Menilik Peluang Serangga Jadi Makanan Berkelanjutan di Masa Mendatang

oleh -153 kali dilihat
6 Racikan Pestisida Nabati Pengusir Hama dan Penyakit pada Tanaman Adenium
Serangga belalang - Foto/Pixabay

Klikhijau.com – Belum lama ini Universitat Oberta de Catalunya (UOC) melakukan sebuah survei. Hasil survei tersebut mengungkapkan bahwa mayoritas orang percaya bahwa serangga yang dapat dimakan. Berpeluang  menjadi sumber makanan berkelanjutan di masa mendatang

Survei tersebut dilakukan sebagai bagian dari studi yang lebih besar oleh Marta Ros, seorang mahasiswa program doktoral UOC di Information and Knowledge Society dan diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research and Public Health

Peluang serangga menjadi makanan di masa mendatang sepertinya memiliki peluang besar. Itu jika dilihat populasinya.

KLIK INI:  Tentang Kupu-kupu Malam dan Peran Pentingnya bagi Penyerbukan Tanaman

Deni Elisabeth dkk, (2021) mengungkapkan jika serangga telah menjadi hewan yang memiliki jumlah terbesar di bumi, sehingga dengan dominasi tersebut menjadikan serangga sebagai penyambung kebutuhan dalam siklus energi dengan berbagai peran yang dilakukan.

Jika ini terjadi, Indonesia bisa jadi “beruntung” karena di antara 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia

Serangga-serangga itu sebagian terdapat di lahan pertanian dan berperan sebagai hama (Kalshoven, 1981). Sebagian pula dari serangga itu menurut  (Christian, 2000) ada yang bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami

Menurut Borror, (1992) sebagaimana dinukil Elisabeth dkk tingginya jumlah serangga  dikarenakan serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi dan kemampuan yang baik dalam menyelamatkan diri dari musuhnya.

KLIK INI:  Mengenali Bahaya dan Ciri Tanah yang telah Tercemar Limbah B3

Keberadaan serangga ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti   kelembaban udara, suhu udara, intensitas cahaya, kecepatan angin masih sesuai bagi kehidupan serangga terhadap jumlah banyak atau sedikitnya serangga untuk beraktivitas.

Serangga sendiri adalah salah satu kelas avertebrata, yang masuk dalam filum arthropoda. Ia memiliki eksoskeleton berkitin.

Pad bagian tubuhnya terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, thorax, dan abdomen. serangga juga memiliki tiga pasang kaki yang terhubung ke thorax dan memiliki mata majemuk serta sepasang antena.

Serangga disebut juga insecta (insekta). Kata ini berasal dari bahasa latin, yakni insectum, yang merupakan kata kata serapan dari bahasa Yunani, yaitu evrouv (entomon). Evrouv memiliki arti terpotong  (gramedia.com).

KLIK INI:  Puluhan Satwa Liar Direpatriasi dari Filipina, Apa itu Repatriasi Satwa?
Peluang serangga jadi pangan berkelanjutan

Dilansir dari earth.com bahwa dalam studi yang dilakukan oleh Universitat Oberta de Catalunya (UOC) terungkap, dalam beberapa tahun terakhir di Eropa Barat, studi tentang entomophagy telah menarik perhatian banyak peneliti.

Mereka tertarik untuk mengidentifikasi parameter yang dapat meningkatkan penerimaan konsumsi serangga untuk memperkenalkan serangga sebagai sumber protein berkelanjutan ke dalam makanan masa depan.

“Menganalisis faktor-faktor yang terlibat dalam penerimaan konsumen di wilayah Mediterania dapat membantu meningkatkan penerimaan mereka di masa depan,” tulis peneliti sebagaimana dinukil dari Earth.

Di antara lebih dari seribu responden survei, 58 persen setuju bahwa konsumsi serangga dapat menjadi sumber protein yang dapat diandalkan.

KLIK INI:  SD Inp Unggulan BTN Pemda Lakukan Penguatan Lingkungan Hidup

Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa hanya 13 persen peserta survei yang pernah memakan serangga.

Beberapa alasan yang diberikan untuk tidak memakan serangga adalah rasa jijik (38%), kurangnya kebiasaan (15%), keraguan seputar keamanan makanan (9%), dan alasan budaya (6%).

Selain itu, 82 persen responden mengatakan bahwa mereka tidak siap memasukkan serangga ke dalam makanan normal mereka, dan 71 persen mengatakan bahwa mereka tidak akan memasak serangga di rumah.

Pendapat lain adalah 81 persen mengatakan masyarakat tidak akan menerima hidangan yang mengandung serangga di restoran.

Terlepas dari protes ini, responden jauh lebih optimis tentang konsumsi serangga ketika ditanya apakah itu akan menjadi praktik umum di masa mendatang. Hampir 60 persen setuju, melihat potensi serangga untuk menjadi sumber makanan yang berkelanjutan dan membantu mendukung ledakan populasi global.

KLIK INI:  Semut Sering Mengerumuni Makanan Anda? Usir Pakai Cara Ini

“Peningkatan substansial dalam status kesehatan masyarakat, kondisi kebersihan, dan harapan hidup, di sebagian besar negara selama 50 tahun terakhir, menunjukkan bahwa populasi dunia diperkirakan akan meningkat pesat pada tahun 2050,” tulis para penulis penelitian.

Para peneliti juga mengungkapkan meningkatnya biaya produksi protein hewani dan meningkatnya tekanan lingkungan pada pertanian dan peternakan mengharuskan pencarian alternatif produktif dan teknik inovatif untuk produksi pangan yang mempertimbangkan dimensi gizi, lingkungan dan sosiokultural dari ketahanan pangan.

Bagaimana sahabat hijau, bersedia menjadikan serangga sebagai makana berkelanjutan di masa mendatang?

KLIK INI:  9 Komponen Kunci dari Makanan Berkelanjutan