Di Tangan Perubahan Iklim, Manusia Bisa Berevolusi Lebih Kerdil Agar Bertahan Hidup

oleh -81 kali dilihat
Studi Terbaru yang Mencemaskan, Mikroplastik Ditemukan di Plasenta Manusia
Ilustras- Foto/Iflscience

Klikhijau.com – Konsep evolusi sebenarnya bukan dari sejarah. Ia berdasarkan hasil-hasil dari penelitian dan pengamatan terhadap persamaan dan perbedaan  perihal struktur dan fungsi dari berbagai bagian belahan dunia.

Evolusi sendiri adalah perubahan struktur tubuh makhluk hidup. Perubahan itu berlangsung secara perlahan-lahan dan memakan waktu yang sangat lama.

Kata evolusi bersal dari bahasa latin, Evolvo, yang memiliki membentang. Pengertian tentang konsep evolusi dapat timbul, baik itu secara alam maupun secara logika dari pengertian tentang genetika.

Namun, meski bukan berasal dari sejarah, tapi sejarah mencatat bahwa spesies telah berevolusi untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka yang berubah.

KLIK INI:  Polusi dan Perubahan Iklim Semakin Mempengaruhi Kesehatan Anak

Proses evolusi manusia dipercaya oleh parah ahli akan kembali terjadi dalam menyikapi perubahan iklim.

Sekarang ini, dengan meroketnya tingkat karbon dioksida di atmosfer dan perubahan iklim yang semakin intensif, kepercayaan  beberapa ahli semakin tajam bahwa manusia akan berevolusi untuk lebih tahan terhadap pemanasan global.

Steve Brusatte, seorang profesor paleontologi di University of Edinburgh, mengharapkan manusia menyusut untuk peluang bertahan hidup yang lebih baik dalam menghadapi perubahan iklim.

Brusatte mengambil contoh spesies kuda awal. Awalnya kuda berevolusi untuk memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil saat suhu memanas selama maksimum termal paleosen eosen, sekitar 55 juta tahun yang lalu.

Dia mencatat itu “menakutkan” betapa miripnya nasib kuda dulu dan manusia sekarang. Namun, kesamaan itu bisa memberi kita wawasan tentang masa depan evolusi manusia.

KLIK INI:  Menerapkan Atap Hijau, Alternatif Perbaikan Lingkungan Perkotaan
Masuk akal

Menurut Brusatte dalam bukunya yang berjudul The Rise and Reign of the Mammals. Ia  menunjukkan bahwa mamalia di daerah yang lebih panas cenderung lebih kecil dibandingkan dengan mamalia di daerah yang lebih dingin. Mungkin karena luas permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan volume dapat membantu hewan menjadi dingin.

Brusatte juga mengambil contoh Homo floresiensis, sejenis manusia purba yang pernah hidup di Flores, sebuah pulau di Indonesia, sekitar 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Sumber daya yang langka membuat manusia purba ini hanya tumbuh setinggi sekitar 3,5 kaki.

Di dunia yang memanas, banyak spesies, termasuk manusia modern, bisa menjadi lebih kecil untuk bertahan hidup.

“Itu tidak berarti setiap spesies mamalia akan menjadi lebih kecil. Tetapi, tampaknya ini adalah trik bertahan hidup umum mamalia ketika suhu melonjak cukup cepat,” kata Brusatte seperti dilansir dari Ecowatch.

KLIK INI:  Krisis Iklim Benar-Benar Bukan Hal Sepele, Merefleksi Kembali ‘Before the Flood’

Dia menambahkan bahwa yang menimbulkan pertanyaan: jika suhu melonjak sangat cepat, mungkinkah manusia menjadi kerdil, mungkinkah manusia menjadi lebih kecil? Dan dia pikir itu pasti masuk akal.

Pada tahun 2021 ada sebuah studi yang menemukan hubungan antara suhu dan ukuran tubuh , meskipun juga menemukan bahwa suhu tidak berpengaruh pada ukuran otak.

Namun, beberapa ahli skeptis bahwa pemanasan suhu akan menyebabkan manusia, atau bahkan mamalia lain, berevolusi menjadi lebih kecil, mencatat bahwa ketersediaan sumber daya lebih mungkin berdampak.

“Kita tidak benar-benar dikendalikan oleh seleksi alam,” kata Adrian Lister, seorang ahli paleobiologi di Natural History Museum di London.

KLIK INI:  Menelisik Penyebab Beberapa Daun Tanaman Hidup Lebih Lama dari Daun Lainnya

Menurut Lister, jika itu akan terjadi, Anda perlu menemukan orang-orang besar sekarat sebelum mereka dapat bereproduksi karena pemanasan iklim. Itu tidak terjadi di dunia sekarang ini.

“Kami memakai pakaian, kami punya pemanas, kami punya AC jika terlalu panas.”

Apakah manusia menyusut atau tidak, Brusatte mengatakan spesies kita telah merugikan hewan lain.

“Saya pikir jika Anda adalah badak, gajah, singa, platipus, koala, Anda mungkin ingin manusia musnah, tapi mudah-mudahan itu tidak akan terjadi,” tutupnya.

KLIK INI:  Paradigma Keberlanjutan di Mata Para Pengusaha Muda ASEAN

Sumber: Ecowatch