Kabar Gembira, Bayi Elang Jawa Kembali Lahir Di TN Bromo

oleh -364 kali dilihat
Kabar Gembira, Bayi Elang Jawa Kembali Lahir Di TN Bromo
Burung Elang Jawa - Foto/KLHK
Azwar Radhif

Klikhijau.com – Kabar membahagiakan kembali datang dari spesies burung pemangsa khas pulau jawa, yakni Elang Jawa. Burung yang diabadikan sebagai ikon negara berjuluk “sang garuda” ini melahirkan seekor bayi di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Bayi burung pemangsa ini lahir dari pasangan Tuan dan Nyonya Ginten di sarang alami milik keluarga bahagia mereka pada 22 Maret lalu.

Yang lebih membahagiakan lagi, kelahiran bayi Elang ini termasuk unik, karena biasanya elang jawa hanya mampu melahirkan bayi sekali selama rentan waktu 2 tahun. Namun, keluarga Ginten ini mampu melahirkan dua ekor bayi selama dua tahun terakhir.

Sebagaimana dijelaskan KLHK, “Kelahiran elang jawa kali ini jauh lebih istimewa, karena menurut siklus seharusnya berkembang biak dalam 2 tahun hanya “melahirkan” 1 anak elang jawa.

Sedangkan jarak usia anak elang satu ini dengan anak sebelumnya (elang rajabi) hanya 1 tahun saja, sebuah berita gembira untuk populasi yang terbatas (langka) lho Sobat,” tutur tim media KLHK.

Karena masa perkembangbiakan yang terhitung lama ini, populasi Elang Jawa tak begitu banyak di alam liar. Selain itu, hewan ini hanya dapat ditemukan di Pulau Jawa saja, sekaligus menjadikannya spesies burung elang khas Indonesia.

KLIK INI:  Bunga Tasbih, Tanaman Berbunga Cerah yang Bisa Berdamai di Segala Kondisi
Lebih dekat dengan elang Jawa

Habitat pemangsa khas jawa ini banyak menetap di beberapa wilayah konservasi Taman Nasional di Pulau Jawa.  Selain Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, wilayah pengembangbiakan alamiah Elja juga terdapat di Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Gunung Papandayan, Gunung Halimun dan Taman Nasional Alas Purwo.

Umumnya, burung ini menyimpan sarangnya di atas pohon yang paling tinggi di sekitar kawasan hutan alami. Hal ini untuk memudahkan Elja mengintai mangsa dari atas ketinggian. Selain itu, untuk menjaga keselamatan anak mereka dari ancaman pemangsa.

Elja sapaan akrabnya, memiliki ciri-ciri fisik yang membedakannya dengan jenis elang lain. Bentuk tubuh Elja sedikit langsing. Ukuran panjang tubuh burung ini bisa mencapai 60-70 cm, dengan lebar sayapnya rerata 110-130 cm untuk elang jawa dewasa.

Elang endemik pulau jawa ini memiliki bulu berwarna coklat terang di bagian badan dan hitam kecoklatan pada bulu bagian sayapnya. Sedang, ekornya berwarna coklat, dihiasi motif garis-garis hitam.

Keunikan lainnya yang menjadi ciri khas dari burung yang satu ini adalah adanya jambul di atas kepala Elja yang menonjol sekitar 2-4 helai dengan panjang mencapai 12 cm.

KLIK INI:  ASN Muda KLHK dan Kemlu Dilatih Jadi Negosiator Bidang Perubahan Iklim

Sorot mata dan penghatannya yang tajam memudahkan Elja untuk mengintai mangsa dari atas ketinggian. Diperkuat juga dengan cengkraman kaki yang menggenggam kuat mangsa, membawanya ke atas sarang milik Elja. Paruh dan Kuku yang tajam memudahkannya untuk mencabik-cabik daging mangsa.

Mangsa utama yang menjadi sasaran empuk bagi Elja adalah fauna kecil yang mudah ditemukan di sekitar hutan. Umumnya berupa tupai, kera kecil, ular dan burung berukuran kecil yang ditemukannya di daratan.

Meski begitu, Elja bukan tipikal burung yang berburu di udara kala sedang terbang. Hal ini dikarenakan ukuran ruas kakinya yang tak terlalu panjang untuk menangkap burung di udara.

Kepakan sayap Elja sangat kuat, membuatnya mampu terbang dengan radius yang cukup tinggi untuk menjelajahi sekitar kawasan hutan. Elja memiliki beberapa suara khas yang nyaring, biasa dipekikkannya ketika sedang terbang di atas langit.

Sang Garuda diambang kepunahan

Winarrni dalam Jurnal Hukum (2006) menjelaskan bahwa Elja termasuk dalam 11 burung pemangsa yang terdapat di Indonesia. Diantara 11 jenis burung karnivora ini, Elang Jawa menjadi satu dari 2 spesies burung pemangsa yang hanya terdapat di Indonesia.

Elang Jawa atau sebutan latiinnya Nisaetus bartelsi ini masuk dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) sebagai hewan endemik yang terancam punah dan dalam status genting. Elang Jawa menjadi satu dari 104 jenis burung lainnya di Indonesia yang statusnya rentan.

KLIK INI:  Melihat Respons Tak Terduga Burung Hadapi Perubahan Iklim

Para pemerhati satwa begitu menghawatirkan kehidupan burung endemik ini yang populasinya kian berkurang. Diperkirakan, setiap tahunnya populasi Elang Jawa berkurang 40 ekor. Salah dua faktornya adalah maraknya aktivitas perburuan dan perubahan lahan hutan.

Rakhman. Z (2012) menduga telah terjadi penurunan populasi burung pemangsa ini yang cukup pesat. Sekitar 110 pasang Elja berkurang selama kurun 5 tahun, sejak 2004 hingga 2010. Artinya, setiap tahunnya 22 pasang elang jawa telah diambil paksa dari habitat alaminya demi kepentingan komersiil.

Aktivitas pembukaan kawasan hutan dapat mengganggu ekosistem hidup elang jawa. Elja sebagaimana burung pemangsa pada umumnya, menggunakan pohon di hutan sebagai tempat bersarang bersama pasangan mereka.

Selain itu, hutan juga menyediakan kebutuhan makanan bagi burung ELja yang berupa hewan arboreal  maupun terestrial yang berukuran kecil hingga sedang.

Saat ini, populasi Elang Jawa diperkirakan hanya berkisar 300-500 ekor saja yang berada di alam liar. Laju perburuan dan deforestasi yang pesat dapat membuat hewan endemik satu ini menjadi langka, bahkan terancam punah beberapa waktu ke depan.

KLIK INI:  KLHK Beri Anugerah PROPER 2020, Perusahaan Dinilai Sukses Turunkan Emisi Karbon