. Burung migran juga dikepung banyak ancaman.