Pentingnya Dekarbonisasi Bangunan dalam Aksi Iklim

oleh -73 kali dilihat
green building
Bangunan green building-Foto/Pixabay

Klikhijau.com – Dalam aksi iklim global. Semua sektor penting memerhatikan keberlanjutan. Bahan bangunan dan kontruksi salah satunya.

Bisa dibayangkan, infrastruktur bertanggung jawab atas 79 persen seluruh emisi gas rumah kaca (GRK)  dan 88 persen dari seluruh biaya adaptasi.

Di Eropa saja, misalnya, sektor bangunan mewakili hampir 40 persen kebutuhan energi Eropa. Ada sekitar 80 persen energi yang digunakan berasal dari bahan bakar fosil.

Menurut laman Oecd, masa depan net-zero carbon tidak dapat terwujud tanpa dekarbonisasi bangunan, karena bangunan dan sektor konstruksi menyumbang hampir 40% emisi CO2 global terkait energi.

KLIK INI:  Pertanian Dapat Berkontribusi Positif pada Perubahan dan Mitigasi Iklim

Dilansir dari laman resmi PBB, untuk mengurangi emisi GRK mendekati nol (net zero)  serta menghindari dampak terburuk perubahan iklim dan memastikan planet yang layak huni di masa depan. Kita harus berpikir secara berbeda mengenai bagaimana kota dan komunitas kita berada.

Meningkatkan keberlanjutan industri konstruksi merupakan peluang besar untuk memitigasi dampak perubahan iklim dan mencapai net zero sambil memastikan keterjangkauan dan inklusi, serta mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Mengurangi emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh bahan bangunan dan konstruksi sangat penting dalam perjuangan aksi iklim global.

Saat ini saja, bumi mulai sesak dengan bangunan. Bagaimana dengan beberapa tahun mendatang. misalnya setengah dari bangunan yang akan berdiri pada tahun 2060 belum dibangun.

Pada tahun itu, akan adala ledakan pembangunan yang diperkirakan akan terjadi. Asia dan Afrika akan menyumbang sebagian besar pembangunan baru tersebut.

KLIK INI:  7 Ide Pertanian Berkelanjutan Anti Gagal

Untuk mengantisipasi perubahan iklim semakin memburuk, maka pemerintah harus berperan penting. Pemerintah di semua tingkatan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi sektor konstruksi mulai dari ekstraksi dan penggunaan material, hingga portofolio bangunan, infrastruktur publik, perencanaan penggunaan lahan dan banyak lagi.

Singkatnya, mereka (pemerintah) bersama dengan pemangku kepentingan lainnya, adalah kunci menuju infrastruktur net zero.

Dekarbonisasi merupakan hal yang kompleks dan melibatkan banyak pemangku kepentingan baik dari sektor publik maupun swasta.

Hal yang perlu dilakukan

Untuk mencapai tujuan dekarbonisasi, banyak hal yang bisa dilakukan, misalnya mendorong penggunaan bahan-bahan rendah karbon, meningkatkan akses terhadap energi ramah lingkungan, membangun ketahanan bangunan dan masyarakat, serta beberapa rekomendasi lainnya.

Langkah lain yang dapat dilakukan menurut Managing Director President Office Sinar Mas Land,  Dony Martadisata adalah perlu adanya kolaborasi antar stakeholders  untuk menyukseskan dekarbonisasi sektor bangunan dengan tujuan mengidentifikasi, kebijakan, solusi, dan praktik terbaik untuk mencapai tujuan Net Zero Emission (Antara).

Sementara itu, dilansir dari Kompas bahwa salah satu perusahaan yang fokus pada transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi, Schneider Electric, pun merekomendasikan pengelola gedung untuk mewujudkan net carbon dengan berbagai cara.

KLIK INI:  Menyorot 3 Peran Bambu bagi Kemerdekaan Indonesia

Roberto Rossi, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste mengatakan, Schneider Electric secara global telah membantu ribuan perusahaan dalam perjalanan mereka melakukan dekarbonisasi operasional bangunan, mulai dari hotel, ritel, rumah sakit, hingga perkantoran.

Menurut Rossi, ada tiga tahapan penting yang menjadi pondasi dalam mewujudkan bangunan zero carbon, yakni  strategize, digitize, dan decarbonize.

Sedangkan menurut Dosen Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (UII), Prof Sugini bahwa pada tahap operasional bangunan, dekarbonisasi atau penghematan energi dapat dicapai dengan berbagai keputusan desain seperti memperkecil luas lantai per orang, efisiensi energi pada emisi bangunan.

Kemudian efisiensi energi pada peralatan terpasang seperti lampu, AC dan perlengkapan dapur serta plug-in, termasuk massa dan posisi pada situs serta dikombinasikan dengan sumber energi hybrid yang terbarukan.

KLIK INI:  Pisang Mas, Potensi Desa Kindang yang Belum Dilirik