- Hujan Hijau - 21/05/2023
- Sintrong, Liar dan Meresahkan tapi Menyimpan Banyak Manfaat - 17/05/2023
- Daun Labu Kuning, Sayuran Cepat Saji yang Murah dan Kaya Manfaat - 19/04/2023
Sekarat Berkarat
ia duduk di tepi jurang di belakang rumahnya
tiga meter dari sungai
biarkan sunyi tiba di matanya pelan, sangat pelan
hujan turun mengantar tanah ke kakinya
daun berserakan, luruh bacai cuaca
tak bergerak ia
air sungai menderah
hanyutkan pohon-pohon dari hulu
lumpur menulis pesan
“aku sekarat, hatimu berkarat”
dibacanya pesan itu
lumpur menutup mata
air membekap mulut
pohon-pohon menindih tubuh
“aku sekarat, hati berkarat,” rengeknya
air terus saja tiba, tak henti-henti
tandabaca, 2022
Aku Tak Bisa Memasak Sampah, Kekasih
aku menuju dapur
membuka panci
perut berontak
bulir peluh meliar
tenggorokan rasanya dihinggapi kemarau
kering kerontang
kuputar keran air
air menetes malas
pelan sekali
keruh bau
sejak sungai hanya mengalirkan sampah
sayur mayur hilang dalam panci
ketika pohon berganti gedung
mata air jadi air mata
bobboro lenyap dalam panci
aku tak bisa memasak sampah, kekasih, katamu
bibirmu kemarau
pecah di mana-mana
aku menatap keluar jendela
rumah kita mulai berpagar sampah
dibawa air sungai saat hujan tujuh menit lalu
tandabaca, Agustus 2022
Pintu dari Babatan Hutan
air tiba di tangga rumahmu
kau bingung mana yang lebih dulu kau selamatkan,
kenangankah atau barang-barang
atau buku tabungan dengan isi tak seberapa
ataukah beberapa lembar ijazah yang tak mampu mengutarakan apa-apa
selain sunyi dan sesak
kau lupa mengabariku
perihal pohoh-pohon di hulu, yang menyimpan ari-ari leluhur telah tiada
barangkali ia telah hijrah ke Jakarta
atau ke kota-kota asing jauh yang penuh siasat
tanpa satu pun surat wasiat
hanya banjir yang sampai di tangga rumahmu jadi kabar duka luka
namun, kau tetap saja mematung, barangkali memikirkan air galon dan gas yang belum sempat kau isi ulang
sejak pohon-pohon hijrah ke kota, kayu bakar pun hijrah ke gas, tak ada lagi jelaga di dapur, tak ada abu gosok
aku tahu, hidupmu makin sempit dan tangga rumahmu tak ubahnya sumpit
aku tetiba saja ingin jadi air, jadi pohon, jadi kayu bakar merimbuni rindu
membawamu ke dalam bahuku dan menenggelamkankanmu dalam pelukan
kita lalu berakar, tetumbuhan tumbuh dalam tubuh, air mengalir dari pori. kehidupan kembali merayakan hidupnya.
Bukankah itu keinginanmu sejak dulu? mengekallah dalam tabuh tubuh yang jadi musik keabadian
di mana kita terus menjalar ke hulu, menanami lahan-lahan gundul dengan napas
kemarilah… kemarilah…!
genggamlah tanganku lebih erat. aku telah sampai di depan pintumu
pintu yang kau buat dari membabat hutan di hulu itu.
pintu itu membawa air ke tangga rumahmu
Agustus 2022