Aroma Alami Bunga Menurun di Tangan Polusi Udara, Ini Akibatnya

oleh -20 kali dilihat
Bunga White Buttercup atau bunga pukul delapan-foto/Ist

Klikhijau.com – Polusi udara telah lama jadi ancaman. Tidak hanya mengancam manusia, tetapi seluruh spesies yang ada di bumi.

Beragam studi menemukan dampak buruknya bagi keberlangsungan hidup setiap makhluk hidup. Terbaru, sebuah studi mengungkapkan polusi udara mereduksi kemampuan penyerbuk menemukan tanaman berbunga.

Bahan kimia yang terkandung dalam polusi udara diklaim telah mengganggu reproduksi tanaman. Polutan tersebut menutupi aroma tanaman berbunga. Akibatnya tanaman berbunga semakin sulit ditemukan oleh oleh penyerbuk.

Padahal menurut Jeff Riffell, salah satu penulis utama studi dan profesor biologi di Universitas Washington, penyerbuk memainkan peran besar dalam ekologi komunitas.

KLIK INI:  Cahaya Buatan, Dapat Mengacaukan Kehidupan Dunia satwa

“Penyerbuk juga penting bagi sistem pangan dan ketahanan pangan kita,” katanya.

Aroma kimia alami bunga menurun

Menurut penelitian yang  diterbitkan dalam jurnal Science  itu, penyebab penyerbuk kesulitan menemukan tanaman berbunga karena aroma kimia alami bunga mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh radikal nitrat (NO3 ).

NO3 tersebut dapat terbentuk dari pembakaran kendaraan berbahan bakar gas dan pembangkit listrik tenaga batu bara dan gas, serta polutan ozon.

“NO3 benar-benar mengurangi ‘jangkauan’ bunga – seberapa jauh aromanya dapat menyebar dan menarik penyerbuk sebelum bunga tersebut rusak dan tidak terdeteksi,” jelas Jeff  Riffell.

Riffell juga mengatakan bahwa saat kita mencium bunga mawar, kita sedang mencium buket beragam yang terdiri dari berbagai jenis bahan kimia.

KLIK INI:  Menilik Peluang Serangga Jadi Makanan Berkelanjutan di Masa Mendatang

“Hal yang sama berlaku untuk hampir semua bunga. Masing-masing memiliki aromanya sendiri yang dibuat dari resep kimia tertentu,” jelasnya.

Para peneliti menganalisis sampel aroma dari bunga Evening Primrose, kemudian mengamati bagaimana setiap bahan kimia alami dalam aroma bunga bereaksi dengan polutan di terowongan angin dan percobaan lapangan.

Mereka menemukan bahwa radikal nitrat menutupi bahan kimia tertentu, termasuk monoterpen. Padahal monoterpen sangat menarik bagi ngengat.

Meskipun radikal nitrat dan polutan ozon berpengaruh pada aroma bunga, radikal nitrat memiliki dampak yang lebih besar pada monoterpen yang diandalkan ngengat untuk menemukan dan menyerbuki bunga.

KLIK INI:  Tentang Polusi Plastik dan Dampaknya bagi Lingkungan dan Kesehatan Manusia

Para peneliti menemukan bahwa dalam percobaan terowongan angin, ngengat tembakau 50% kurang akurat dalam menemukan lokasi bunga, dan ngengat sphinx garis putih tidak dapat menemukan bunga sama sekali.

Dalam percobaan lapangan, ngengat mengalami penurunan akurasi hingga 70% dalam menemukan sumber bunga ketika radikal nitrat dimasukkan.

Menurut para peneliti, bunga mawar akan mengalami lebih banyak kesulitan dalam menghasilkan benih, sekitar 28% , karena ketidakmampuan ngengat menemukan bunganya, menurut laporan Popular Science. Perkiraan ini hanya diterapkan pada dampak gangguan terhadap ngengat penyerbuk bunga mawar, sehingga dampak negatifnya bisa lebih luas.

KLIK INI:  Selamat, Rancangan Resolusi Pengelolaan Danau Berkelanjutan Gol di PBB
Studi terpisah

Pada bulan Januari, para ilmuwan menerbitkan studi terpisah tentang potensi dampak polusi udara terhadap penyerbukan serangga.

Studi tersebut juga mencatat bagaimana polutan udara dapat menghalangi aroma bunga serta isyarat visual, seperti ukuran kelopak tanaman dan kemungkinan warnanya.

Penelitian yang berkembang mengenai dampak polutan udara terhadap penyerbuk dan tanaman menyoroti pentingnya mengurangi polusi yang disebabkan oleh manusia.

Menurut Pusat Keanekaragaman Hayati, 40% serangga penyerbuk global terancam punah. Jika polutan mengubah kemampuan serangga untuk menemukan tanaman, hal ini akan semakin mengancam penyerbuk dan reproduksi tanaman.

KLIK INI:  Studi: Kualitas Udara Berkaitan Erat dengan Fungsi Kognitif

Sumber: Ecowatch