- Pantai yang Bersalin Nama - 13/04/2024
- Gadis Iklim - 07/04/2024
- Anak Kecil dalam Hujan - 30/03/2024
Klikhijau.com – Bertemu, kenalan, jatuh cinta lalu sakit hati. Siklus menjaling hubungan istimewa dengan seseorang kurang lebih seperti itu. Ada yang bertahan bertahun-tahun, ada yang kandas dengan cepat. Ada yang sampai pada janji setia ijab kabul dan banyak yang tak sampai.
Biasanya yang tak sampai pada jenjang ijab kabul, akan mengalami rentetan luka. Kamu bisa menamainya patah hati. Patah hati sepertinya menjadi luka asmara yang banyak orang mengalaminya.
Bukan hanya orang “pacaran” tapi yang sudah menikah pun mengalaminya. Apalagi jika kehidupan rumah tangga terancam hal yang mengerikan; cerai.
Apa kamu pernah dengar lirik lagu dangdut “Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi ini” rupanya benar. Sakit hati atau kamu bisa membacanya patah hati ternyata berbahaya bagi kesehatan, sebab bisa menyebabkan penyakit kanker.
Sebuah hasil penelitian terbaru menyatakan, kanker ternyata rentan terjadi pada orang yang patah hati. Perasaan stres karena situasi penuh tekanan terkadang menimbulkan rasa nyeri di dada setelah ditinggal kekasih hati.
Patah hati bisa mempengaruhi kinerja jantung. Otot jantung menjadi lemah dan sulit memompa darah ke seluruh tubuh. Kalau gejala yang disebut dengan istilah sindrom Takotsubo itu tidak segera ditangani, bisa fatal akibatnya.
Menurut artikel yang ditulis Henry Hens di liputan6.com yang mengutip dari CNN, 15 Agustus 2019, sebuah riset yang diadakan American Heart Association menyatakan, sindrom patah hati rentan menimbulkan kanker.
Perlu penelitian lanjutan
Hasil penelitian yang dipublikasikan pada 17 Juli 2019 itu, menunjukkan satu dari enam orang patah hati ternyata terdiagnosa kanker. Orang patah hati yang terdiagnosa kanker itu memiliki kesempatan hidup tidak lebih dari lima tahun dibanding pengidap kanker yang tidak patah hati.
Meski begitu, peneliti American Heart Association mengatakan hubungan antara sindrom patah hati dengan kanker masih dalam tahap penelitian lebih lanjut. Mereka sampai saat ini terus meneliti secara spesifik soal hubungan antara kanker dan sindrom patah hati
“Mekanisme antara tingkatan kanker, perawatan, serta perkembangan sindrom patah hati harus terus diteliti. Penemuan kami bisa menjadi landasan buat mendalami potensi dari efek racun pada jantung setelah kemoterapi,” terang Christian Templin, peneliti senior sekaligus direktur Interventional Cardiology of the Andreas Grüntzig Heart Catheterization Laboratories di Swiss.
Riset tersebut diawali dengan mengumpulkan 1.604 data pasien dengan sindrom patah hati di International Takotsubo Registry, Swiss.
Hasilnya, 267 pasien atau satu dari enam pasien perempuan dengan rentang usia rata-rata 69,5 tahun atau sekitar 87,6 persen responden mengidap kanker. Kanker payudara masih jadi momok paling utama, diikuti tumor usus, paru-paru, alat kelamin, kulit, dan area lain.
Namun, para peneliti belum menemukan penyebab penyakit kanker pada para pasien tersebut secara langsung. Mereka hanya menemukan kemungkinan ada hubungan di antara sindrom patah hati dan kanker.
Bagi mereka yang mengalami sindrom patah hati, tak perlu panik menanggapi hasil riset tersebut Hasil penelitian American Heart Association ini masih akan diuji lagi. Mereka menganjurkan, orang dengan sindrom patah hati terdiagnosis kanker melakukan pemeriksaan lebih lanjut tentang penyakit mereka.
Jadi, waspadalah jika patah hati!