Ayo Terus Menanam di Pekarangan, Ancaman Krisis Pangan di Depan Mata!

oleh -1,966 kali dilihat
5 Infomasi Penting Perihal Sistem Pertanian Organik
Ekspresi Khaerunnisa seorang petani Milenial di Pangkep yang terus kampanyekan pemanfaatan pekarangan rumah dan pertanian organik - Foto/Ist
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Ayo terus menanam di pekarangan rumah! Sayur-sayuran, buah dan apa saja yang bisa menjadi sumber pangan keluarga. Ajakan seperti ini sebetulnya bukanlah hal baru. Ini adalah narasi positif yang telah lama bertumbuh dari nenek moyang kita.

Namun, praktik cerdas yang juga merupakan suatu kearifan local (local wisdom) ini mungkin telah lama ditinggalkan banyak orang, diantaranya karena kesibukan. Lalu, pandemi Covid-19 seolah mengembalikan ingatan kita betapa pentingnya kebiasaan baik ini dihidupkan lagi agar akses pangan keluarga tetap terjaga.

Pertanda baik itu bersambut baik dan menggembirakan selama pandemi. Melalui postingan sosial media, orang-orang berbangga menunjukkan aksinya menanam di pekarangan rumah.

Menariknya, aksi-aksi ini justru mulai berkembang di kota-kota (sebagian besar oleh anak-anak muda dan ibu rumah tangga). Masyarakat urban mulai paham bahwa pada ruang yang serba terbatas di halaman rumah—kreativitas menanam dapat dilakukan.

Kalau saja ini bisa digerakkan secara massif yakni dengan mendorong sebanyak mungkin orang untuk melakukan hal sama, kita akan menjadi bangsa yang akan berdaulat pangan. Oleh sebab itu, inisiatif ini tentu perlu berjalan secara berkelanjutan (sustainable), sebagai sebuah budaya dan aksi kolektif.

KLIK INI:  Di Restoran Ini Seporsi Nasi Hanya Dibayar dengan Sampah

Ichi Indrawan dari Gerakan Petani Milenial termasuk bagian dari arus muda yang mendorong langkah baik ini.

Bukan tanpa alasan, meski Indonesia merupakan Negara agraris, namun degradasi lahan pertanian dan menurunnya minat menjadi petani dirasakan sangat memicu ancaman krisis pangan ke depan.

Belum lagi soal adanya ancaman perubahan iklim dan situasi darurat semisal pandemi. Ichi Indrawan termasuk anak muda yang pulang ke kampungngya, menggarap sumber-sumber pertanian yang ada dan juga mengedukasi sesama anak muda. Melalui komunitasnya, Ichi juga mengkampayekan perlunya menanam di pekarangan rumah.

“Memanfaatkan lahan pekarangan dapat mewujudkan kemandirian pangan dan mengurangi beban pengeluaran rumah tangga. Selain itu, asupan protein dan vitamin dapat terpenuhi dengan sendirinya,” kata Ichi yang juga CEO Galery Paktani.

Menurut Ichi, setiap keluarga Indonesia punya halaman rumah yang dapat dimanfaatkan menanam. “Halaman depan rumah dapat ditanami sayuran. Tanaman rimpang, buah papaya sebagai sumber vitamin C sedangkan halaman belakang dapat digunakan untuk ternak ayam kampung,” ungkapnya.

KLIK INI:  Mengulik 13 Fakta Menakjubkan dari Urban Farming
Ancaman krisis pangan

Krisis pangan bukan isu jempolan belaka, bila tak ada inisiatif dan policy yang kuat persoalan ini tentu dapat berdampak luas.

Dosen dan Pakar Pertanian dari Universitas Islam Makassar (UIM), Dr. Suardi Bakri, M.P., mengatakan terdapat beberapa faktor yang dapat memicu krisis pangan mulai dari faktor klasik hingga masalah modernisasi.

Pertama adalah ledakan penduduk yang tidak dibarengi dengan produksi pangan yang memadai. Produksi pangan dapat ditingkatkan dengan penggunaan input yang intens dibarengi dengan penggunaan teknologi yang massif.

Kedua, konversi lahan lahan pangan produktif yang tidak dibarengi dengan penciptaan lahan-lahan baru, sistem produksi yang baru. Penciptaan lahan-lahan baru dapat dilakukan dengan pencetakan sawah misalnya, pembukaan lahan-lahan baru dan atau memanfaatkan lahan-lahan tidur terbengkalai. Sistem produksi yang baru dengan merubah pola produksi dari pertanian individual ke pertanian korporasi.

KLIK INI:  Urban Farming, Solusi Pertanian Berkelanjutan Masyarakat Perkotaan

Ketiga, krisis pangan dapat disebabkan dengan adanya musibah, bencana alam atau pandemi seperti saat ini. Produksi, bisa jadi tetap meningkat tapi distribusi yang terhambat, transportasi terhalang.

Menurut Suardi Bakri, kita sedang menghadapi masalah cukup serius saat ini karena empat variabel pemicu krisis pangan sedang terjadi. Oleh sebab itu, kata Suardi, solusi utamanya adalah setiap rumah tangga harus memiliki stok pangan yang cukup untuk konsumsi sendiri dan bahkan jika ada surpulus dapat dikomersialkan.

“Pekarangan merupakan aset rumah tangga yang seharusnya dimanfaatkan untuk mendukung stok pangan rumah tangga. Luas sempitnya pekarangan bukan menjadi penghalang karena adanya teknologi, mulai dari hidroponik sampai hingga aereoponik,” jelas Suardi.

Suardi Bakri juga mengapresiasi berkembangnya model Urban Farming. “Saya juga melihat petani-petani baru mulai bermuculan. Mulai dari anak-anak milenieal yang memanfaatkan teknologi sebagai basis produksi dan pemasaran hingga ibu-ibu rumah tangga yang memanfaatkan pekarangannya sebagai sumber pangan. Minimal untuk kebutuhan sendiri. Ayo manfaatkan pekarangan!” ajak Suardi.

KLIK INI:  Krisis Iklim Makin Memburuk, Pendanaan Bank untuk Batu Bara Harus Dihentikan
Ajakan Pemerintah antisipasi kemarau panjang

Mengantisipasi ancaman krisis pangan dan kemungkinan adanya kemarau panjang, Kementerian Pertanian mendorong perlunya terus melakukan optimalisasi lahan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, lahan pekarangan sangat potensial menjadi sumber pangan keluarga di tengah ancaman krisis pangan akibat pandemi.

Kementerian Pertanian pun memperkenalkan satu program bernama Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang tersebar di lebih dari 3.800 titik di seluruh Indonesia. Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan mendorong percepatan pelaksanaan P2L seperti pembangunan rumah bibit dan penanaman di demplot pekarangan.

Menurut Kepala BKP Kementan, Agung Hendriadi, menghadapi kondisi pandemi dan kekeringan, masyarakat harus mampu menyediakan pangan sendiri, harus mampu memproduksi sendiri.

“Kekuatan ketahanan pangan menghadapi kondisi pandemi dan kekeringan mendatang terletak di ketahanan pangan keluarga, karena itu kita dorong masyarakat untuk mampu memproduksi pangan sendiri dari pekarangan mereka,” ujar Agung.

Tunggu apalagi, ayo ikut andil dalam gerakan: Menanam di pekarangan!

KLIK INI:  Berkunjung ke Indogreen di CCC Makassar Tapi Harus Lewat TN Bantimurung, Kok Bisa?