Rusa, Satwa Harapan dengan Potensi Ekonomi Menjanjikan

oleh -6,200 kali dilihat
Rusa, Satwa Harapan dengan Potensi Ekonomi Menjanjikan
Penangkaran rusa di Universitas Hasanuddin (Unhas)/foto-Ollyn
Irhyl R Makkatutu
Latest posts by Irhyl R Makkatutu (see all)

Klikhijau.com – Kebanyakan kita mungkin awam mengenai rusa. Tetapi, yang populer dari satwa satu ini adalah tanduk dan dagingnya. Di sejumlah daerah, satwa ini dijadikan hewan buruan. Selain lezat dan kaya manfaat, dagingnya dikenal empuk serta rendah kolestrol.

Setidaknya terdapat 13 jenis rusa yang ada di dunia yaitu jenis Cervus affinis, C. albirostris, C. alfredi, C. canadensis, C. duvaucelii, C. elaphus, C. eldii, C. mariannus, C. nippon, C. schomburgki (punah 1938), Rusa timorensis dan C. unicolor, serta rusa bawean (Axis kuhli).

Ada 3 jenis di antaranya hidup di Indonesia, yaitu Rusa Timor (Cervus timorensis Blainville, 1822) dan Rusa Sambar (Cervus unicolor Kerr, 1792), serta rusa bawean (Axis kuhli).

KLIK INI:  Komodo dan 8 Pelajaran Filosofis dari Siklus Hidupnya

Jenis Rusa Timor bahkan ditemukan spesifik atau sebagai sub spesies di beberapa wilayah di Indonesia antara lain: R. t. djonga (Muna and Buton), R. t. floresiensis (Flores rusa deer) di Flores dan Pulau-Pulau lainnya, R. t. macassaricus (Celebes rusa deer) di Sulawesi, R. t. moluccensis (Moluccan rusa deer) di Kepulauan Maluku, R. t. renschi di Bali dan R. t. russa (Javan rusa deer) di Jawa.

Di beberapa wilayah seperti di Papua populasi rusa memang cukup banyak, tetapi satwa ini bisa saja punah bila tidak didukung oleh pelestarian yang berkelanjutan.

Saat ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di sejumlah daerah sedang mendorong penangkaran berbasis warga. Hal ini penting, agar selain sebagai hewan buruan yang dapat bernilai ekonomi, populasinya juga dapat terjaga.

Terlebih, rusa memiliki potensi ekonomi yang tinggi hingga di pasar internasional. Di negara maju, rusa bahkan sudah dilegalkan sebagai satwa ternak yang bebas dipelihara dan dikonsumsi.

KLIK INI:  Perihal Komodo dan 7 Fakta Mengejutkan Mengenainya

Di Indonesia sendiri, pernah ada kebijakan dari Kementerian Pertanian yang mendorong agar rusa dijadikan sebagai binatang ternak. Walau begitu, Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) masih melihat rusa sebagai satwa yang harus dilindungi khususnya untuk beberapa spesies yang populasinya terancam punah. Faktanya, perburuan rusa yang massif terjadi tidaklah berbanding lurus dengan upaya pelestariannya.

Satwa harapan

Padahal, rusa tergolong satwa harapan. Tentu, bila dikelola secara baik dan berkelanjutan. Pertama, rusa memiliki ‘breeding behavior’ yang relatif mudah (banyak penelitian yang mendukung). Kedua, rusa tergolong Non-endemic species, terutama untuk wilayah Indonesia timur.

Sekadar diketahui, manfaat rusa terdapat pada daging, ranggah, kulit dan tulangnya yang bernilai ekonomi tinggi. Daging rusa (venison), relatif lebih disukai oleh masyarakat, karena dagingnya yang lembut, hasil penelitian daging ini lebih menyehatkan dibandingkan kelompok hewan ternak yang telah di domestikasi lebih awal (sapi, kerbau, kambing, domba)

KLIK INI:  Berfungsi Sebagai Obat, Pogo' Dihargai Puluhan Juta Rupiah?

Sedangkan, ranggah muda rusa dan organ lainnya sebagai salah satu bahan dasar racikan obat-obatan tradisional, dan bahan baku farmasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada bagian dari tubuh rusa yang dapat diolah menjadi obat kuat pria dewasa.

Selain itu, bagian kepala dan ranggah kerasnya dapat diolah sebagai hiasan dinding (trophy), dan sebagai bahan ukiran. Begitu pula dengan kulit dan tulangnya yang juga bernilai ekonomi tinggi.

Di beberapa daerah bahkan memanfaatkan rusa sebagai bagian dari ekowisata yang menjanjikan. “Ada daerah wisata di Indonesia yang khusus menyiapkan rusa untuk kepentingan foto pra wedding. Itu dibanderol seharga 500 ribu setiap sesi pengambian gambar,” kata Peggy Awanti Nila dari KSDAE.

Apa pun itu, rusa memang satu satwa harapan masa depan. Sehingga dibutuhkan pengembangan berbasis warga melalui penangkaran mandiri.

KLIK INI:  Mengenal Tawon Vespa Affinis yang Membahayakan, Begini Penjelasannya!
Proyek perubahan bernama TALAPARUSI

Itulah sebabnya, Balai BKSDA Sulsel bahkan telah membuat suatu gagasan progresif untuk penangkaran rusa berbasis masyarakat (community-based manajement). Nama programnya adalah TALAPARUSI alias Tata Kelola Penangkaran Rusa Berbasis Masyarakat Terintegrasi dan Berkelanjutan.

“Peran pemerintah khususnya BBKSDA adalah melakukan pendampingan pada masyarakat agar penangkaran yang dilakukan menghasilkan populasi yang baik,” kata Ir. Thomas Nifinluri, M.Sc (Kepala BBKSDA Sulsel) di sesi diskusi dengan para penangkar rusa di Makassar, Selasa 20 Agustus 2019.

Program TALAPARUSI dibuat demi mengatasi beragam masalah seputar pelestarian rusa di Taman Buru Ko’mara, antara lain database penangkaran yang belum terintegrasi, penurunan populasi rusa Timor, penebangan liar, kebakaran hutan dan lahan, serta layanan perizinan bagi penangkar yang belum optimal.

BBKSDA berharap ada kolaborasi semua pihak untuk mewujudkan peningkatan populasi rusa timur. Edukasi mengenai rusa pada masyarakat tentu satu hal yang juga perlu diperkuat. Kelak satwa satu ini bakal memberi dampak kesejahteraan pada masyarakat. Tentu bila terkelola dengan baik.

KLIK INI:  BBKSDA Sulsel Sosialisasi Kebijakan Penangkaran Rusa di UDIKLAT PLN Makassar