- Kaktus Centong, Tanaman Hias yang Bisa Menjernihkan Air Sungai - 28/03/2023
- Pohon Air Mata - 26/03/2023
- Pisang Mas, Potensi Desa Kindang yang Belum Dilirik - 22/03/2023
Klikhijau.com – Hidup beradaptasi dengan Covid-19, bisa jadi adalah langkah yang paling bijak. Apalagi Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengungkapkan, Covid-19 kemungkinan tak pernah pergi.
Jika tak pernah pergi, maka cara terbaik menghadapinya, ya beradaptasi. Mengharapkan vaksin pun tidak mudah dan cepat. Butuh waktu hingga tahunan.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko menuturkan bahwa sebelum vaksin ditemukan dan imunisasi massal dilakukan, masyarakat harus beradaptasi dengan Covid-19 melalui mitigasi yang terkontrol dan terukur berbasis data.
Agar bisa hidup beradaptasi dengan Covid-19, LIPI memberikan enam rekomendasi berikut ini:
-
Kontrol dan mitigasi
Untuk pengaktifan aktivitas ekonomi masyarakat, maka perlu adanya kontrol dan mitigasi yang terukur .
“Fokusnya di screening massal di simpul mobilitas publik berbasis Rapid Diagnostic Test atau RDT dan uji Polymerase Chain Reaction atau PCR di lokasi kerumunan permanen seperti rumah sakit, sekolah dan kampus, dan perkantoran serta industri,” jelas Handoko.
-
Penanganan dengan data akurat
Agar bisa hidup beradaptasi dengan corona, maka perlu penanganan khusus Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dengan data akurat, masif, dan terukur.
“Pasien positif dan keluarganya dikenakan masa isolasi dan karantina. Untuk pasien positif dari masyarakat berpenghasilan rendah, keluarganya ditetapkan sebagai penerima bantuan sosial,” jelasnya. Selain itu juga dilakukan disinfeksi menyeluruh di lokasi dengan kasus positif.
-
Pengetatan pelaksanaan protokol
Protokol kesehatan perlu diperketat, seperti kewajiban memakai masker di semua lokasi dan kondisi, jaga jarak di semua aktivitas, serta kebersihan dan strerilisasi.
“Bila perlu dilakukan dengan mekanisme pemberian denda bagi yang melanggar,” terang Handoko.
-
Pengerahan seluruh infrastruktur dan SDM
Untuk meningkatkan kapasitas uji berbasis RDT dan PCR pengerahan seluruh infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM) perlu dilakukan.
Ini meliputi pengadaan nasional untuk RDT dan test kit PCR dari sumber teruji serta rekrutmen SDM untuk operator swab, ekstraksi sampel, dan analisis hasil uji.
“Alat PCR yang ada di seluruh instansi dan kampus dikelola secara terpadu sehingga distribusi sampel dapat diatur dengan baik dan hasil cepat keluar,” ujar Handoko.
-
Pembentukan tim pakar
Perlu pembentukan tim ini untuk setiap sektor. Tujuannya untuk evaluasi dan pemberian rekomendasi teknis lebih lanjut secara berkala. Tim Pakar terdiri dari praktisi dan ilmuwan di sektor terkait dan ahli epidemiologi.
“Sehingga rekomendasinya berbasis data dan perkembangan sains dengan didukung rekayasa teknologi untuk mendukung implementasi,” ungkapnya.
-
Mempercepat riset
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah penguatan ketahanan mempercepat riset yang terkait dengan konten lokal. Hal ini meliputi pengembangan suplemen penguat imunitas tubuh dari bahan alam lokal, karateristik biologi virus SARS-CoV2, pembuatan bahan dan test kit uji PCR lokal.
Selain itu, juga perlu metode baru uji virus secara molekular sehingga lebih murah dan mudah dilakukan di berbagai fasilitas, pengembangan Rapid Diagnostic Test lokal, dan pengembangan alat sterilisasi barang berbasis disinfektan untuk area publik.
“Juga penciptaan model bisnis baru untuk UMKM melalui teknologi tepat guna berbasis riset, sehingga bisa menjangkau pasar yang lebih luas dengan daya tahan lebih lama,” tutup Handoko.
Nah, itulah 6 rekomendasi LIPI jika ingin hidup beradaptasi dengan Covid-19.