Perlu Dibatasi, Ini 4 Jenis Sampah yang Sulit Terurai dan Tidak Ada Harganya

oleh -390 kali dilihat
Perlu Dibatasi, Ini 4 Jenis Sampah yang Sulit Terurai dan Tidak Ada Harganya
Ilustrasi - Foto/Pixabay
Anis Kurniawan

Klikhijau.com – Banyak yang salah kaprah mengenai pembatasan sampah plastik dan mengira bahwa problem persampahan melulu soal pembatasan.

Padahal, prinsip utama dari penanganan sampah adalah upaya pemanfaatan kembali. Atau prinsip 3 R (Reuse, Reduce dan Recycle). Beberapa jenis sampah utamanya plastik dan kertas merupakan bahan baku industri yang sejatinya harus dikelola baik.

Kebutuhan bahan baku plastik dan kertas dalam negeri sangat tinggi, namun belum sebanding dengan pasokan yang tersedia. Akhirnya, industri domestik mengandalkan bahan baku impor. Salah satu problemnya adalah sampah impor tersebut belum sepenuhnya terpilah, sehingga dapat menimbulkan masalah baru.

Padahal, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume sampah plastik dan kertas sangatlah besar. Jenis sampah ini merupakan bahan baku industri yang sejauh ini lebih banyak terbuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).

KLHK misalnya menginisiasi satu narasi menarik yakni “Sampah sebagai bahan baku industri di masa pandemi”. Makna dari jargon ini adalah bagaimana semua pihak dapat berkontribusi dalam pemilahan dan daur ulang sampah khususnya plastik dan kertas sebagai bahan baku industri.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah dan B3 (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, pemerintah sedang mendorong upaya maksimal untuk pengurangan timbulan sampah ke TPA.

Strategi yang dijalankan pemerintah adalah dengan 70 persen pemanfaatan kembali (daur ulang) dan 30 persen pembatasan.

Jadi, kebijakan pembatasan sampah yang dimaksud lebih pada jenis sampah yang memang tidak bisa terurai dan tidak memiliki nilai ekonomi. Apa saja jenis sampah tersebut yang memang perlu dibatasi penggunaannya? Simak berikut ini!

KLIK INI:  Polusi Laut Mengancam Ekosistem dan Kesehatan, Ayo Fokus pada Solusinya!
  • Styrofoam
sampah styrofoam
Tumpukan sampah styrofoam-Foto/Rimbakita

Jenis sampah ini termasuk yang paling banyak beredar. Styrofoam digunakan sebagai pembungkus makanan, minuman dan lainnya.

Di masa pandemi, penggunaan Styrofoam juga semakin massif. Padahal, selain memiliki dampak berbahaya bagi kesehatan, jenis sampah ini tergolong sampah yang paling sulit terurai bila terbuang ke lingkungan. Bahkan, dinamai sampah abadi.

Tak hanya itu, sampah ini sulit didaur ulang dan tidak ada harganya. Jadi, jenis sampah ini tidak bisa dikumpulkan untuk ditabung di bank sampah. Penggunaan styrofoam tentu harus dibatasi penggunaannya.

Ada banyak alternatif dari Styrofoam yang bisa dimanfaatkan diantaranya penggunaan pembungkus kertas, daun pisang dan lainnya. Pemerintah perlu membuat suatu policy yang tegas untuk pembatasan penggunaan Styrofoam agar tidak meluas di masyarakat.

KLIK INI:  Ingin Hidup Beradaptasi dengan Covid-19, Ini 6 Rekomendasi LIPI!
  • Sedotan plastik
sampah sedotan
Sampah sedotan plastik/Foto-Detik.com

Sedotan juga termasuk jenis sampah plastik yang massif penggunaannya. Umumnya restoran dan café menggunakan sedotan plastik sekali pakai (Single use) yang setelah dipakai akan dibuang begitu saja.

Faktanya, sampah sedotan plastik tergolong sulit terurai dan sejauh ini telah menjadi masalah di lautan. Beberapa kasus telah ditemukan, bagaimana sampah sedotan mencederai biota laut bahkan berpotensi menjelma menjadi mikroplastik.

Tak hanya itu, sampah sedotan plastik juga tidak ada harganya di pasaran. Jadi sampah jenis ini tidak bisa dikumpulkan untuk ditabung di bank sampah.

Oleh sebab itu, penggunaan sedotan plastik memang perlu dibatasi. Kebijakan yang tegas perlu dibangun mengenai peredarannya. Selain itu, alternatif sedotan ramah lingkungan bisa diterapkan, semisal sedotan bambu, sedotan kertas, sedotan kentang dan lainnya.

KLIK INI:  Merasa Sedih? Cobalah Makanan Ini, Bisa Buat Lebih Bahagia
  • Kantong kresek
kantong kresek
Kantong plastik sekali pakai-Foto/Tempo.co

Sebagaimana sedotan dan Styrofoam, sampah kantong kresek juga amat massif beredar di masyarakat. Meski sudah ada daerah yang menerapkan kebijakan pembatasan kresek seperti DKI Jakarta, namun masyarakat seolah sangat sulit menghindar dari kantong kresek.

Jenis sampah ini juga paling bandel dan sulit terurai, serta belum banyak didaur ulang. Tak hanya itu, kresek juga tak ada harganya di pasaran sehingga tidak bisa dikumpulkan.

Sejauh ini, penanganan kantong kresek masih pada beberapa cara seperti dalam pembuatan ekobrik atau penggunaan kresek berulang-ulang. Selebihnya, sampah jenis ini akan terbuang ke lingkungan.

Jadi, penggunaan kantong kresek perlu dibatasi penggunaannya. Kini, sudah ada opsi yang bisa menjadi penggantinya seperti kantong ramah lingkungan, tote bag, dan lainnya. Namun, kebijakan pembatasan di tingkat pemerintah memang perlu diperkuat lagi.

KLIK INI:  Taman Integritas, Ruang Tunggu Bernuansa Hijau di Kantor Imigrasi Kelas I Makassar
  • Sampah sachet

 

Sampah sachet juga tergolong sampah bandel dan massif. Beberapa produk makanan dan bumbu dapur seolah tak bisa lepas dari kemasan sachet.

Faktanya, sampah jenis ini termasuk yang sulit terurai dan tidak ada harganya di pasaran. Jadinya, kebanyakan orang membuangnya ke TPA.

Pemanfaatan kembali akan sampah jenis ini masih sangat minim antara lain pada pembuatan ekobrik. Beberapa lagi mendaur ulang menjadi produk-produk kerajinan tangan, seperti yang dilakukan Margini di Riau.

Baca dan ikuti geliat Margini (seorang Ibu Rumah Tangga) yang menggeluti duar ulang sachet di SINI!

Itulah 4 jenis sampah yang selain sulit terurai juga taka da harganya di pasaran. Karenanya perlu dibatasi penggunaannya. Selain jenis sampah di atas, umumnya dapat didaur ulang dan dijadikan bahan baku industri, sehingga perlu dikelola secara baik.

Ayo bersama-sama bergerak, menjadikan sampah sebagai sumber daya dan bahan baku industri! Lihat pula Katalog jenis sampah yang bisa dijual di bank sampah di SINI!

KLIK INI:  Bahaya Langsung Tidur Setelah Sahur, Ini Penjelasannya!