- Dari Pohon Enau Itu - 01/04/2023
- Kaktus Centong, Tanaman Hias yang Bisa Menjernihkan Air Sungai - 28/03/2023
- Pohon Air Mata - 26/03/2023
Klikhijau.com – Cerita mengenai buras buatan Prof Dr Ir Sugiyono ini telah lama. Ia adalah peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian (Fapeta) IPB. Ia berhasil membuat buras yang bisa tahan hingga lima tahun.
Tentu hal itu sangat menakjubkan, sebab selama ini buras hanya mampu bertahan beberapa hari saja.
Konon, produk buatan Prof Dr Ir Sugiyono ditujukan sebagai antisipasi darurat pangan jika terjadi di Indonesia. Namun, tentu kita tidak berharap darurat pangan benar-benar akan terjadi.
Oya, saya menemukan cerita mengenai buras buatan Prof Dr Ir Sugiyono di Kabarkampus.com ditulis oleh Ahmad Fauzan dan dipublikasikan pada tanggal 3 Maret 2015 lalu.
Jadi saya katakan, ceritanya telah lama. Namun, akan tetap menjadi informasi yang menarik dan penting apalagi jelang lebaran ini.
Buras yang bisa bertahan 5 tahun
Ini kisah lengkapnya mengenai buras yang bisa bertahan 5 tahun itu yang ditulis oleh Ahmad Fauzan:
Prof. Sugiyono menuturkan, dari sekian banyak produk pangan yang mereka kembangkan, produk buras steril merupakan produk yang menarik.
Produk buras steril dimaksudkan sebagai pangan darurat (emergency food) atau dapat juga diproduksi sebagai produk pangan komersial.
“Produk pangan darurat dikembangkan untuk antisipasi terjadinya bencana alam,” ujarnya.
Ia berujar, solusi untuk mengatasi masalah rawan pangan pada kondisi tanggap darurat hingga saat ini masih mengacu pada penyediaan beras dan mi instan sebagai cadangan pangan.
Namun, dalam kondisi korban mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, bahan bakar dan peralatan masak, maka bantuan pangan dalam bentuk beras atau mie instan seringkali tidak dapat mengatasi kekurangan pangan secara cepat.
“Keadaan inilah yang mengakibatkan pemberian bantuan pangan berupa beras dan atau mi instan bagi korban bencana kurang efektif dan cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka,” ungkapnya
Ia menjelaskan, salah satu cara mengatasi masalah bahaya kelaparan pasca bencana yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian pangan darurat siap santap (ready to eat) bagi korban bencana.
Produk pangan darurat siap santap yang sudah banyak dikembangkan biasanya berupa biskuit padat kalori. Tetapi bagi masyarakat Indonesia, biskuit tidak dapat menggantikan nasi sebagai pangan utama.
“Oleh karena itu, pangan darurat untuk Indonesia sebaiknya dibuat dari bahan dasar beras dengan tambahan sayur dan lauk-pauk. Kami telah melakukan penelitian membuat produk pangan darurat berupa buras steril yang tahan lama. Produk ini dikemas dalam aluminium foil sehingga mudah didistribusikan,” tambahnya.
Proses pembuatan buras steril
Hasil penelitian Prof Sugiyono menunjukkan bahwa produk buras steril dapat dibuat dan memiliki daya terima yang baik. Produk buras steril merupakan makanan basah, dengan rasa yang dapat dibuat bervariasi.
Produk buras steril lebih mirip dengan makanan sehari-hari yang mengandung nasi, sayur dan lauk pauk.
Proses pembuatan buras steril sebagai produk pangan darurat pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap yaitu pembuatan buras setengah matang, pengemasan vakum, dan pemanasan bertekanan (sterilisasi).
Penutupan kemasan dilakukan dalam keadaan vakum (vacuum sealing). Kondisi vakum dimaksudkan untuk mencegah produk mengembung pada saat dipanaskan.
Pemanasan bertekanan merupakan tahapan yang paling penting karena menentukan tingkat sterilitas dari produk. Proses pemanasan bertekanan dilakukan untuk membunuh semua mikroba pada produk dan menjadikan produk tersebut steril.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan autoclav pada suhu 121 derajat celsius. Produk buras steril dapat disimpan pada suhu ruang dan memiliki masa kadaluarsa lebih dari satu tahun bahkan hingga lima tahun.
“Buras steril ini dapat dibuat seberat 100 gram per buah dan dikemas dalam aluminium foil sebanyak dua buah per kemasan (200 gram). Setiap orang dewasa memerlukan konsumsi produk sebanyak dua kemasan aluminium foil (400 gram) per sajian,” jelasnya.
Dengan demikian, kata Prof. Sugiyono, untuk sekali konsumsi buras ini diperoleh asupan energi sebesar 714,92 kilo kalori. Konsumsi tiga kali sehari menghasilkan asupan kalori sebesar 2144,76 kilo kalori”, tandasnya.
Begitulah ceritanya#