Simpati yang Berpotensi Menjadi Maut Bagi Macaca di Karaenta

oleh -705 kali dilihat
Simpati yang Berpotensi Menjadi Maut Bagi Macaca di Karaenta
Monyet hitam sulawesi, Macaca maura turun ke jalan/Foto-TN Babul

Klikhijau.com – Seorang pemerhati primata menuangkan keprihatinannya saat menyapa alam Karaenta. Menyaksikan kawanan monyet hitam sulawesi, Macaca maura turun ke jalan.

“Satu kelompok Macaca maura yang saya jumpai terlihat terbiasa duduk di pinggir jalan lintas provinsi yang ramai dengan lalu lalang kendaraan ini,” terang Rahayu Oktaviani di akun instagramnya.

Rahayu mewakili National Geographic Society menjadi salah satu pembicara dalam rangkaian Wallacea Week beberapa waktu lalu.

Menurutnya, beberapa kejadian yang sama bisa dijumpai di beberapa wilayah nusantara.

KLIK INI:  Teo (Kareo Padi) dan Ingatan Masa Kecil

Umumnya warga yang melihat monyet seperti itu merasa iba. Merasa bahwa mereka perlu memberi makan.

“Kasian mereka, mungkin mereka belum makan,” kalimat seperti itu sering kita dengar. Menjadi alasan warga yang iba memberi makan satwa yang mereka jumpai.

Karenanya apapun yang mereka bawa bisa jadi langsung mereka berikan seketika.

Hal yang sama ia jumpai di Karaenta. Salah satu habitat satwa endemik Sulawesi Selatan yang berada di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Tempat mereka mencari makan dan bertualang terpotong oleh jalan yang menghubungkan Makassar dan Kendari itu.

Hutan yang berada di kiri kanan jalan merupakan habitat dari monyet hitam keabu-abuan ini. Tak lama saat Rahayu sedang asyik memantau monyet yang berada di tepi jalan ia memerhatikan perilaku pengendara.

“Sebuah mobil hampir melipir untuk memberi makan monyet-monyet di sana, lalu kembali melanjutkan perjalanannya begitu melihat petugas berseragam dinas yang menemani saya. Lucu juga memerhatikan perilaku pengendara.”

Meski pihak taman nasional telah memasang papan larangan memberi makan satwa sepanjang jalan poros Karaenta. Namun nampaknya pengendara tak memedulikannya.

“Sayangnya masih banyak pengendara yang seenaknya melempar sisa bungkus roti, biskuit, lontong bahkan botol minum entah dengan maksud sengaja memberi makan monyet ataupun memang terbiasa membuang sampah sembarangan di sepanjang jalan,” tulis Ayu, sapaan akrabnya di akun: @roktaviani, milikya.

KLIK INI:  Spesies Endemik Baru Reptil Ditemukan di Bali Barat
Tak bijak memberi makan satwa di alam

Mengapa tidak boleh memberi makan satwa di alam? Kebiasaan memberi makan satwa di alam akan memberi pengaruh.

Apalagi jika terjadi dalam waktu yang cukup lama. Kebiasaan mencari makan satwa akan berubah. Satwa menjadi malas. Apalagi Macaca yang memiliki intelegensi tinggi. Ia akan gampang mengingat.

Mengingat bahwa di pinggir jalan ternyata ada makanan. Padahal sebenarnya jalan ini adalah bagian dari lingkungannya hidup.

Adakalanya mereka harus menyeberangi jalan karena ada pohon berbuah di bagian hutan lainnya. Yang tidak biasa adalah pengendara yang memberi mereka makanan.

Pemilik nama lokal: Dare, ini memiliki daya jelajah hingga 25 ha. Jadi mereka tidak bisa kita batasi wilayah geraknya. Macaca memiliki daerah teritorial bagi setiap kelompok.

Monyet hitam sulawesi, Macaca maura turun ke jalan
Macaca, salah satu habitat satwa endemik Sulawesi Selatan yang berada di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung/Foto-TN Babul

Hutan karst Karaenta sedikitnya terdapat 7 kelompok monyet. Saat ini pantauan dari petugas Bantimurung Bulusaraung sedikitnya 3 kelompok yang sering turun ke jalan.

“Kelompok yang sering ke jalan saya perhatikan Kelompok A, B, dan C. Kelompok G ditelisik peneliti asing baru-baru ini justru tak pernah terpantau di pinggir jalan,” terang Hendra, petugas Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Seperti yang terjadi di Karaenta saat ini. Kawanan Macaca maura ini pun terbiasa “nongkrong” di pinggir jalan. bahkan si alpha omega, pemimpin kawanan tampak menggiring kawanannya ke tengah jalan. Menunggu pemberian makanan dari pengendara.

Apa akibat dari kebiasaan buruk satwa ini? Risiko tewas tertabrak, penularan penyakit akibat aneka jenis makanan yang mereka konsumsi, belum lagi ke depannya pasti dapat berpotensi menyebabkan konflik antara manusia dengan macaca itu sendiri.

KLIK INI:  2 Hal Unik di Sepanjang Jalan Cagar Alam Karaenta, Maros
Lalu bagaimana bersikap?

Jika hal ini terus berlanjut maka potensi konflik semakin besar. Ada saat kelak monyet-monyet ini akan menyerang pengendara.

Mereka akan malas lagi ke hutan mencari makan. Hanya bergantung pemberian dari pengendara.

Saat itu terjadi pada akhirnya sang monyet yang disalahkan.
Pada akhir captionnya Ayu menerangkan sikap kita menghadapi kawanan monyet yang mengibakan.

“Lalu sebaiknya bagaimana kita bersikap saat melihat kawanan monyet yang menatap penuh harap seakan-akan mereka terlihat lapar? Ya cuekin aja.  Kadang kita terlalu memanusiakan satwa, bersimpati tidak pada tempatnya.”

“Percayalah, hutan tempat mereka hidup sebenarnya sudah memberikan segalanya. Kitalah yang mengintervensi kehidupan mereka dengan memberikan sesuatu yang kita anggap dibutuhkan oleh mereka, padahal tidak,” tutupnya.

Yuk turut lestarikan salah satu satwa dilindungi ini dengan tidak memberinya makanan.

Biarkan mereka hidup bebas. Biarkan mereka mencari makan di rimba belantara yang menyediakan makanan yang melimpah. Makanan yang sesuai dengan perut mereka.

KLIK INI:  Benarkah Kupu-Kupu Ekor Sriti Paling Dikagumi Wallace?