Jadi Hujan kita telah jadi hujan, dimaki sepanjang hari
Tag: #ekologi sastra
Bahu Hujan
Bahu Hujan Aku mengenangmu sebagaimana kau dulu bersandar pada
Air Hilang dalam Hujan
Pernikahan Gerimis “Kau masih suka gerimis?” tanyaku. Kau hentikan
Jati Belanda Ibu
Belantara Kau tak harus kabur dulu ke belantara Cari
Menakar Seduhan Kopi untuk Ayah
Menakar Seduhan Kopi untuk Ayah aku baru saja mengantar
Tanaman Rahasia Depan Rumah
Kenapa pohon tumbuh begitu cepat? Kenapa pohon tumbuh begitu
Tak Ada Sesiapa di Perut Ikan
Pepohonan Hilang di Mata Kau datang berteriak Di belakangmu
Para Pembunuh Bumi
Hujan sejak sore masih menyisakan cuaca basah. Apparalang sudah ditutup
Mata Kunang-kunang
Malam tiba. Kamu terbaring di sampingnya. Lagu Bugis terus mengalun.
Pintu dari Babatan Hutan
Sekarat Berkarat ia duduk di tepi jurang di belakang
Setandus Apakah Bumi Sekarang?
Kursi Kayu di Ruang Tamu Kursi dari batang nangka
Pepohonan Menghitam di Kotamu
Pepohonan Menghitam di Kotamu “baunya mulai tercium,” katamu mengalahkan
Destinasi Pepohonan
Aku telah lupa cara bahagia. Sejak tiga bulan tiga belas
Yang Berjalan ke Ujung Lorong
Yang Berjalan ke Ujung Lorong lelaki itu berjalan ke
- 1
- 2
- Berikutnya
Tidak Ada Postingan Lagi.
Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.