Capung, Tak Hanya Menawan, Tugasnya pun Berarti bagi Lingkungan

oleh -1,571 kali dilihat
Capung, Tak Hanya Menawan, Tugasnya pun Berarti bagi Lingkungan
Rhinocypha monochroa, jantan - Foto/Taufiq Ismail
Taufiq Ismail

Klikhijau.com – Saya suka capung. Seperti halnya saya begitu tertarik dengan kupu-kupu. Sejak kapan? Belum lama juga. Tepatnya pada akhir Juni 2020 lalu.

Kok bisa? Salah satu jenis capung jarum membuatku jatuh hati. Adalah jenis Rhinocypha monochroa dengan keelokan parasnya memikat hati.

Sayap hitamnya yang memantulkan beragam warna saat terpapar cahaya begitu elagan. Merah dan biru lebih dominan.

Di antara keduanya terdapat warna kuning yang tipis. Saat mengamatinya dari sudut yang berbeda warna biru berubah menjadi kehijau-hijauan. Begitu pun warna merah bisa berubah menjadi oranye.

Warna-warna lain pun kadang muncul hingga menciptakan beragam warna – serupa warna pelangi – mencuat jika sudut cahayanya pas.

KLIK INI:  Maleo, Burung Langka yang Paling Setia Pada Pasangannya dan 6 Fakta Unik Tentangnya
Tampilannya menawan

Saya lebih suka menyebut si sayap pelangi. Belum lagi warna biru muda tebal pada sisi perut dan dada serupa garis membuatnya lebih berwarna. Begitulah tampakan si jantan.

Bagaimana rupa si betina? Pasangannya lebih kalem. Warna hitam mendominasi bagian perut dan dadanya.

Terdapat penanda berupa garis putih kehijauan di samping perut dan dada. Sayapnya hampir serupa dengan si jantan, berwarna hitam. Hanya saja tak memantulkan warna yang semegah jantannya.

Satu lagi yang akan memudahkan kita mengenali si betina: ujung sayap hitam dengan tip putih di ujung sayapnya.

“Betina dari R. Monochroa hampir serupa dengan R. Frontalis. Bedanya hanya terletak pada pangkal sayapnya yang transparan pada frontalis,” jelas Geni Harefa Ais, pemerhati muda capung asal Parepare.

KLIK INI:  Sinar, Bayi Orangutan Penghuni Baru TN Gunung Palung

“Itu pun berdasarkan literatur yang saya pelajari. Saya belum pernah menemui jenis R. frontalis,” tambahnya.

capung jarum betina
Rhinocypha monochroa, betina – Foto/Taufiq Ismail

Si capung pelangi ini mudah untuk mengabadikannya dengan kamera. Seperti umumnya capung jarum, kemampuan terbang tak begitu lincah. Jika merasa terganggu ia hanya akan terbang beberapa meter saja kemudian kembali lagi hinggap. Dengan begitu sang juru foto bisa memotretnya tanpa susah payah.

Saya pertama kali mengamatinya di Sungai Leang-leang. Saya mendapatinya di badan sungai. Sungai ini secara administatif terletak di Kelurahan Leang-leang, Bantimurung, Maros.

Berkumpul beberapa ekor di badan sungai dengan air mengalir tenang. Karena sudah masuk musim kemarau aliaran airnya tak begitu deras. Saya perhatikan sungai ini malah akan mengering kala puncak musim tanpa hujan ini tiba.

Bertengger di batu-batu cadas gamping yang menghampar sepanjang sungai. Sesekali jika terganggu ia terbang kemudian hinggap di rongsokan ranting kering. Ranting dan daun kering yang bertaburan pada beberapa sisi sungai.

KLIK INI:  Si Mungil Capung dan 5 Fakta Mengejutkan Tentangnya

Tak hanya itu, beberapa ekor juga saya dapati bermain di sepadan sungai. Beristirahat di sekitar lantai hutan yang berada di kaki tebing karst yang menjulang ratusan meter.

Pertemuan kedua saya terjadi pada minggu pertama Agustus 2020. Kali ini saya menjumpainya di bawah tegakan hutan Kawasan Wisata Pattunuang. Tempat berwisata yang berada di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Barisan pohonnya cukup rapat. Tak banyak cahaya yang bisa tembus ke dasar. Ia terbang perlahan di lantai hutan. Saya mendapatinya sepasang. Begitu ramah. Saya mudah mendekatinya. Karenanya saya bisa menikmati rupanya yang memikat.

Beberapa hari setelahnya, saat saya kembali menelisik Pattunuang juga bertemu lagi dengan si betina. Beberapa ekor terbang rendah di sempadan sungai. Si jantan tak menampakkan diri kala itu.

Capung jarum ini memiliki ukuran yang cukup kecil, hanya berkisar 2,7 sampai dengan 3,3 cm. Berdasarkan beberapa literatur yang pernah saya baca si capung pelangi ini aktif sepanjang hari, mulai pagi hingga sore hari.

Satu lagi yang unik dari kupu-kupu ini, sebarannya. R. monochroa hanya bisa kita jumpai di Sulawesi. Dengan kata lain jenis ini termasuk endemik Sulawesi.

KLIK INI:  Mengenal Capung, Habitat dan Filosofi Hidupnya
Perannya yang berarti

Apa sih peran capung? Capung adalah jenis serangga predator. Malah termasuk pemangsa ulung. Menjadi pengontrol jumlah serangga lain. Nyamuk, lalat, dan serangga kecil lainnya adalah target incarannya.

Tak hanya itu, serangga bersayap ini juga salah satu bioindikator kesehatan lingkungan. Kehadirannya menjadi penanda bahwa lingkungan sekitar masih sehat. Apalagi jika satu wilayah capungnya beragam. Hal ini menandakan lingkungan tersebut masih baik.

Wah.. perannya cukup berarti ya. Moga si sayap pelangi dan kawan-kawannya tetap terjaga biar ia bisa terus bertugas. Menjaga keseimbangan ekosistem.

Apalagi misalnya nyamuk, jika tak ada mereka jumlahnya bisa berlebihan. Dan pada akhirnya manusia juga yang akan alami kerugian.

Teruslah mengepakkan sayap indahmu. Menjadi penyejuk hati yang menatapmu. Tugasmu pun tak kalah berartinya bagi kami.

KLIK INI:  Harpy, Burung Elang Terbesar di Dunia yang Nyaris Punah