Energi Biomassa Kayu Bukan Energi Terbarukan, Benarkah?

oleh -256 kali dilihat
Ilustrasi kayu
Ilustrasi kayu

Klikhijau.com – Biomassa merupakan bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan.

Meningkatnya populasi manusia dan  cadangan bahan bakar fosil semakin menipis. Membuat banyak negara, tidak terkecuali Indonesia harus mencari sumber energi baru.

Salah satu sumber energi baru itu adalah biomassa (energi biomassa). Sumber energi ini mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya dapat diperbaharui (renewable) sehingga memungkinkan menyediakan sumber energi secara berkesinambungan (suistainable).

Biomassa sendiri mengacu pada segala jenis hewan organik atau bahan tumbuhan, misalnya kayu. Kayu telah digunakan manusia sejak dulu sebagai sumber energi. Namun, seiring waktu, penemuan gas bumi, batu bara atau minyak. Membuat manusia perlahan meninggal kayu sebagai sumber energi.

KLIK INI:  Vietnam Beralih ke Energi Surya, Bagaimana dengan Indonesia?

Penemuan sumber energi baru itu lebih praktis, sehingga masyarakat menyukainya. Namun, semakin ke sini dampak buruknya semakin nampak. Jadinya masyarakat dan pemerintah mulai gencar mencari sumber energi lain, termasuk Kembali kepada biomassa kayu.

Arhamsyah (2010) mengungkapkan bahwa biomassa kayu dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan, yaitu sumber energi yang dapat diperbaharui.

Hanya saja apa yang diungkapkan oleh Arhamsyah tidak berlaku bagi Australia. Dilansir dari Inhabitat, belum lama ini pemerintah Australia menganggap kayu bukanlah sumber energi biomassa terbarukan.

Pemerintah Australia menggangga bahwa masalahnya adalah pembakaran biomassa melepaskan lebih banyak emisi karbon dioksida per unit energi yang dihasilkan daripada batu bara. Dan butuh puluhan tahun agar CO2 itu diserap kembali oleh pohon pengganti yang baru.

KLIK INI:  Pasokan Kayu Bitti Langka, Industri Kapal Pinisi Terancam

Chris Bowen, menteri perubahan iklim dan energi Australia, mengakui bahwa pembakaran biomassa hutan asli tidak dapat membantu Australia memenuhi target energi terbarukannya, dan listrik yang dihasilkannya tidak dapat digunakan untuk membuat sertifikat pembangkit listrik skala besar yang dapat diperdagangkan.

“Kami telah mendengarkan masyarakat dan bertindak untuk mengatasi kekhawatiran mereka,” kata Bowen dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Inhabitat.

Masih diabaikan

Hanya temuan itu, sebagian besar negara masih mengabaikan penelitian yang tidak menyenangkan tersebut.

Namun, Australia telah memutuskan bahwa biomassa kayu yang dibakar untuk menghasilkan energi tidak dapat diklasifikasikan sebagai sumber energi terbarukan, agak canggung jika negara lain menganggapnya terbarukan.

KLIK INI:  Menyimak Ajakan Pelestarian Lingkungan Bupati Bulukumba di Hari Raya Idul Fitri 1443 H

Sementara itu, negara-negara berhutan seperti Kanada, Vietnam, AS, dan sebagian Eropa Timur sedang merencanakan panen yang diikuti dengan upaya besar-besaran untuk membuat pelet kayu . Mereka akan memasok sebagai sumber energi terbarukan ke pembangkit listrik berbahan bakar biomassa di Jepang, Korea Selatan, Inggris, dan Uni Eropa (UE), di antara tempat-tempat lain.

Di UE, pendukung hutan masih memperjuangkan pembalikan klasifikasi terbarukan untuk biomassa kayu, dan mengakhiri subsidi pemerintah untuk industri pelet kayu bernilai miliaran dolar.

Ini akan menarik untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya. Sebagai ekonomi terbesar ke-13 di dunia, Australia adalah pemain utama.

Bob Debus, ketua dari Wilderness Australia mengatakan, ini adalah kemenangan besar bagi masyarakat. Khususnya mereka yang tidak menginginkan dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan secepat mungkin dan tidak ingin melihat hutan asli ditebang untuk memungkinkan generator berbahan bakar batu bara beralih ke pembakaran hutan daripada batu bara.

KLIK INI:  Tentang Climate Quitting, Fenomena Resign Demi Lingkungan